-Mereka Belum Mengerti

8 2 0
                                    

Chapt: 041. Mereka Belum Mengerti

“Lo itu penting banget!”

, . , .

Dua tahun yang lalu...

Baru saja menjadi murid baru di SMA LAVENDER, Elfa sudah sangat sekali keteteran bersekolah di tempat itu. Bagaimana tidak? Setiap harinya ada saja kegiatan yang diadakan oleh sekolah, yang mengharuskan untuk para peserta didik baru untuk ikut.

Contohnya sekarang, Elfa wajib hadir di
dalam acara escamp (ekskul camping) yang diselenggarakan di hutan selebat ini. Masalahnya bukan karena Elfa ikut escamp.

Tapi masalahnya adalah karena di sela-sela kegiatan escamp tersebut berlangsung, Elfa mendapatkan hukuman dari Ketua Organisasi di ekstrakulikuler yang dipilih oleh Elfa.

Yaitu PMR (Palang Merah Remaja), kalian tentunya tahu, seberat apa hukuman yang akan diberikan oleh si Ketua. Elfa terpaksa harus menjelajahi hutan lebih dalam, katanya dia disuruh mengumpulkan beberapa makanan yang bisa di makan di dalam hutan seluas ini.

Elfa mendecak. Sudah hampir setengah jam cewek itu berkelana, namun tidak juga menemukan makanan apapun bahkan satu saja tidak dapat. Kakinya sudah terasa pegal sekali lantaran dibawa jalan terus tanpa rehat.

Yang ada di dalam hutan isi, hampir seluruhnya adalah pohon pinus yang tinggi dan menjulang ke atas. Selain itu, tidak ada secuam pun buah-buahan. Daritadi Elfa mendecak, frustrasi sekali.

Dalam hatinya, dia mengutuk dan bersumpah serapah kepada si ketua PMR. Yang seenak jidatnya saja, memberikan Elfa hukuman berat. Matanya berkeliling mengamati sekitarnya, dan nihil, cuma pohon pinus dan semak belukar yang dijumpanya.

“Duh, mana udah mau gelap lagi! Gue
belum nemu buah, atau apapun itu buat gue bawa. Arrghh! Gimana ya nasih gue?!” curahnya sudah tidak menemukan solusi lagi. Saking bimbangnya Elfa, sampai dia mengigit kuku jarinya itu.

“Elfa!” seru seseorang memanggil namanya. Suara orang itu terdengar dari belakangnya Elfa. Sebenarnya Elfa hampir saja merinding di situ, bulu kuduknya terbangun, di dalam hutan yang sepi ini, siapa gerangan yang menyebutkan namanya?

Ekspresi wajah Elfa mulai memampangkan ketakutannya, tubuhnya menggigil seketika. Meneguk salivanya, Elfa tidak mempunyai nyali sedikitpun untuk menengok ke belakangnya. Dia parno, takutnya yang memanggilnya itu bukan manusia, melainkan sesosok makh—arghh sudah jangan disebut.

Kedua tangannya bersilang di depan dada, lalu mengusap bahu. Semakin lama, ketakutannya bertambah saja, apalagi matahari sudah hampir terbenam. “Ihhh itu
siapa sih yang manggil gue, mana ini udah lewat waktu senja.”

“WOY ELFA!” padahal yang memanggil namanya Elfa sejak tadi adalah Kafa. Cowok itu kebetulan dipinta untuk mengumpulkan beberapa kayu bakar di hutan ini, dan tak sengaja bertemu dengan Elfa di dalam hutan.

Dongkol tidak kunjung disahuti oleh Elfa,
Kafa pun mendekati cewek itu, terlihat Elfa sedang memenjamkan matanya, wajahnya semakin ketakutan. Kafa tahu, apa yang ada dalam pikirannya Elfa.

Saat itu juga, Kafa tersenyum usil, agaknya
ia tahu, bagaimana cara mengerjai Elfa sekarang. Dan benar saja, tiba-tiba tangannya Kafa menepuk pundak Elfa dari samping tanpa mengeluarkan suaranya.

Merasa ada yang menepuk pundaknya, detak jantung Elfa langsung tidak aman, rasa takutnya bertambah jadi dua kali lipat, refleks Elfa pun menjerit ketakutan, dan meloncat ke sampingnya, seketika tubuhnya Elfa malah memeluk Kafa.

Mawar Untuk Andra ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang