Chapter: 047. Make Peace
“Kenapa hari ini, lo perduli
banget sama gue?”, . , .
Di pagi hari Minggu yang cukup cerah ini, Mutia mengajak Elfa untuk berjalan-jalan di sekitar perkebunan, yang ada tamannya. Sekalian saja Mutia mengajari Elfa, tentang bagaimana cara bermain sepatu roda yang baik dan benar.
Suasana begitu sejuk di sini, kicauan burung menghiasa pagi mereka. Angin sepoi berhembus berkali-kali. Jangan lupakan view di jalan sekitar perkebunan ini. Biasanya tempat ini, menjadi spot menarik untuk para pengunjung melakukan jogging.
Elfa dan juga Mutia terduduk di sebuah kursi panjang yang berjejeran di sekitar kawasan jalan. Mutia tampaknya sudah siap dengan sepatu roda miliknya, kini giliran Elfa yang ternyata baru saja akan mengenakan sepatu roda tersebut.
Sepatu roda yang akan dipakai Elfa, murni bukanlah miliknya, melainkan milik dari
Mutia, yang dipinjamkan sendiri olehnya khusus untuk Elfa. Karena Mutia ada banyak koleksi sepatu roda di rumahnya. Namun yang paling menarik perhatian Elfa, adalah yang berwarna ungu.
“Lo yakin, nih? Minta gue buat mainan
sepatu roda? Lo tau sendiri 'kan, gue nggak bisa main sepatu roda. Nyentuh aja belum pernah gue.” beber Elfa. Ternyata selama ini, Elfa belum pernah bermain sepatu roda, bahkan ia pun tidak bisa memainkannya.“Ya justru itu, gue minjemin lo sepatu
roda punya gue. Please, lo jangan katro deh, gue mau temen gue tuh bisa main sepatu roda. Jangan norak, Faa.” ujar Mutia, seraya berdiri dari duduknya, berdiri di atas sepatu rodanya.“Duh, iyya deh, lo-nya maksa gue
banget!” terpaksa menuruti kemauannya Mutia. Walaupun sebetulnya, Elfa sangat takut akan terjatuh dari sepatu roda nantinya.“Udah gece! Gue tinggal nih, ya!” Mutia meluncur laju dengan sepatu rodanya. Roda-roda di sepatu itu tampak berguling memutari bumi. Memberikan gaya gesekan.
“Ish! Tunggu, anjirr!” spontan Elfa mengumpat. Dia baru saja selesai memakai sepatu roda tersebut. Ketika Elfa berdiri langsung, ia hampir terjungkir, karena belum bisa menyeimbangi tubuhnya.
Mata Elfa terpenjamkan. Ia secara berani sekali akan mencoba melaju di aspal. Sumpah sebenarnya nyali Elfa menciut, bagi pemula sepertinya, ini sangatlah susah. Matanya kemudian terjaga lagi, menarik nafas perlahan.
“Ayo, lo pasti bisa, Faa!” menyemangati dirinya sendiri dari dalam hati. Setelah dia agak rileks, Elfa menggerakkan kakinya yang telah terpasang sepatu roda tadi. Calon-calon bakalan jatuh nih.
Benar saja! Baru beberapa detik dia meluncur menggunakan sepatu roda, Elfa yang belum bisa menyeimbangi tubuhnya itu, dan masih kikuk itu pun hampir saja terjengkang ke belakang, jatuh duduk. Untungnya, seseorang menopang tubuhnya Elfa.
Kala pandangan Elfa mendongak ke atas,
ia melihat seorang Kafa Agnendra—alias si crush-nya Elfa, menolong dirinya. Entah darimana Kafa datang, tapi Elfa senang, karena Kafa datang pada timing yang sangat pas. Hingga dirinya tak jadi terjatuh.Mutia semulanya tengah asyik memainkan sepatu rodanya, namun dia tersadar, jika sejak tadi Elfa belum muncul juga di sebelahnya. Antara Elfa terjatuh, atau Elfa masih stuck di kursi tempat keduanya terduduk tadi. Penasaran, Mutia pun memutar balik arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Untuk Andra ( End )
Teen Fiction"Semua orang tidak akan tau, kapan dan kepada siapa mereka jatuh cinta." -nurhmanis in MawarAndra. "Pokoknya gue benci Kak Andra!" -Emosi Mawar kembali bergejolak, dia ingin sekali menghajar Andra. "Lo itu sial, buat gue!" -Andra menunjuk Mawar. In...