-Sulit Dimengerti

11 2 0
                                    

Chapt: 026. Sulit Dimengerti

     “Lo marah aja, gue tetap suka.”

, . , .

Setelah beberapa menghabiskan waktu di rumah sakit, Mawar pun akhirnya han
ri ini diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya, karena kondisinya yang sudah hampir pulih total. Lihatlah, betapa semangatnya Mawar saat dia bisa kembali ke rumahnya.

Rianti membukakan pintu rumahnya itu karena memang dia yang memegang kunci rumahnya. Mawar melukir senyumannya ketika dia sudah bisa menghirup udara segar di dalam rumahnya, tempat ternyaman bagi Mawar. Gadis ini merentangkan kedua tangannya tersenyum bahagia.

“Huuhh, akhirnya pulang juga. I miss you
my sweet home.” ujar Mawar. Bodo amat kalau dia terkesannya lebay dan alay, tapi memang dia suka sekali bisa kembali ke rumahnya.

“Cieee yang udah bisa pulamg ke rumahnya.
Kayaknya bahagia banget, nih. Congrats, my rosees.” Rianti turun senang kalau melihat putrinya itu senang. Rianti menepuk-nepuk puncak rambut Mawar dan mengusapnya  penuh kasih.

“Makasihh mah, ini semua juga karena
doa Mamah. Dan tekadnya Mamah, yang selalu semangatin aku. Sampai aku bisa sembuh lagi, dan bisa pulang.” terimakasihnya kepada Rianti. Menjabarkan rasa sayangnya dengan memeluk Rianti dari samping.

Hubungan keduanya tampak semakin erat saja, baik Rianti ataupun Mawar kini sudah melupakan segala masalah yang telah mereka alami di lalu hari, sekarang saatnya fokus berlangkah ke depan. Mawar sudah bahagia dengan hidupnya yang seperti ini, tak butuh sosok pengganti papahnya.

'Tring-!'

'Tring-!'

Tiba-tiba terdengar suara nada dering panggilan masuk dari ponselnya Rianti. Yang membuat suasana harmonis ibu dan anak ini menjadi terganggu. Rianti mengambil ponselnya di saku celananya, dia membuka layar ponselnya, Mawar mengintip dan melihat siapa nama penelpon tersebut.

Mas Eza

Seketika Mawar melepaskan pelukannya, senyuman bahagia yang sempat terlukir berubah menjadi kecut, memasang wajah tanpa ekspresi apapun. Rianti melihat raut wajah Mawar yang tidak menyukai kalau Eza menelponnya, tapi apa daya Rianti tidak mungkin menolaknya.

Maaf ya Mawar.

Rianti memutuskan untuk menerima telepon tersebut. Lalu mengarahkan bagian layar ponselmya ke telinganya Rianti mulai berbicara dengan si penelepon, seraya berjalan menuju kamarnya.

Mawar terpaku di tempat. Harus Mawar akui, Mawar sangat membenci dirinya sendiri yang sangat egois terhadap mamahnya. Mawar tahu betul kalau bagaimanapun Rianti, dia tetaplah seorang wanita yang memerlukan sosok pendamping hidupnya, dan Mawar pun tahu, Eza lelaki yang baik.

Tapi maaf, untuk saat ini perlu Mawar akui,
dia sama sekali belum bisa menerima kenyataan kalau Rianti akan mempunyai suara baru lagi. Logikanya meminta untuk merelakan saja, karena Rianti juga berhak bahagia, tapi hatinya berkata sebaliknya.

Dan saat ini, Mawar memilih untuk mendengarkan seluruh suara hatinya.

, . , .

Bel berbunyi tidak lama lagi, itu artinya pasti lingkungan di sekolah ini sudah mulai ramai. Banyak yang tergesa-gesa untuk menuju ke kelas mereka masing-masing sebelum akhirnya guru akan datang dan memulai pelajaran.

Mawar Untuk Andra ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang