Chapter 3

19.2K 277 0
                                    

Aku terus saja melihat jam yang dimana jarum jam tersebut bergerak menuju Pukul 19.00.

Aku bimbang antara harus mengambilnya sekarang atau tunggu ayah pulang terlebih dahulu.

Tetapi, mengingat ayah yang belum mengabariku kapan dia pulang dan sekalipun jika dia dirumah pasti dia memerlukan istirahat.

Aku menepis perasaan itu semua dan langsung mengambil cardiganku di dalam lemari. Dan jalan keluar rumah, pastinya jangan lupa ketika keluar rumah harus mengunci pintu.

"02.. 02..." Ucapku dengan diri sendiri mengingat percakapan tadi.

Disini aku berdiri. Didepan pintu rumah bapak tersebut. 'Kamu kesini hanya mengambilnya dan langsung pulang' ucap batinku.

Aku pun menekan tombol belnya. Dan tak lama dari itu keluarlah penghuni tempat tersebut.

"Ya ampunn.... (Hahahah) sungguh sebuah kejutan" Ucapnya.
"Kamu kesini untuk mengambil surat edaran dan peraturan itu ya? "

"Iya pakk... " Jawabku.

"Maaf, tidak sopan kalau kita mengobrol sambil berdiri, sini masuk dulu" Tawarnya.

"Eh, tapi pak saya hanya ingin mengambil surat itu pak. " Ucapku, semoga dia mengerti apa yang ku katakan bahwa aku menolaknya dan ingin cepat - cepat pulang.

"Ayo masuk dulu. Ada yang ingin saya katakan"
"Ayo..." Ucapnya sambil membuka pintunya lebih lebar lagi, untuk mempersilahkan aku masuk.

Mau tidak mau aku masuk agar lebih berkesan menghormatinya. Aku melihat furniture di sekeliling ruangannya. terdapat foto di jejeran pajangan atas meja tersebut tetapi hanya satu orang.

"Emm... Bapak belum menikah? " Tanyaku.

"Belumm," Sambil tersenyum kepadaku.

"Sebelum itu, nama bapak siapa? Dari kemarin saya lupa untuk nanya"

"Nama saya Retno Vanka, kamu bisa panggil saya siapa saja"
"Oh iya, tunggu sebentar ya. Saya mau mandi dlu, tapi kamu sudah makan? "

"Eh, kalau begitu saya langsung pulang aja pak" Kataku, tidak menjawab pertanyaannya.

"Kan ada beberapa yang harus saya bicarakan. " Ucap pak Retno yang kulihat tidak suka dengan perkataanku tadi.

"Kamu bisa masak? Saya juga baru dari luar belum makan malam. " Lanjutnya kepadaku.

"Ehh, yaudah bapak mandi dlu aja. Biar saya yang siapin makanan" Ucapku menimang - nimang, kasihan apalagi beliau hanya tinggal sendirian.

"Yaudah kalau begitu, saya tinggal dlu ya Vanka. Kamu pakai aja bahan yang ada di dalam kulkas" Dan meninggalkan ku sendiri.

Aku pun berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas untuk melihat - lihat apa saja bahan yang layak untuk dimasak.

Karena bahan - bahan yang ada di kulkas tak terlalu banyak hanya ada telur, sambal cepat saji, dan terdapat rempah - rempah sayur asem, jadi aku hanya memasak telur omelete dan sayur asem saja.

Ketika aku sedang memasak aku mendengar suara pintu, terdapat pak Retno keluar dari ruangan tersebut.

Tapi ketika aku melihat sekilas, pak Retno keluar dari sana dia hanya menggunakan bathrobe yang dimana dadanya yang berbulu itu mengintip - ngintip keluar karena perutnya yang buncit itu.

Entah didalamnya dia berpakaian atau tidak, tetapi bukan kah seharusnya dia lebih baik memakai baju dan celana langsung?. Karena dia tidak sedang sendirian sekarang, terdapat orang lain di dalam rumahnya.

"Kamu masak apa Vanka? " Tanyanya sambil berjalan ke arah dapur.

"Emm... Saya hanya memasak telur omelete dan sayur asem, gak papa kan pak? "

"Wahh, kedengerannya aja udah buat perut saya lapar. " Sambil terkekeh.
"Tapi kamu gk panas Vanka pakai cardigan di dalam dapur?."

"Enggak, gk panas kok pak"

"Lepas aja gak papa kok, cuman ada saya doang disini. Dari pada kepanasan kayak gitu. " Sambil berjalan kearahku yang sedang sibuk meracik bumbu ke dalam sayur tersebut.

Masalahnya Aku hanya memakai baju tanktop bertali spaghetti dan rok span dan untuk menutupi pakaianku aku memakai kardigan yang panjang nya selutut. Padahal niat ku tidak ingin sejauh ini, tetapi karena aku melihat Pak Retno seperti ayah sendiri jadi mau tidak mau aku membantunya.

"Ayo sini..., saya bantu bukain" Tangan nya sudah meraih cardigan ku, mau tak mau aku membuka cardigan tersebut.

Aneh rasanya aku berpakaian seperti ini dirumah orang, apa lagi seterbuka ini pakaian ku. Ya aku tau, ini kesalahanku dalam berpakaian. Tapi kalian taulah kalau niat dari awalnya sudah dipikirkan dan ternyata tidak sejalan.

"Saya taruh cardigannya di sofa ya..." Dan aku pun hanya membalasnya dengan anggukan.

Ivanka And OldmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang