36. We'll fine?

874 117 39
                                    

Yang tak pernah bisa Chaeyoung tolak bahkan harus di akui menjadi kelemahannya tersendiri ialah permintaan Lisa. Tak memiliki batasan dalam keinginan, selagi itu adalah permintaan Lisa itu akan selalu di turuti oleh Chaeyoung.

Kendati itu agak menyusahkan Chaeyoung harus berdiri di pagi hari, mengantri cukup panjang hanya karena Lisa sangat ingin kencan pagi hari.

Alasannya cukup sederhana. Sebelumnya mereka bersekolah, hal-hal seperti ini tak pernah mereka lakukan. Ada banyak hal yang harus mereka lakukan dan bukan pergi ke cafe untuk sarapan.

Jika Lisa mengatakan ini salah satu hal yang ingin dia lakukan sejak lama, Chaeyoung akan bersemangat menurutinya. Kantuk itu dengan usaha kerasnya di singkirkan oleh Chaeyoung.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Lisa.

Telapak tangan Lisa terus menyentuh pinggangnya. Mata Chaeyoung masih melihat antrian di depannya sebelum berbalik di tempat untuk bersandar di bahu Lisa, menyembunyikan wajahnya di leher mantannya itu.

Bahkan jika di perhatikan penampilan mereka jelas jauh berbeda. Lisa dengan sepatu kets putihnya serta celana jeans dan kaus berwarna kuning tanpa jaket tebalnya. Memakai topi berwarna putih yang menutupi keningnya, Lisa bahkan melepas kacamatanya itu jelas nyaris sempurna untuk mata Chaeyoung meski gadis itu tak memiliki riasan sedikit pun.

Sementara Chaeyoung tak repot-repot mengganti piyamanya dengan tank top dan celana pendek lusuh, rambut yang di cepol asal. Seolah menambah kesan lusuh yang sempurna, dia hanya mengenakan sandal jepit saat ini.

Tapi tampaknya, Lisa tak peduli saat gadis itu menempelkan telapak tangannya ke balik tank top yang dia kenakan. Menekan dari kulit ke kulit membuat Chaeyoung nyaman dan nyaris tertidur lagi.

“Aku sangat mengantuk.” Gumam Chaeyoung sambil memejamkan matanya.

Tak perlu melihat, dia tahu Lisa sedang memeriksa jam tangannya. Dan dia tahu apa yang akan Lisa katakan selanjutnya.

“Ini hampir jam 10 pagi, ugh nyaris siang hari, Chaeyoung.” Lisa tak mengejek, dirinya hanya terkekeh sambil membelai punggung Chaeyoung penuh kasih sayang.

“Aku tahu.” Chaeyoung tak ingin berdebat.

Tanpa ada keinginan untuk melepaskan pelukan itu, Lisa mendorongnya maju saat antrian mulai melonggar sehingga mereka semakin dekat untuk memesan makanan mereka.

“Tidur sangat larut semalam?” Tanya Lisa tak berhenti untuk terus membuat gadis dalam pelukannya itu sangat nyaman.

“Ya. Aku benci hal itu. Seharusnya aku menginap saja kemarin di tempatmu.” Keluh Chaeyoung.

Dirinya selalu berpikir, mungkin jika semalam Lisa ada bersamanya, Chaeyoung akan merasa aman. Dia akan tertidur lelap dalam pelukan Lisa, dan saat ini tak akan merasakan kantuk yang sangat berat di pagi hari.

Seharusnya, Chaeyoung menikmati kebersamaan pagi ini dengan Lisa untuk sarapan, melihat pemandangan di luar cafe. Tapi apa daya, matanya terlalu berat. Belum lagi Lisa terus memberi kenyamanan yang tepat untuknya.

“Kau paling tahu hal itu tidak boleh di lakukan lagi. Ibumu sangat melarang kita untuk menginap sebelum kita berkuliah.” Ujar Lisa dengan senyum lembutnya.

Mau tak mau Lisa jadi ingat pembicaraan ketika dirinya mengantarkan Chaeyoung pulang sampai dirinya tak sadar hari hampir larut. Alasannya bahkan terlalu konyol untuk di dengar, mereka tak boleh menginap karena Clare takut jika putri satu-satunya itu akan hamil.

Seperti, hell, jarinya tidak akan bisa mengeluarkan sperma, astaga.

Chaeyoung kesal pada ibunya. Tapi Lisa memaklumi itu. Meskipun Clare bersikap sangat santai setelah memergoki mereka berciuman, tetapi Ibu Clare itu tampak tak menyukai kebebasan mereka yang sering melakukan seks. Bukan seks sebenarnya yang menjadi masalah di sini, dia tahu Clare keberatan karena mereka belum memiliki hubungan yang jelas.

If You || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang