11. Berlebihan

1.2K 179 29
                                    

CUMA MAU KASIH TAU, UDAH GA ZAMAN KOMEN "NEXT THOR..."

KARENA, TANPA DI KOMEN GITU JUGA BAKALAN SAYA LANJUT SAMPE END.

SEKIAN.

INI KAN ADA RIBUAN KATA, PULUHAN KALIMAT NAH BISA DAH KOMEN PALING TIDAK DI SATU KALIMAT AJA YA KAN

.

Lisa bangun tidur dengan wajah yang lebih ceria dari biasanya. Ada keengganan untuk kembali ke sekolah, karena dia tahu dia akan mendapatkan tatapan dari orang yang sangat dia pahami apa artinya.

KAU PECUNDANG!

Mendapatkan sweater setelah mengenakan seragam, Lisa pergi ke dapur untuk mendapatkan sarapannya. Dia melihat ayahnya tampak berdiam diri di tempat duduk. Perlahan Lisa menyentuh pundaknya, membuat ayahnya terkesiap.

“Kau baik-baik saja, dad?” Lisa khawatir. Tidak biasanya ayahnya pendiam.

“Sayang? Kau sudah siap untuk sekolah? Aku ingin sekali mengantarmu.”

Lisa terdiam. Mengamati ayahnya baik-baik. Wajah kelelahan terlihat jelas. Rasa bersalah memakan perasaannya. Lisa tidak tahu apa yang telah terjadi kemarin karena dia menghabiskan waktu dengan Chaeyoung seharian, bahkan pulang sampai malam lagi.

Marco sepertinya menyadari tatapan Lisa padanya, dia tersenyum sambil mencium kening putrinya.

Dad...”

“Kamu baik-baik saja? Kamu tidak pulang seharian kemarin dan bukan bersama Jisoo.”

Itu dia. Penyesalan Lisa bertambah. Apakah dia membutuhkannya kemarin?

“Maaf, aku bersama temanku yang lain kemarin.” Lisa menunduk, air mata menusuk matanya. Yang Lisa tahan sampai mata terasa panas dan perih.

“Sayang, tolong jangan minta maaf. Aku hanya bertanya, sungguh.” Ayahnya mendesah, nafasnya terasa berat.

Lisa berdiri ke samping Marco, memeluknya dari samping. Kepalanya bersandar di atas kepala sang ayah.

“Kau tahu? Aku sudah dewasa, dad. Aku baik-baik saja jika kau ingin menceritakan beberapa hal denganku. Aku sangat sedih jika kau menyembunyikan hal-hal dariku.”

Marco mengencangkan lengan Lisa yang berada di lehernya, tanda bahwa dia membutuhkan pelukan. Tetapi tiba-tiba, dia terkekeh.

“Ya ampun, kapan, ya, putriku tumbuh dewasa? Jika ibumu ada, dia pasti sangat bangga dengan pertumbuhan putrinya.”

Sontak, Lisa melepaskan pelukan pada Marco. Dia berlutut di hadapan sang ayah. Memperhatikan lagi sorot mata yang kurang tidur. Kelelahan bekerja faktor utamanya, tapi Lisa yakin ada faktor lain yang memicu terjadinya kurang tidur.

“Apakah ini... tentang ibu? Kau tidak tidur dengan baik karenanya?”

“Tuhan... Aku benci menangis di depan putriku.” Marco terkekeh, lalu menarik Lisa ke pelukan erat.

Lisa hanya kembali memeluknya. Rasanya sakit melihat orang yang kita cintai, menangis seperti ini. Hanya ayahnya yang Lisa punya saat ini. Dia berharap, dia mengetahui apa yang ayahnya pikirkan.

“Tidak ada yang melarang seorang ayah menangis di depan anaknya, Dad. Kamu dengar itu? Kamu juga manusia. Wajar jika tidak bisa menahan kesedihannya. Aku malah benci jika kamu menyembunyikan apa pun dariku.” Kata Lisa berbisik, suaranya berubah saat sadar kalau dia juga ikut menangis melihat ayahnya seperti ini.

“Aku mencintaimu, nak. Kamu segalanya untukku. Kamu yang terpenting untukku. Kamu... tanpa kehadiran kamu, aku mungkin sudah mati saat ini.”

Lisa tersentak. Melepaskan pelukan Marco. Tatapannya berubah tajam. Melepas kacamatanya, Lisa meremas bahu sang ayah keras-keras. Tidak peduli saat Marco terkejut dengan gerakannya. Lisa memejamkan mata, sebelum memeluk Marco lagi.

If You || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang