Santai ya,
Baru bab 14, masih senang senang.
.
.Kembali ke kehidupan sehari-hari rasanya tidak menyenangkan setelah kemarin menghabiskan waktu bersama Lisa dan Marco. Apa daya, sekolah ini bukanlah milik nenek moyangnya. Maka, di sinilah Chaeyoung. Cemberut, menopang dagu dengan tangan, menatap bosan para murid yang berlalu lalang.
Di apit oleh Jennie di sampingnya, Chaeyoung mengaduk makanan di depannya dengan enggan. Jennie agak aneh, setelah insiden kemarin dia memang tidak merasa bersalah, bahkan lebih menempel pada dirinya.
Merasakan tatapan seseorang, Chaeyoung mengangkat kepalanya dan mendapati Lisa tengah menatapnya dan teman-temannya. Belum sempat menyapa, Jennie sudah menangkup rahang Chaeyoung memaksa agar dia melihat ke arah wanita itu. Mau tak mau, tatapannya pada Lisa terputus.
"Kenapa dia?" Irene menunjuk Jennie yang cemberut.
Chaeyoung menoleh ke sampingnya setelah menepis sahabatnya itu, Jennie semakin mengeratkan pelukan di lengannya.
"Oke, kau semakin aneh setelah kemarin --"
"Tunggu, apa yang terjadi kemarin?" Seru Irene melotot ke arah Chaeyoung dan Jennie.
"Jadi -- itu benar." Seulgi menatap Chaeyoung, menyipitkan mata menatapnya curiga.
"Apa? Apa yang benar?" Tanya Irene kini beralih menatap pacarnya.
Meringis, tatapan Chaeyoung tertuju pada Jennie. Karena, benarkah? Wanita itu menceritakannya pada Seulgi? Ya Tuhan, dia tidak percaya! Bagaimana jika Lisa tiba-tiba mengetahuinya dan salah paham?
Pikiran itu membuatnya panik dan takut sampai dia melirik ke arah Lisa yang cekikikan pada apa yang Jisoo katakan. Tangan Chaeyoung mengepal, menahan diri agar dia tidak mendatanginya saat itu juga. Kecemburuannya semakin meningkat saat Lisa memperlihatkan sesuatu di ponsel dan mereka tertawa bersama.
"Chaeyoung mencium Jennie." Kata-kata itu membuat Chaeyoung menatap Seulgi.
"Ya? Jadi apa salahnya?" Irene bertanya dengan bodoh. Seulgi memutar mata sebelum berbisik.
"Di bibir, dengan lidah, hisapan dan erangan. Dia bilang, bibir Chaeyoung sangat lezat."
Seulgi tertawa ketika Irene menjauhkan wajahnya, terkejut pada informasi itu. Dia menatap Chaeyoung menuntut penjelasan, dan dia hanya pasrah.
"Jennie yang memulai." Kata Chaeyoung menunjuk Jennie dengan dagu.
"Apa masalahnya? Aku hanya menggodanya dengan menghisap lehernya dan dia langsung mencium bibirku." Jennie menjawab tanpa beban, seolah itu bukan masalah besar.
"Serius? Kau menghisapku sampai berbekas, Jennie. Lisa bahkan menyadarinya kemarin." Kepala Chaeyoung tersentak marah ke arah Jennie.
Chaeyoung tidak percaya Jennie menganggap enteng apa yang telah terjadi kemarin. Sementara rasa bersalah memupuk dalam dirinya sepanjang waktu. Beruntung Lisa tidak menganggap ini bukanlah tanda orang lain.
"Ah, jadi itu sebabnya sekarang kamu memakai jaket?" Jennie bertanya dengan nada menggoda, mencolek pipi Chaeyoung dan dia menepis tangan sahabatnya dengan cepat.
"Tidak, ini bukan karenamu!"
Faktanya, Chaeyoung menutupi tanda yang Lisa berikan. Wanita itu terlalu bersemangat kemarin. Ketika dirinya pulang untuk mengambil buku dan bersiap dengan mengganti seragam lain, dia melihat ke cermin dan terkejut dengan banyaknya tanda di sekitar tubuhnya sendiri.
Mau tak mau wajah Chaeyoung memerah, dia merona. Mengingat apa yang Lisa lakukan kemarin. Ya Tuhan, dia merindukan sentuhannya saat ini.
Melihat Lisa lagi, Chaeyoung melihat Lisa menyeringai padanya. Mata wanita itu diam-diam menjelajahi tubuhnya dan dia merasa terekspose, merasa di telanjangi dan anehnya dia menjadi sangat bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You || CHAELISA ✅
Fiksi Penggemar[M] Lisa mudah percaya dengan apa yang dia lihat bukan dari apa yang dia dengar. Sedangkan Chaeyoung membenci segala sesuatu apapun yang berhubungan dengan perasaan. Cinta Chaeyoung hanyalah materi. Sampai sekelompok temannya meminta dia untuk mela...