37. nekat dan cemburu

909 115 32
                                    

Malam-malam perpisahan sekolah semakin dekat. Lisa sungguh tak sabar menantinya. Dirinya sudah merencanakan malam itu sedemikian rupa, sehingga kegugupan itu terus muncul, menegangkan sarafnya yang seharusnya tenang.

Itu minggu depan, tetapi semakin dekat hari, Lisa semakin gugup.

"Berhentilah. Kau bukannya mau menikah minggu depan, Lisa." Keluh Jisoo.

Mereka sudah cukup lama tak memiliki waktu berdua. Ketika Chaeyoung bilang jika Jennie memintanya untuk pergi mencari beberapa riasan yang belum di belinya, Lisa segera menghubungi Jisoo.

Chaeyoung dan Jennie tak mengajak mereka lagi mengingat berapa lelahnya kedua wanita itu saat pergi berbelanja.

Hal itu pun di syukuri oleh Lisa dan Jisoo, karena mereka tak ingin kakinya menjadi sakit lagi karena jalan terlalu lama.

"Aku terlalu gugup menghadapi minggu yang akan datang. Terkadang, aku bermimpi jika Chaeyoung akan berlari saat aku memintanya untuk menjadi pacarku." Ujar Lisa.

Mimpi yang Lisa takutkan sejak dirinya mempersiapkan segala hal. Kesempurnaan adalah hal utama yang Lisa pikirkan untuk akhirnya meminta Chaeyoung menjadi pacarnya.

Berkat bantuan Jennie, segalanya mungkin akan lebih mudah. Dia berharap seperti itu. Tetap saja, Lisa tak bisa membuat dirinya tenang saat ini.

"Hal bodoh yang pernah kau pikirkan sungguh. Semua orang tahu betapa jelasnya Chaeyoung sangat menginginkanmu. Dia tak akan melakukan itu, Lisa." Ujar Jisoo menenangkan Lisa.

"Benarkah?" Tanya Lisa, seolah dirinya ragu dengan ucapan Jisoo.

Apakah Chaeyoung sungguh menginginkan dia? Apakah Chaeyoung sungguh tak akan pergi dari hidupnya saat dirinya meminta wanita itu untuk menjadi pacarnya? Apakah Chaeyoung akan menerimanya?

"Tentu saja. Hal terakhir yang harus kau khawatirkan ialah Chaeyoung akan kabur dari hidupmu karena itu tidak mungkin. Jika kau akan pergi ke neraka sekali pun, dia akan mengikutimu. Dia tak akan pergi dari hidupmu. Yang paling jelas, dia ingin kau seumur hidupnya." Ujar Jisoo, menatap Lisa dengan lembut.

Lisa mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, menunduk. Jika yang Jisoo katakan itu benar, seharusnya dia tak perlu khawatir. Tetapi kenapa dia masih merasa takut?

"Seumur hidup itu berlebihan, Jisoo. Kami baru saja lulus SMA. Tidak ada yang tahu masa depan." Ujar Lisa.

Melihat keraguan sahabatnya itu, Jisoo pun meraih tangan Lisa. Memberi pengertian penuh pada Lisa memang tak mudah. Pada seseorang yang tak pernah kencan, apalagi menyatakan cinta.

Tetapi, Jisoo yakin Lisa dapat melakukannya.

"Aku tahu. Maksudku mengatakan itu, kita semua tahu perasaan Chaeyoung. Jadi kau tak perlu berpikir bahwa dia akan menolakmu." Ujar Jisoo.

Lisa hanya bisa tersenyum. Dia tak bisa mengatakan banyak hal. Pikiran tentang mimpinya tak bisa berhenti. Kalau pun dia mengatakan pada Jisoo tentang mimpinya, Lisa hanya akan mendapatkan kata-kata penenang yang tak mempan.

Daripada mengutarakannya, Lisa pun bersandar di bahu sahabatnya itu.

"Apakah mereka masih lama? Bagaimana jika kita pergi menonton film?" Usul Lisa, tak ingin suasana muram di antara mereka terjadi terus menerus.

"Oke, apa yang akan kau tonton. Aku bisa mencarinya." Jisoo merespons penuh semangat.

"Tidak di sini. Aku butuh suasana baru. Bagaimana kalau kita menonton bioskop? Mereka baru pergi sekitar setengah jam, kan? Kita bisa pergi dan pulang sebelum mereka tiba."

If You || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang