03 : Tentang Masa Lalu

560 46 3
                                    

<<<<<FaKha>>>>>
( Fateh Rakha )

"Masa lalu memang harus secepatnya di lupakan, tapi tidak untuk masa yang penuh dengan kata Bahagia"

<<<<<<<<<< FaKha >>>>>>>>>>

"Anak-anakmu sudah tumbuh besar Nak." Elma duduk dengan tenang di hadapan seorang perempuan cantik yang sudah tidak muda lagi karena usianya kini sudah mengajak di kepala tiga. Perempuan yang ia besarkan dengan kasih sayang, belaian hangat tangan, serta ciuman yang tidak pernah lepas dari secuil tatapan mata memandang.

"Aku tahu Bu, tapi aku tetap tidak bisa jika harus bertemu dengan mereka."

"Kenapa?" Tanyanya bingung. Karena sejak kelahirannya, anaknya itu tidak pernah menemuinya. Perempuan itu hanya bisa diam tanpa bisa menjawab pertanyaan Ibunya.

"Nak..." Panggilnya dengan pelan. "Kau tahu, tangan Ibumu ini adalah tangan yang merawat kamu sejak dalam kandungan. Setiap hari, kedua tangan ini tidak pernah lepas untuk mengusap dirimu." Rasanya benar-benar sangat sakit. Melihat kenyataan, bahwa anak yang ia besarkan dengan kasih sayang, tidak memiliki rasa yang sama seperti dirinya.

"Tapi Bu, ini berbeda." Kedua matanya mulai berembun.

"Aku tidak mendapatkan apa yang ibu pernah dapatkan dari Ayah, di saat Ibu mengusap perut, Ayah selalu ada di samping Ibu sambil mengusap rambut Ibu." Perempuan tersebut tahu. Sebuah cerita kecil yang tidak akan pernah bisa terlupakan karena dongeng sebelum tidur yang sering ia dengar.

"Aku tidak mendapatkan kasih sayang layaknya seorang istri yang sedang mengandung. Kita berbeda Bu, jadi biarkan saja seperti ini." Tangis yang ia tahan akhirnya pecah. Buliran air mata kini berlomba-lomba keluar dari pelupuk matanya. Elma kembali menggeleng pelan, dengan jawaban yang sama, berakhir dengan rasa sakit yang lebih besar dari biasanya.

"Aku sudah membiayainya, aku tiap bulan selalu mengirimkan uang, itu sudah cukup, lagian mereka juga tidak mencari aku bukan? Bahkan apa mereka pernah berlari pada Ibu bahwa mereka sedang kangen pada ibunya?" Elma tidak bisa berkata-kata apalagi, dan hanya bisa menatap emosi anaknya yang sedang tidak baik.

"Baiklah, kalau begitu Ibu pamit pulang saja." Perempuan tersebut tidak memberikan jawaban apapun, ia hanya menangis dengan Isakkannya yang mulai mereda.

"Tapi, sebelum Ibu pulang, dan mungkin Ibu tidak bisa menemui kamu lagi, karena Ibu sudah kehilangan sosok putri kecil yang penuh kasih sayang dan pengertian. Uang yang kamu kirim selama ini, semuanya masih utuh, karena Ibu tidak perlu itu, Ibu bisa melakukannya sendiri, dengan keringat Ibu agar mereka bisa tumbuh menjadi orang baik." Elma sudah tidak bisa terlalu lama bersama dengan anaknya, karena itu bisa membuat rasa benci itu semakin muncul.

"Bu..."

"Sudahlah..." Elma bangkit dan berjalan keluar dari rumah mewah dimana keberadaan anaknya tinggal.

"Buuuuu." Perempuan itu berteriak memanggil ibunya, tapi rasa kecewa ibunya mungkin lebih besar, jadi ia kini hanya bisa kembali menangisi masa lalu yang begitu jahat.

Dering handphone akhirnya menyadarkan perempuan tersebut dari tangis lukanya. Di depannya handphone terus bergetar, dan Fuji mulai mengambil untuk mengangkatnya.

"Hallo pak, ada apa?"

"Apa kamu bisa datang, lusa besok ikut dalam kegiatan gerak sehat bersama SMA Garuda Indah." Perempuan tersebut diam. Namanya tidak begitu asing, seperti ia pernah mendengarnya.

"Hallo Fuji..."

"Fuji..."

"Fuji..."

"Bagaimana, kamu bisa tidak?" Ia memejamkan matanya.

FaKha ( Fateh Rakha ) Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang