29. Kebersamaan Masa lalu

300 24 3
                                    

<<<<<FaKha>>>>>
( Fateh Rakha )
<<<<<<<<<< FaKha >>>>>>>>>>

"Ini yang aku hindari dalam hidup aku Teh." Rakha duduk di meja makan. Menatap Fateh yang datang dan berdiri di hadapannya. "Perbedaan pendapat yang membuat kita beradu argument seperti ini." Lanjut Rakha yang mulai mengalihkan perhatiannya ke arah yang lain.

"Berbeda pendapat itu wajar, sekarang kita mencari jalan keluarnya." Ajak Fateh.

"Satu-satunya jalan keluar, kamu tidak boleh mengikuti olimpiade itu." Ucap Rakha.

"Tapi Kha."

"Tuh kan?" Fateh diam. "Kamu itu mikirin aku tidak sih?" Tanya Rakha.

"Kha ini hanya olimpiade, tidak ada yang perlu kamu takutkan." Ucap Fateh.

"Justru aku benar-benar takut, takut kamu gak datang kembali, takut kamu di hujat kembali dan takut kamu di perlakukan buruk kembali." Beritahunya dengan suara yang bergetar, dengan mata yang mulai memanas.

"Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, percaya sama aku." Ucap Fateh.

"Kamu memang tidak akan mengulangi Fateh, tapi bagaimana jika penyakit kamu yang terulang?" Tanya Rakha. "Sekarang kamu sudah berbeda, tidak sesehat dulu, tidak bisa seaktif dulu, karena kamu punya batasan dengan penyakit kamu." Beritahunya.

"Sudah, jangan di lanjutkan lagi." Mala mendekati dan berdiri di antara Fateh dan Rakha.

"Kamu tahu Teh, dengan kamu mengikuti hal ini, akan banyak tenaga dan pikiran kamu yang keluar, dan itu bisa membuat kamu tidak aman karena banyak pikiran." Naisa menarik mundur kebelakang. Mala berusaha menenangkan emosi Rakha.

"Bisa tidak, sekali saja kamu nurut sama Aku, karena aku ini adalah Kakak kamu, bukan orang lain."

"Kha, sudah." Rey juga ikut menenangkan, emosi Rakha, bahkan kini Rakha sudah mengeluarkan air matanya.

"Padahal aku yang punya penyakit, tapi kenapa kamu yang takut?"

Brakkkkkkkk

Rakha bangkit sambil menggebrak meja dengan kuat. Tatapannya tajam pada Fateh.

"Kamu benar-benar ya Fateh, aku hidup di dunia ini hanya punya kamu, aku hidup bergantung sama kamu, sakit demam panas aja kamu sudah bisa lihat bagaimana gilanya aku, stress nya aku, bahkan ini lebih sakit dari panas, setiap tidur aku selalu memperhatikan kamu, selalu mengusap dada kamu, bahkan selalu mendekatkan telinga ku pada dada kamu, karena aku takut kamu bukan tidur."

"Sudah, kedua cucu Nenek jangan bertengkar." Ucap Elma pada keduanya ikut bergetar dengan suara tangisannya, melihat Fateh dan Rakha yang kembali beradu argument.

"Jika kamu tetap mau melakukan olimpiade itu, jangan berharap aku bisa bertemu dengan kamu lagi." Rakha kembali duduk. "Sekarang kamu putuskan, jika kamu tetap dengan pendirian kamu, aku pergi dari rumah ini." Lanjut Rakha.

"Kha, jangan seperti itu." Ucap Elma. Semua perhatian teralihkan pada Fateh, Fateh memejamkan matanya, lalu ia berjalan pelan mendekati Rakha. Rakha tetap tak melihat Fateh saat berdiri di sampingnya, namun Rakha merasakan kalau Fateh kini sedang memeluknya.

"Ya, aku mau nurut sama kamu Kha." Rakha tersenyum, lalu membalas pelukan Fateh sambil mengusap punggung Fateh.

"Terimakasih." Fateh mengangguk.

"Maafin Rakha, sudah bentak-bentak Fateh." Fateh menggeleng. Mereka yang melihat itu tidak kalah tersenyum, senang melihat keakraban ini, dua saudara kembar yang sama-sama keras kepala akhirnya ada yang mengalah.

FaKha ( Fateh Rakha ) Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang