20. Separuh Nyawa

335 18 1
                                    

<<<FaKha>>>>>
( Fateh Rakha )
<<<<<<<<<< FaKha >>>>>>>>>>


"Dokter... Dokter..." Rakha berteriak seperti orang kesetanan, saat memasuki ruangan UGD yang terlihat sepi. Fateh berada di gendongan punggungnya, dalam keadaan tidak sadarkan diri. Rassya dan Rey berusaha menahan Fateh dari belakang. Tidak lama beberapa perawat datang dan langsung membantu Rakha untuk memindahkan Fateh ke ranjang pesakitan.

"Tolong adik saya, dia kesakitan." Mohon Rakha pada beberapa perawat yang kini masuk membawa Fateh kedalam ruangan.

"Tunggu di luar ya." Rakha menurut dengan kepala yang mengangguk tidak lupa dengan air mata yang sedari tadi Rakha tidak bisa berhenti untuk tidak menangisi Fateh. Bahkan luka-luka lebam bekas pertarungannya, tidak sesakit saat ia melihat Fateh yang seperti ini.

"Rassya... Adik gue..." Rassya menarik Rakha dalam pelukannya, saat ini ia hanya bisa membuat Rakha tenang dengan mengusap punggung belakang Rakha yang bergetar.

"Kha, Lo belum hubungi Nenek." Mala ikut mengusap punggung Rakha, lalu memberitahu bahwa Neneknya belum di kabari dengan apa yang terjadi pada Fateh.

"Rakha belum tenang Mala." Beritahu Rassya. Mala mengangguk, lalu ia melihat pada pintu ICU yang tertutup, di dalam ada sahabatnya yang entah kenapa bisa sampai terjadi seperti ini. Mala menghapus air mata yang tiba-tiba saja terjatuh, lalu ia berjalan dan menunggu di kursi bersama Naisa dan juga Rey, sampai Mala tidak menyadari bahwa ada Ratu yang duduk di kursi ruang tunggu.

"Lo sedang apa?" Mala menatap Ratu yang sedang duduk.

"Nungguin Fateh." Jawabnya.

"Fateh? memangnya Lo kenal sama Fateh?" Ratu menatap Mala, suara Mala benar-benar seperti suara yang sedang kesal.

"Kenal." Jawab Ratu.

"Lo pergi aja, ngapain juga Lo ada disini?" Usir Mala pada akhirnya yang membuat Ratu kini harus bangun dari duduknya. "Ini juga semua karena salah pacar Lo, Cakka yang melemparkan bola pada punggung Fateh." Lanjut Mala. Ratu sebenarnya sangat kesal, tapi apa yang di katakan Mala ada benarnya, mau tidak mau, Ratu lebih baik menuruti apa yang diinginkan Mala.

"Sebelum Gue pergi, ada satu hal yang harus gue omongin." Ucap Ratu.

"Apa?"

"Gue mau minta maaf sama Lo! Seseorang telah membuat gue sadar, bahwa pertengkaran kita ini sama sekali tidak ada gunanya, jadi apakah Lo mau maafin Gue?" Ratu mengulurkan tangan kanannya. Mala menatap tangan Ratu, ia juga sebenarnya di ajarkan kebaikan.

"Baiklah, Gue maafin Lo, tapi Gue juga minta maaf ya." Ratu mengangguk. Lalu keduanya kini saling berjabat tangan.

"Gue pamit ya, semoga kita bisa berteman." Mala tidak menghiraukan ucapan Ratu. Ia lalu duduk disamping Naisa yang menatap lurus pada pintu ruangan ICU.

"Kalau Gue gak ngasih tahu bahwa kalian ada di sana, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini." Rey dan Mala melihat pada Naisa.

"Dia datang ke kelas, menanyakan pada Gue, dimana kalian? Gue pikir kalian ke bukit bintang bukan untuk melakukan pertarungan, hanya main-main seperti layaknya pergi ke taman, tapi kenyataannya." Naisa mengusap matanya yang basah.

"Maafin Gue, Gue benar-benar tidak tahu." Sesal Naisa menundukkan wajahnya. Mala yang duduk di samping Naisa langsung merangkul Naisa.

"Ini bukan salah Lo, Lo jangan menyalahkan diri Lo ya." Ucap Mala dengan pintu yang berbarengan terbuka.

"Dokter, bagaimana dengan adik saya?" Tanya Rakha melepaskan pelukannya dari Rassya.

"Adik anda akan kami rujuk ke rumah sakit pusat, karena kami kekurangan alat-alat medis untuk menangani adik anda." Beritahunya. Semua menatap terkejut.

FaKha ( Fateh Rakha ) Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang