41. Don't Go

556 37 8
                                    

<<<<<FaKha>>>>>
( Fateh Rakha )
<<<<<<<<<< FaKha >>>>>>>>>>

Fateh membuka kelopak matanya secara perlahan, namun detik berikutnya kedua bulatan matanya itu tiba-tiba kembali menutup rapat, ketika rasa sakit menyeruak di dada kirinya. Ditariknya nafas dalam-dalam, mencoba untuk menahan perih yang bersarang di tubuhnya. Kaki dan tangannya pun terasa sulit untuk digerakkan persendiannya kelu dan saraf-sarafnya seakan lumpuh.

"Fateh?" Bunyi samar-samar masuk ke relung telinganya. "Kamu kenapa?" Fateh hanya dapat meringis pelan. Ia tak yakin mampu untuk menjawab pertanyaan dari Naisa karena kini tenggorokannya terasa kering.

"Fateh? Kamu bisa mendengarkan ku?" Mendengar kecemasan yang teramat sangat dari suara itu membuat Fateh merasa bersalah, karena dirinya benar-benar sudah banyak membuat orang lain kesusahan, seperti Naisa sekarang yang mungkin sedang menemaninya. Fateh ingin mengumpulkan kekuatan pada lehernya di mana ia ingin sekali memaksa dirinya untuk mengangguk lemah memberitahu bahwa dirinya memang mendengar ucapan yang dikatakan Naisa, walaupun Fateh harus menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk menahan rasa sakit yang kembali datang.

"Fateh! Jangan digigit bibirnya." Fateh menggeleng dan kembali menggerakkan otot-otot lehernya yang sangat kaku dengan semampu Fateh bisa. Tapi bukan menurut apa yang dikatakan Naisa untuk melepaskan gigitannya, Fateh malah makin menancapkan giginya pada permukaan lembut itu hingga mengeluarkan sedikit darah. Kepalanya serasa mau pecah. Fateh menggeleng lagi, mencoba untuk meredakan denyut nyeri yang makin menjadi, tapi rasa perih itu masih ada, tepat di belakang kepalanya, memukul-mukul tengkoraknya secara ganas.

"Fateh dengarkan aku!" Suara Naisa cukup meninggi. "Berhenti menggigit bibirmu! Kamu akan melukai dirimu sendiri!" Pinta Naisa memohon pada Fateh. Naisa tidak tahu bagaimana cara untuk menghentikannya, ia melihat kebelakang pada pintu yang tertutup, ia ingin berlari untuk memberitahu bahwa Fateh tidak baik-baik saja, tapi Fateh malah menahan tangannya.

"Fateh, aku harus meminta bantuan." Pinta Naisa agar Fateh bisa melepaskannya. Naisa melihat tombol merah di dekat Ranjang, ia pun langsung saja menekannya, dan menunggu para dokter yang mungkin akan datang.

Alarm dari kamar ICU di mana Fateh dirawat terdengar. Membuat perhatian orang-orang yang sedang menunggu teralihkan. Dokter Jean datang berlari bersama rombongan, mereka yang berada diluar hanya bisa melihat tanpa melakukan apa-apa. Saat pintu terbuka, mereka mendengar suara tangis histeris dari Naisa, lau Naisa berjalan keluar karena para perawat menyuruhnya. Mereka kini hanya bisa berdiri dengan panik diluar, dengan Elma yang sedang memeluk Naisa erat, berbeda dengan Isabella yang menatap Fateh dari arah luar jendela kamar ICU.

"Tekanan darahnya terus menurun, Dokter!"

"Detak jantung semakin lemah!" seru perawat yang lainnya.

"Dia kehilangan banyak darah!" Jean di sibukkan dengan memantau pupil mata, catatan di monitor, dan banyak lagi alat yang tidak mereka mengerti. Tapi yang mereka tahu saat ini, bahwa kondisi Fateh kritis. Jean memberikan beberapa instruksi, pada para perawat yang ikut membantu menangani Fateh kemudian ia menyuntikkan sesuatu ke tubuh Fateh agar Fateh bisa tenang. Setelah melihat reaksi aman dan baik-baik saja Jean bisa tersenyum lega, dirinya tidak terlambat dan itu cukup membuat Jean senang. Lalu Jean kembali keluar, untuk memberitahu pada keluarganya agar tidak terlalu panik.

"Semua sudah kembali stabil, tapi keadaan tidak membuat Fateh baik-baik saja, jadi saya harap kalian untuk terus berdoa." Ucap Jean pada Elma, Isabella dan Naisa.

FaKha ( Fateh Rakha ) Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang