24. Kehadiran yang Kelabu

243 23 26
                                    

<<<<<FaKha>>>>>
( Fateh Rakha )
<<<<<<<<<< FaKha >>>>>>>>>>


"Fateh." Rakha membuka matanya dengan nafas yang naik turun. Melihat kekanan dan kekiri, hanya mendapati tempat yang kosong tanpa ada sama sekali orang di sekitarnya. Rakha melihat pada tangannya yang terinfus, dan ia menyadari satu hal, bahwa ia juga kini sudah tidak memakai lagi pakaian seragamnya.

"Selamat pagi." Rakha melihat kearah pintu. Seorang lelaki datang mendekatinya, tertulis nama di name tag nya, Dr. Ibrahim.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Ibrahim.

"Baik dokter." Jawab Rakha. Ibrahim lalu melanjutkan pemeriksaan pada Rakha, ia tersenyum saat keadaan Rakha baik-baik saja, tidak ada yang di khawatirkan.

"Siapa keluarga kamu, biar saya hubungi?" Tanya Ibrahim pada Rakha. Mendengar keluarga, Rakha jadi teringat sama Fateh, dan sampai saat ini, dirinya belum tahu keadaan Fateh.

"Nak." Panggil Ibrahim.

"Dokter, saya izin keluar ya, kembaran saya kemarin di bawa ke rumah sakit ini, saya ingin tahu keadaannya." Pinta Rakha.

"Tapi anda harus melakukan registrasi terlebih dahulu." Ucapnya.

"Iya Pak, setelah saya bertemu dengan kembaran saya, saya akan langsung menemui bapak lagi, tapi saya mohon, izinkan saya untuk bertemu dengan adik saya dulu" Rakha memohon, berharap dokter di hadapannya bisa mempercayainya.

"Baiklah, tapi ingat, saya pegang janji kamu." Rakha mengangguk.

"Terimakasih Pak, kalau begitu saya boleh melepaskan infusan nya?" Tanya Rakha.

"Infus Nya belum habis, kamu perginya sambil bawa infusan aja." Rakha dengan cepat menggeleng.

"Gak mungkin Pak, bisa-bisa mereka pada khawatir pada saya." Rakha melihat sekeliling, lalu ia melihat keadaannya dan terkejut karena dirinya tidak memakai seragamnya.

"Seragam saya dimana?" Tanya Rakha.

"Kemarin kami melepaskannya, karena kamu datang dalam keadaan basah kuyup." Jawabnya.

"Terus sekarang dimana?" Panik Rakha.

"Tunggu sebentar, saya akan menanyakan terlebih dahulu pada suster, sekalian untuk menyuruh melepaskan infusan kamu." Rakha mengangguk. Lalu melihat kepergian Dokter yang keluar dari kamarnya.

Teringat dari kejadian semalam. Rakha rasanya sia-sia selama ini memata-matai Ibunya, karena di saat dirinya mulai berani mendekatinya, tapi sosok sang Ibu begitu mudah menjauhinya. Rakha sebenarnya tahu, kejadian semalam di saat ia terbangun di rumah itu, Ibunya sedang bersembunyi, karena Rakha melihat kepergian Ibunya dan merasakan sentuhan Ibunya. Rakha tidak tahu, kenapa Ibunya bisa sampai bersikap seperti itu pada dirinya, apakah dirinya memang anak yang tidak pantas untuk dilahirkan, atau dirinya memang anak yang benar-benar membawa kesialan.

"Apa salah kami Bu." Rakha menundukkan kepalanya, dengan tangan yang bergerak menghapus air mata yang keluar. Di kecewakan oleh sosok yang sangat di harapkan kehadirannya adalah rasa kecewa yang mungkin sulit untuk hilang, dan saat ini, Rakha benar-benar sangat kecewa.

"Kalau seperti ini, aku tidak mungkin, mempertemukan Fateh dengan Ibu, karena aku tidak mau, jika Fateh mendapatkan rasa kecewa yang sama seperti ku." Rakha menggelengkan kepalanya, lalu ia segera melihat kearah pintu di saat ada suster yang saat ini masuk kedalam. Rakha berusaha untuk tegar, ia tidak perlu menangisi lagi, karena rasa rindu selama ini telah di hancurkan oleh rasa kecewa yang akan terus menjadi ingatan.

FaKha ( Fateh Rakha ) Selesai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang