chapter 50

1.1K 55 15
                                    

Chapter 50.)
******





"Ba-ng gua mohon. Izinin gua sekolah. Gua udah lama ga sekolah bang"

.....

"Gua pengen kesana kali ini aja bang."

"Hiks Dengan tubuh gua yang masih lengkap,Kaya gini bang. Lo ngerti kan maksud gua. Gua ga yakin kedepan nya gua bakal gini bang"

"Bang hiks"

"Ba ng je"

"Gua mohon bang hiks"

Fero menunduk dan menangis. Tak mampu ia menatap jevan yang sedang bediri di hadapan nya. fero masih mempertahankan keinginan. Berharap jevan mau memberinya ijin. Jevan terdiam. Rasanya sesak mendengar penjelasan fero.

Dimana saat ini pikiran adik nya begitu pesimis. Fero memiliki firasat buruk. Tentunya jevan juga berharap itu tak terjadi. Namun bagaimana pun fero sudah merasakan tanda tanda nya. Seperti Sakit yang luar biasa dan terus saja bertambah sakit. berkali kali lipat dari sebelumnya.

Belum lagi pinggul nya ikut ikutan sakit. Fero merasa mungkin akan ada suatu tindakan yang membuat nya. Mau tidak mau fero akan kehilangan sesuatu. Makanya selagi masih lengkap. Ia ngin pergi dulu ke sekolah. Belum lagi selama dua bulan ini ia absen.

Jevan bingung. Harus bagaimana. Di satu sisi ia ingin cepat cepat membawa fero ke rumah sakit sesuai yang diinstruksikan dr samuel. Tapi mendengar ucapan fero. Rasanya sesak.

Kali ini ia mecoba menahan emosi nya. Tidak mau memperkeruh keadaan.Walaupun ia sendiri begitu kacau. Antara benci dan sayang menjadi satu.

Khawatir dan kesal menjadi perpaduan yang sulit di artikan oleh hati jevan sendiri. Jevan termenung. Entah ia harus bagaimana sekarang. Namun waktu terus berputar. Kita di paksa memilih keputusan. Begitupun jevan. Hingga akhirnya.

"Setengah hari gua jemput"

Ucapan jevan terdengar dingin Lalu fero pun mengangkat kepalanya. tatapan jevan sulit fero artikan. Fero langsung tersenyum simpul. Dan berkata terimakasih bang.

Fero hanya di kasih waktu sekolah sampai jam 12 siang. Lumayan fer. Bisa sekolah walau ga full. Dari pada ga di kasih ijin sama sekali kan.




Fero sarapan di meja makan. Kali ini ia makan sendirian. Paling ditemani 2 maid yang berada di dapur. Dan bi onim berdiri di samping nya. Menunggu perintah dan keperluan majikan muda nya itu

"Bibi duduk aja. Fero ga perlu apa apa lagi ko"

"Aden mau bekal makan siang. Bibi buatin?"

"Engga bi, terimakasih. Emang nya aku anak TK"

"Iya yah. Den bibi nanti nunggu di rumah sakit ya. Aden di sekolah nya jangan capek capek. Kalo perlu aden pake kursi roda aja den. Biar bibi siapkan gimana den?" Bi onim merasa fero belum apa apa juga sudah tampak pucat.

"Engga usah bi. Aku masih mampu pake tongkat. Bibi tenang aja. Aku ga akan capek capek ko"

"Ya sudah. Sip atuh den"

"Abang?"

"Tuan muda sudah sarapan duluan. Sekarang ada di halaman depan. Nungguin kamu"

"Nunggu aku? Buat?"

"Iyak. Mau anterin aden tadi ngomong ke bibi mah gitu. Sok atuh. Gera di percepat. Kasihan dari tadi.....nungguin nya loh"

"Serius bi. Aku ga mimpi?"

"Ikh aden" Bi onim mencubit pipi fero.

"Awww"

"Sakit?" Tanya bi onim.

FERO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang