chapter 54

1.3K 67 16
                                    

Chapter 54.)
******

Ikh list cerita ongoing yang boba baca. Ko ga ada yang update ya.

Ya sudah boba saja yang update

Khusus buat yang nungguin
Boba up nih hehe

Btw
Selamat hari raya idul adha 1444 H










"Vin, tolong kamu tenangkan bunda kamu vin" Dedi masuk ke ruangan rawat fero dan memerintahkan sesuatu kepada kevin.

Kevin yang tadi nya duduk di kursi samping brankar fero pun sontak berdiri. Melihat kedua orang tua nya terlihat menyendu.

Dengan sang kepala keluarga sedang memapah bundanya. Rasanya setelah keluar dari ruangan dr Samuel dan mendengarkan penuturan dr itu berbicara.

Membuat seluruh badan cellin terasa lemas begitupun dengan dedi. Namun sebagai kepala keluarga tentunya dedi masih mempertahankan bahu kokoh nya agar terlihat tegar. Padahal dalam hati nya. Dedi pun sama. Sama sama rapuh,serapuh cellin.

Cellin di ambil alih oleh kevin. Kevin papah bundanya itu menuju sofa. Isakan kecil cellin kini terdengar jelas di telinga kevin. Karena jarak mereka yang sangat dekat.

Kevin semakin resah dan sedih menyaksikan keadaan yang pilu ini. Rasanya sangat suram. Kevin tidak suka keadaan yang seperti ini. Dimana tak ada lagi senyuman, Kebahagiaan ataupun mungkin harapan.

"Bun.bunda kenapa?, Dr bilang apa barusan bun?" Cellin hanya diam. Dengan tatapan kosong. Air mata nya keluar. Namun tanpa suara. Sekali lagi hanya isakan yang kevin dengar.

*ada apa ini Tuhan? . Batin kevin.

"Bun.please jangan seperti ini bun. Bunda jangan nangis. Kevin ga kuat liat bunda nangis hiks"

Runtuh sudah pertahanan kevin. Kevin tidak bisa melihat bundanya menangis seperti ini. Rasanya bagai dihantam beribu batu. Ketika melihat bundanya itu menangis dengan pandangan yang kosong.

"Cell. Sadar cell. Jangan kaya gini cell" Ucap dedi yang sedari tadi melihat interaksi keduanya.

Dedi merutuki kebodohan nya. Kenapa juga dia menyuruh kevin menenangkan cellin agar tidak menangis. Toh jatohnya malah kevin sendiri yang ikut ikutan nangis.

"Arghhhhhh" Dedi mengusap surai hitam nya kebelakang. Lelah.

"Vin udah dong vin. Daddy minta kamu tenangkan bunda. Bukan ikutan nangis kaya gini" Lanjut dedi. Memegang pundak kevin.

"Ma-af dad hiks. Kevin ga kuat.hiks Maaf"

Dua jam kemudian jevan masuk ke ruangan rawat fero. Dan fero masih saja terpejam. Sedangkan Cellin dan kevin mengikuti fero terpejam. Keduanya pun duduk dan terpejam dengan cellin yang memeluk kevin di sofa.

"Dad?" Jevan.

"Iya bang" Jawab dedi lesu.

"Maaf dad. Gara gara aku____"

"Stop bang. Jangan ngomong kaya gitu"

"Tapi abang. Udah bentak ______"

"Daddy tahu semuanya bang. Sudah cukup"

"Maaf"

"Dengar bang. Yang lalu biarkan lah berlalu bang. Yang harus abang pikirin itu kedepan nya. Abang harus perbaiki ya bang"

"Hiks. Maaf"

"Sudah jangan nangis bang. Malu sama adik kamu. Lebih baik Kamu pulang aja bang. Istirahat.kamu sudah lama nunggu fero bahkan sebelum Daddy sama bunda pulang. Sekarang biar Daddy sama bunda Aja yang nunggu fero. Kamu pulang aja. Gendong kevin bawa pulang."

FERO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang