chapter 55

1.4K 65 11
                                    

Chapter 55.)
*****

"Cell. Mas mohon sama kamu. Jangan nangis di depan fero ya cell. Bukan nya apa apa. Mas ga mau. Kalo nanti fero semakin terpuruk. Kamu harus kuat cell. Biar fero juga kuat"

"Mas. Aku ga tahan mas. Rasanya aku belum ikhlas. Kalo harus____"

"Harus ikhlas cell. Semua ini yang terbaik buat anak kita. Cellin mau. Kanker anak kita itu kalo dibiarkan akan menyerang ke organ penting. bahaya cell" Cellin menggeleng dengan tatapan penuh khawatir. Tentu cellin tak mau fero kenapa napa.

"Ayo cell. Harus kuat. Anak kita akan tetap anak kita. Mau bagaimanapun nanti. Fero tetap fero. Kita support sama sama. Yang terpenting bagi kita. Fero sehat cell"

"Aku takut mas. Kakak ga Terima"

"Gimana fero mau Terima. Kamu nya aja belum ikhlas kaya gini cell. Jangan rapuh. Mas mohon. Terima ya sayang. Agar anak kita juga bisa menerima keadaan nya"

__

"Kamu sudah siap sayang?.kita berangkat"

"Sebentar mas. Aku siapkan dulu keperluan fero yang lain. Takutnya ada yang tertinggal"cellin dan daddy sedang berada di kamar fero lantai dua.

"Setelah nanti kita sampai rumah sakit.ketemu dengan anak kita. Siap ya cell. Kita obrolkan tentang keputusan berat ini. Kuat ya cell. Mas mohon"

"Baik mas. Sulit mas.tapi aku coba. Maaf aku serapuh ini mas"

"Engga sayang. Jangan minta maaf. Yang terpenting Kamu janji ya sama mas. Jangan tunjukkan air mata kamu di depan anak kita. Terkhusus fero. Kamu harus tegar. Buktikan kalo semua itu akan baik baik saja"

"Iya mas cellin paham"

"Nah gitu. Kita Sama sama ya cell. Senyum dong.mulai sekarang Kita hadapin apapun itu. Sama sama"

"Tentu mas"

"Senyum dong sayang"

"Iya mas. Ikhhh" Cellin pun akhirnya tersenyum malu malu.
















"Fer. Abang pijit ya tangan nya"

"Makasih bang" Fero tersenyum dengan wajah tanpa rona. Siapapun yang melihat fero saat ini. Sungguh sungguh mengkhawatirkan.

Badan yang lebih mengurus. Hilang sudah tubuh estetik seorang fero. Rambut mengalami kerontokan yang luar biasa. Muka pucat pasi. Seperti mayat hidup. Dengan bibir yang mengering terdapat bercak darah akibat kulit bibir yang mengering dan terkelupas.

"Abang bawa madu. Bibir lo kering banget. Pasti perih" Fero pun memegang bibirnya. Dalam hati mengiyakan ucapan jevan. Fero seketika jadi seseorang yang irit berbicara. Bukan perihal penyakit. Tapi keadaan ini seakan akan mimpi yang sulit sekali dicapai oleh nya.

Mendapatkan perhatian jevan. Sesuatu yang sungguh mustahil terjadi bagi seorang fero. Dan kini terjadi. Fero tak ingin bangun jika ini memang mimpi.

Namun kenyataan tak selalu pahit. Mimpi membahagiakan ini nyata. Jevan bersamanya. Dan fero fokus menikmati apapun yang jevan lakukan. Asalkan jevan ada di sampingnya.

"Jangan bengong. Sini gua olesin ke bibir ya" Jevan.

"Gapapa bang. Biar fero sendiri yang pake" Aneh juga.

Fero kan jadi gugup. Di kasih perhatian aja dia bahagia bukan main. Sekarang dia dapat kontak fisik juga. Nikmat apa lagi yang harus fero dustakan. Pikir fero.

"Sini sama abang aja"

"Gapa__"

"Diem lo. Biar sama gua. Nurut"

FERO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang