chapter 52

1.1K 74 14
                                    

Chapter 52.)

******

Jangan lupa vote nya

"Ayo bang. Lanjut jalan". Tanpa membalikkan badan menatap jevan.dimana saat ini jevan sedang memerhatikan nya dengan intens. Raut wajah jevan yang biasanya datar. Kini nampak begitu khawatir.

"Duduk nya yang bener" Ucap jevan dingin.

Padahal maksud nya bukan gitu. Jevan ingin memastikan keadaan fero. Jadi memaksa fero duduk normal. Agar ekspresi muka nya terlihat.

Bagaimana jevan tau apa yang sedang fero rasakan. Toh saat ini jevan hanya bisa melihat punggung fero yang membelakanginya saja. Begonya dia yang tak bisa berkata jujur.

Iyap seperti di chapter sebelum nya. Fero menyandarkan badan nya ke samping pintu mobil. Begitupun dengan wajah yang melihat ke arah jendela sepenuhnya. Sontak kening mulus nya berbenturan dengan kaca jendela mobil.

Ingin rasanya berteriak kesakitan. Tapi tak bisa. Ia bukanlah seseorang yang lemah. fero hanya menangis dengan isakan yang ia tahan sepelan mungkin keluar dari mulutnya. Dimana saat ini hanya dia sendiri yang bisa mendengar isakan itu.

Fero menghapus air matanya menggunakan kedua tangan nya. Dengan sangat pelan. Karena setiap pergerakan yang ia gerakan walau sedikit.

Rasa sakitnya sungguh luar biasa dari mulai kaki bahkan ke pinggang. Entahlah begitu komplek. Jadi ia tidak bisa memilih anggota tubuh mana yang paling banyak memberontak. Karena saat ini bahkan pusing di kepala nya semakin menjadi jadi.

fero pun menyandarkan tubuh sepenuhnya di sandaran kursi. Sesuai dengan perintah jevan. Dengan wajah yang di tundukan. Guna menyembunyikan muka yang terlampau kacau. Dari  jevan.

Namun naas justru jevan terus memperhatikan gerak gerik adik nya itu. Jevan menghela nafas kasar. Setelah melihat raut wajah fero yang begitu kacau. Bekas airmata yang masih terlihat di kedua pipinya. Muka yang begitu pucat. Tangan yang sedikit bergetar. Tak lupa dahi nya sekali kali mengkerut. Seolah menahan sakit.

"Cih nangis?" Tanya jevan. Ingin rasanya mencairkan suasana. Namun jatohnya malah jadi brengsek.sepertinya jevan masih belum menerima fero.

"Gua ga nangis" Jawab fero.

"Hidung merah. Mata bengkak. Bukan kah itu menangis?"

"Lagi pilek"

"Kenapa?. Kamu Masih pengen di sekolah?" Fero menggeleng pelan. Ucapan jevan seolah sedang mencemoohnya.

"Terus?"

Heok heok heok

Fero merasakan mual secara tiba tiba. Akibat rasa pusing yang sedang ia dera semenjak di sekolah. Hingga sekarang ia tak bisa menahan rasa pusing itu. Sampai akhirnya ia pun muntah di mobil jevan.

"Gila.... Lo muntah di mobil gua" Teriak jevan.

Jevan langsung mengambil kantong keresek belanjaan. Saat menunggu fero sebelum nya ia mampir membeli cemilan terlebih dahulu di supermarket. Belanjaan tersebut jevan keluar kan semuanya dari kantong keresek. Lalu kantong keresek nya jevan gunakan untuk menampung muntahan fero. Yang masih berlanjut.

"Nih pake. Mobil gua arghhhhh" Kesal jevan. Namun tak ayal tangan nya sibuk mengurut tungkai leher fero.

"Udah?" Fero mengangguk. Lalu Jevan mengambilkan tisu dan air mineral di dekatnya.

"Kumur kumur. Biar ga mual"

"Udah mual bang"

"Bersihin pake tisu"Fero membersihkan mulutnya menggunakan tisu sesuai ucapan jevan.

FERO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang