Dikala matanya masih terpejam, samar-samar aroma yang sangat segar menyapa indra penciuman Seokjin.
Aroma segar seperti sabun mandi. Ah bukan, sedikit lebih lembut daripada itu.
Dan Seokjin sangat menyukainya.
"Mm..." gumam Seokjin dengan senyum tipis terulas di bibirnya tanpa ia sadari.
Kepala Seokjin mulai bergerak seraya perlahan matanya terbuka. Saat itulah tatapannya menemukan keberadaan seseorang yang berdiri disamping ranjangnya.
Youngji, wanita yang belum mau ia akui sebagai Ibu sambungnya sedang menggendong si kecil Kookie sembari menata peralatan makan yang baru saja ia bawa dari rumah.
Ternyata bayi itu sumber aroma lembut yang tadinya Seokjin sukai.
Tepat ketika Seokjin menatapnya, Youngji menoleh kearahnya.
"Kak udah bangun?" sapa Youngji.
Seokjin hanya mengangguk dengan raut datar.
"Bunda ga lama kok. cuma mau anter bubur buat Kakak sama nungguin Kak Namjoon balik dari kampus" kata Youngji yang seolah bisa menebak isi hati Seokjin yang tidak menyuki keberadaannya disana.
"Namjoon bilang Kakak ga suka bubur rumah sakit jadi Bunda masakin bubur ayam buat Kakak"
Seokjin tak bergeming sedikitpun. Laki-laki itu justru membalikkan posisi tidurnya membelakangi Youngji.
"Ini buburnya udah siap di mangkuk biru ya, Kak. Bunda juga siapin air hangat buat minum"
Tiba-tiba Seokjin berbalik dan menatap Youngji. Tentu saja wanita itu sangat senang melihatnya. Apakah ini artinya Seokjin mau sarapan dengan menu bubur buatannya?
"Udah belom urusannya?" tanya Seokjin datar.
"Oh. udah kok. Mau makan sekarang?" tanya Youngji dengan mata bulatnya yang berbinar dan senyum yang cerah.
"Maksud gue kalo udah selesai bisa gak pergi aja? Kepala gue sakit bau aroma bayi!"
Deg.
Tentu saja kalimat Seokjin yang terdengar cukup kasar itu menjadi tamparan keras bagi Youngji.
Binar mata bulat itupun meredup seiring dengan senyumnya yang perlahan pudar berubah menjadi mimik yang canggung.
Saat itu Youngji seolah dihempaskan dari langit karena merasa harapannya terlalu tinggi. Terlebih Seokjin bukan hanya menyerang dirinya tapi juga si kecil Kookie.
Wanita itu dengan cepat mengendalikan dirinya dan bereaksi dengan sabar.
"Kalau Kakak mau Bunda pergi, maaf ga bisa karena peraturan rumah sakit mengharuskan ada satu orang yang jaga. Tapi Bunda bisa tungguin diluar sampai Kak Namjoon datang. Bunda keluar ya"
Diluar kamar rawat Seokjin, Youngji duduk disebuah bangku kosong. Membaringkan Kookie di kursi dengan beralaskan selimut yang tadinya menutup badan bayi itu.
"Sabar ya dek, kita tunggu Kak Namjoon datang terus setelah itu kita pulang ya" Youngji mengajak bicara Kookie yang memang sedang tidak tidur.
"Kakak ga mau kita tungguin di dalam. Jadi kita nungguin disini aja, Oke?"
Wanita itu kemudian mengusap lembut pipi bayinya sambil tersenyum miris. "Maaf ya, karena kebencian Kakak ke Bunda, Kookie jadi ikut dibenci. Sebenarnya Kakak cuma salah paham ke Bunda, Kakak salah mengira kalau Bunda jahat. Doain semoga Kakak bisa segera terbuka hatinya ya dek"
Mata bulat cantik itu dengan cepat digenangi oleh air bening kala hatinya menjadi rapuh jika berbicara tentang penderitaan yang harus ikut ditanggung si kecil Kookie.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET SKY
FanfictionMemiliki tiga kakak dengan rentang usia yang cukup jauh menjadi berkah tersendiri untuk hidup Kookie terutama jika itu menyangkut Kakak kedua dan Kakak ketiganya kecuali Kakak sulungnya yang bahkan tak pernah menatapnya.