12. Cute Warning

1.5K 179 43
                                    

Atas bantuan Namjoon dan Yoongi, dalam waktu singkat sebuah apartemen kecil di distrik Mapo mereka dapatkan untuk hunian sementara Seokjin.

Karena tempatnya kecil, dengan sangat terpaksa sebagian barang Seokjin harus dibuang dan sebagian lagi akan dititipkan dirumah keluarganya.

Sebenarnya laki-laki tampan dengan gengsi setinggi langit itu keberatan namun atas nasehat Yoongi akhirnya Seokjin bersedia.

Yoongi mengatakan Seokjin bisa menyimpan barang-barang tersebut di kamar miliknya yang sampai sekarang masih terawat dengan baik karena keluarganya masih berharap Seokjin mau kembali pulang kerumah.

Apalagi barang yang tersisa masih sangat berguna seperti beberapa koper, tas travel, beragam sepatu dan buku-buku yang ada hubungannya dengan pekerjaan serta baju-baju yang tidak muat jika semuanya disimpan di lemari kecil yang ada di apartemen barunya.

"Jin, ini udah 5 tahun berlalu. Andai Mama Nami masih hidup, gue yakin dia juga bakalan marahin lo karena terus berkubang sama prasangka yang belum tentu bener. Gue bukan mau ngebela Papa sama Bunda ya, tapi gue ga mau ngelihat temen baik gue terus terperangkap dalam prasangka itu seumur hidupnya"

Yoongi berbicara panjang lebar ketika mereka mampir disebuah kafe setelah menjemput Seokjin di bandara.

"Gue ga bisa Yoon. Setiap kali gue coba buat ngelupain semuanya, ingatan itu selalu balik lagi. Ingatan dimana gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, Papa gue meluk suster itu didepan raga Mama yang nafasnya udah putus-putus"

"Lo pengen tahu gimana caranya supaya ingatan itu ga terus balik dan perlahan hilang?"

"Gimana caranya?"

"Ikhlasin semua yang udah terjadi"

Seokjin pun dibuat menelan ludah hanya karena kalimat sederhana yang terlontar dari mulut laki-laki berkulit pucat yang duduk dihadapannya itu.

Satu kata itu, kata 'ikhlas'.

Kata yang tak pernah ada dalam benak Seokjin. Dia juga tak pernah berupaya memikirkannya sehingga kata itu seolah semakin jauh dari jangkauannya.

"Anggeplah dugaan lo bener, Papa memang ada main belakang sama Bunda ketika beliau masih jadi suster pribadi Mama Nami. Tapi kita bisa apa kalo itu udah maunya mereka? Kita udah pasti ga setuju sama tindakan mereka yang salah tapi kita bisa ikhlasin semua yang udah terjadi sebagai bagian dari cerita hidup"

Seokjin tampak mengaduk-aduk minumannya. Berusaha mencerna semua perkataan Yoongi meski dengan hati gundah.

"Tapi kalo ternyata mereka memang salah, apa gue ga boleh menghukum mereka, Yoon?"

"Lebih baik jangan. Kalaupun Papa dan Bunda bersalah, Biar Tuhan yang jadi hakim buat mereka, jangan lo yang jadi hakim karena hukuman lo bakalan ga seberapa dibanding kalo Tuhan sendiri yang ngehukum mereka"

Deg.

Jantung Seokjin seolah hendak terlonjak keluar dari dadanya sementara di sisi lain ia juga merasakan sesuatu yang sangat menusuk relung hatinya.

Kata-kata Yoongi rupanya cukup tajam sehingga itu sangat mengena bagi Seokjin.

Laki-laki itu pun tersadar, apalah artinya manusia dibandingkan sang pemilik hidup yang Maha mengetahui akan semua hal bahkan yang tersembunyi sekalipun.

"Memang gue ga ngalamin sendiri Jin, tapi gue punya gambaran harus bersikap seperti apa kalo misalnya hal ini terjadi sama gue. Ini semua demi kebaikan lo. Gue cuma pengen lo bisa ngejalanin hidup dengan ikhlas dan tenang. Itu doang"

"Yoon, kalo tiba-tiba gue harus berubah sikap ke Papa dan Bunda jadi kaya Namjoon atau Taehyung, jujur gue belom bisa"

Terulas senyum tipis di bibir Yoongi ketika untuk pertama kalinya ia mendengar Seokjin menyebut kata 'Bunda'. Bukan lagi dengan sebutan 'wanita itu' atau 'suster itu'.

SUNSET SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang