Seokjin bersimpuh di depan makam ibundanya, menjalankan beberapa ritual sebelum kemudian memanjatkan doa dengan khusyuk untuk beberapa saat lamanya.
Setelah selesai dengan semuanya, Seokjin menghela nafas dalam-dalam sembari menatap lekat foto wanita cantik berambut panjang tersebut. Wanita dengan fitur wajah oval yang sangat mirip dengannya.
"Mama, gimana kabarnya?" sapa Seokjin. "Aku sehat-sehat aja, Ma. Namjoon lagi sibuk tugas kuliah, kalo Taehyung baru aja sembuh flunya"
Terulas senyum bangga menghiasi wajah tampan Seokjin kala ia ingat satu hal yang ingin dia sampaikan berikutnya.
"Ma, minggu depan aku ujian skripsi. Doain lancar ya. Mama udah pengen banget kan lihat aku jadi sarjana dan pake baju toga? Gak lama lagi, keinginan Mama itu bakal terwujud"
Namun senyum bangga itu kini sedikit surut dan berubah menjadi senyum getir.
"Meskipun aku sedih banget Mama ga bisa lihat langsung anak sulung Mama akhirnya jadi sarjana dan kita juga ga bisa foto bareng satu keluarga di acara kelulusan aku..."
Seokjin meraba dadanya yang mendadak terasa perih. Sensasi perih karena rasa kecewa yang begitu dalam kenapa harus secepat ini berpisah dengan sang ibunda tercinta disaat dia belum bisa membalas budi.
Namun bukankah tidak ada satupun manusia yang bisa melawan jalannya cerita hidup yang terus bergulir?
Seokjin pun menyadari sepenuhnya hal itu.
Kembali ia mencoba tersenyum dan menatap foto sang Ibu. "Nanti begitu acara wisudanya selesai, aku langsung mampir kesini ya Ma. Aku mau bagi kebahagiaan hari itu sama Mama"
Kini kepala Seokjin tertunduk dan tampak laki-laki itu kembali menghela nafas dalam-dalam. Tak ada lagi senyum di wajah tampannya selain aura ketegangan dan rahang yang mengeras.
"Doain juga aku cepet dapet kerja ya, Ma. Secepatnya aku pengen mandiri dan lepas dari Papa..."
Emosi Seokjin pun tersulut kala ia ingat sang Papa. Ia bahkan tak bisa menahan tetesan airmata yang mulai luruh dari kedua kelopaknya.
"Kabarnya istri baru Papa mau melahirkan dan Papa bilang mau pindahin istri sama bayinya dari Busan kerumah kita. Aku gak peduli kalo Namjoon atau Taehyung gak masalah, tapi aku gak sudi lihat mereka, Ma!"
Sungguh, bagi si sulung Seokjin sangat sulit untuk menerima keputusan sang Ayah yang menurutnya terlalu cepat melupakan Ibunya dan jatuh hati dengan wanita lain yang sekarang telah menjadi istri baru yang sah.
Terlebih lagi ketika Seokjin mengingat latar belakang siapa wanita itu, dan bagaimana wanita itu dan Ayahnya akhirnya menjalin hubungan, membuat emosi Seokjin semakin meradang, menumpuk, lalu membentuk sebuah dendam.
Dan Seokjin pun tenggelam dalam isakan tangisnya, menumpahkan seluruh kepedihan hatinya di depan makam sang Ibu.
****
Sepulang dari makam, Seokjin segera membersihkan diri lalu mengurung diri di dalam kamar, seperti biasanya. Sejak Kim Seokmin, Ayahnya, memutuskan untuk menikah lagi lebih tepatnya.
Kehidupan Seokjin hanya seputar menerima uang saku dari rekening sang Ayah, kamar tidur dan kampusnya. Bahkan Seokjin tidak lagi makan dirumah karena ia lebih memilih makan diluar baik itu sendiri atau bersama teman-teman.
Karena sikap si sulung inilah Seokmin akhirnya memutuskan untuk tidak membawa istri barunya tinggal bersamanya setidaknya sampai Seokjin bisa menerima pernikahannya.
Namun karena wanita itu kini sudah akan melahirkan bayi mereka, maka beberapa waktu lalu Seokmin memberitahu tiga putranya bahwa ia akan membawa istri dan bayinya tinggal bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET SKY
FanfictionMemiliki tiga kakak dengan rentang usia yang cukup jauh menjadi berkah tersendiri untuk hidup Kookie terutama jika itu menyangkut Kakak kedua dan Kakak ketiganya kecuali Kakak sulungnya yang bahkan tak pernah menatapnya.