"Papa! Stop Pa, stop! Please, kendalikan emosi Papa. Kakak masih sakit, Pa" seru Namjoon yang kini sudah memeluk tubuh Seokjin untuk melindungi Kakaknya.
Seokmin terlihat sangat terkejut dengan apa yang baru saja dilakukannya, matanya nanar menatap telapak tangannya sendiri.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia begitu lepas kendali sampai-sampai main tangan dan menampar pipi putra sulungnya.
Sementara Seokjin yang berada dalam dekapan Namjoon, terlihat memegang pipi kanannya yang terasa cukup nyeri dengan wajah yang memerah.
Laki-laki itu juga tampak sama terkejutnya seperti sang Papa. Menatap nanar lantai sambil mencerna apa yang sedang terjadi.
"Udah cukup, ga usah dilanjutin, nanti yang ada malah pada emosi" lanjut Namjoon lagi sebelum kemudian si jangkung itu berbalik untuk memeriksa keadaan Kakaknya.
"Kakak ga apa-apa?" tanya Namjoon yang tidak mendapat jawaban dari Seokjin karena Kakaknya itu masih terdiam membeku.
Seokmin lalu mendekat dan meraih bahu Seokjin. "Maaf. Papa lepas kendali. Maafin Papa, Seokjin" ucapnya dengan raut khawatir.
Bukannya jawaban yang Seokmin dapat selain melihat Seokjin menghempaskan kasar tangannya yang ada dibahu sulungnyaknya itu sebelum kemudian Seokjjn melangkah cepat keluar dari kamarnya.
Melewati Taehyung dan Bunda yang berdiri membeku di ruang keluarga. Sepertinya mereka juga mendengar keributan yang sedang terjadi.
Disana, Seokjin melihat mata bulat sendu Bunda yang seolah siap untuk menumpahkan airmatanya. Ada sorot kecewa dan juga terluka.
Apakah Seokjin jadi iba? Sama sekali tidak.
Tamparan Papanya sudah cukup membuatnya semakin percaya bahwa tuduhannya selama ini memang benar dan hatinya pun semakin mendendam.
Mendendam pada Papanya dan juga si wanita bermata bulat itu, dimana keduanya tega mengkhianati Mamanya yang saat itu sudah diujung usia.
"Puas lo sekarang ngelihat Papa gue mulai main tangan sama anaknya?" ujar Seokjin dingin dihadapan Bunda sebelum melanjutkan langkah cepatnya keluar rumah.
.
.
Hanya ada keheningan di dalam mobil selama Namjoon mengantar Seokjin kerumah sakit.
Meski begitu tetap ada hal yang Namjoon syukuri. Kakaknya tidak menolak dia antar kerumah sakit karena ia sempat khawatir kalau-kalau Seokjin akan berubah pikiran, tidak mau cek up, karena suasana hatinya pasti sedang sangat buruk sekarang.
Satu lagi hal yang Namjoon syukuri ketika dokter memberikan diagnosanya. Kondisi kesehatan Seokjin membaik, ia hanya perlu banyak beristirahat, menjaga pola makan dan menghindari beberapa pantangan hingga jadwal cek up 2 minggu kedepan.
"Terimakasih, dok" pamit Namjoon sambil membungkuk sopan yang kemudian diikuti oleh Seokjin dan keduanya pun berlalu dari ruang dokter.
"Kakak tunggu sini ya, aku mau urus administrasinya dulu" kata Namjoon sambil menunjuk salah satu bangku kosong agar Kakaknya duduk disana.
"Nggak, Joon. Kakak urus sendiri administrasinya" jawab Seokjin seraya melangkah pergi namun baru satu jengkal langkahnya, cekalan tangan Namjoon dilengannnya langsung menghentikkannya.
"Kak, sejak awal Kakak rawat inap kan aku yang urus. Udah ya, Kakak tunggu aja. Diem duduk disini"
"Iya selama ini memang kamu yang urus. Dan uang yang kamu pakai itu semuanya dari kartu kredit Papa. Tapi mulai hari ini, Kakak ga mau lagi terima bantuan sepeser pun dari Papa. Nanti Kakak juga bakal transfer semua uang yang udah Papa keluarin selama Kakak rawat inap, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET SKY
Fiksi PenggemarMemiliki tiga kakak dengan rentang usia yang cukup jauh menjadi berkah tersendiri untuk hidup Kookie terutama jika itu menyangkut Kakak kedua dan Kakak ketiganya kecuali Kakak sulungnya yang bahkan tak pernah menatapnya.