Seokjin mendekap tubuh kecil itu dalam gendongan lalu membawanya keluar balkon kamar untuk melihat bulan seperti permintaan Jungkook.
Angin semilir di musim panas menyapa tubuh keduanya, menciptakan suasana sejuk dan nyaman sementara Jungkook terlihat menyamankan sandaran kepalanya di dada lebar si kakak sulung.
"Tadi sore udah minum obat?" Tanya Seokjin seraya meraba kening Jungkook untuk memeriksa suhu tubuh anak itu.
"Udah"
"Siapa yang kasih obatnya? Bunda atau Papa?"
"Bunda"
Seokjin menghela nafas lega ketika mendapati bahwa suhu tubuh Jungkook ternyata semakin membaik.
'Kenapa gue jadi sesayang ini sama lo bayik?' Batin Seokjin dalam hati seraya menertawakan dirinya sendiri disana, jauh di dalam lubuk hatinya, karena merasa seolah terkena karma oleh betapa lucu dan manjanya si bungsu Jungkook jika sedang bersamanya.
"Besok kalo masuk sekolah jangan banyak tingkah dulu. Ga boleh lari-lari, ga boleh kejar-kejaran. Ini baru sembuh demamnya. Ngerti?"
Entah apakah mengerti dengan pesan Seokjin atau tidak, Jungkook hanya mengangguk sembari menguap.
Cup~
Seokjin mengecup sayang pipi bulat bersemu pink itu sementara si pemilik pipi tampak abai.
"Jangan sakit lagi ya? Ngerepotin banget tau" gerutu Seokjin.
(Jangan sering-sering sakit, Kakak tuh ga bisa lihat kamu sakit terus rewel nyari-nyari Kakak - batin Seokjin dengan kalimat yang lebih jujur)Kembali Jungkook tampak abai. anak itu kini justru terlihat mengulurkan telunjuk imutnya kearah bulan yang bersinar ditengah langit malam. "Itu bulannya..."
Seokjin mengalihkan tatapannya keatas, melihat bulan yang hampir penuh diatas sana.
Sungguh indah pemandangan malam kota Seoul di musim panas. Langit tampak begitu cerah dan bulan bersinar dengan terangnya.
"Kenapa Kookie pengen lihat bulan?"
"Ga apa-apa"
"Emangnya setiap mau tidur adek selalu lihat bulan?" Tanya Seokjin sambil mengusap lembut punggung Jungkook.
Jungkook menggeleng.
"Lah, terus kenapa sekarang minta lihat bulan?"
"Kalo pas lagi rewel atau pas lagi gak enak badan aja Kak, dia minta lihat bulan" jawab Namjoon. Si anak tengah bertubuh jangkung itu berdiri diambang pintu balkon membuat Seokjin terkejut.
"Joon?! Ngagetin tau"
"Yaelah Kak, Kakak pikir aku ini hantu tiba-tiba nongol disini?" Omel Namjoon.
Seokjin hanya mencebik kesal karena memang ia terkejut. Kemudian Namjoon menyodorkan sebuah kartu kepada Seokjin yang langsung direspon dengan helaan nafas dalam oleh Kakaknya itu.
"Astaga iya..udah lama banget Kakak belum kesana" Seokjin mengambil kartu itu dari tangan Namjoon.
Itu adalah kartu akses untuk mengunjungi krematorium mendiang Mama kandung mereka, Jang Nami. Selama ini sudah menjadi kebiasaan Seokjin dan 2 adiknya untuk berkunjung ke krematorium secara bergantian setiap beberapa bulan sekali dan kali ini tibalah giliran Seokjin.
"Kalo waktu Kakak udah longgar dan mau ke krematorium bisa gak aku nitip sesuatu?"
"Mau nitip apa?"
"Bisa gak Ka, taruh foto Mama yang lain buat dipajang biar gak itu-itu terus fotonya"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET SKY
Fiksi PenggemarMemiliki tiga kakak dengan rentang usia yang cukup jauh menjadi berkah tersendiri untuk hidup Kookie terutama jika itu menyangkut Kakak kedua dan Kakak ketiganya kecuali Kakak sulungnya yang bahkan tak pernah menatapnya.