Youngji terbangun dari tidurnya, membuka mata dengan berat hati karena rasa kantuk masih begitu kuat. Alarm pagi sudah berteriak dan dia juga harus bekerja. Jika tidak, Pesanan jahitan baju-baju itu tak akan bisa selesai tepat waktu.
Ketika berjalan menuju pintu, refleks Youngji menoleh kearah kaca di dinding sebelah kiri.
Terulas senyum tipis antara getir juga bahagia kala dia menatap perutnya yang sedang berisi.
"Usia kamu udah masuk 4 bulan, nak.." ucap Youngji lirih sambil mengusap lembut perutnya.
Tak ingin terlalu emosional demi si jabang bayi, Youngji memutuskan segera keluar kamar. Bagi Youngji, bayinya itu terlalu berharga untuk ikut merasakan betapa pedih dan rumit kisah hidup ibunya.
Baru saja keluar kamar, langkah Youngji terhenti karena kehadiran seorang remaja laki-laki, putra dari Kakak laki-lakinya.
"Jimin?"
"Tan, ini buruan diambil. Aku harus cepet-cepet sebelum ketinggalan bus pagi" jawab keponakannya yang bernama Jimin itu sambil menyodorkan satu kotak bekal.
"Apa ini?"
"Mama bikin Dimsum buat Tante, Mama bilang kalo Tante masih mual makan nasi, makan ini aja"
"Wah Kakak ipar emang baik banget. Makasih ya, Jim. Ya udah sana berangkat nanti terlambat"
"Oke!" Jimin segera berbalik namun baru beberapa lamgkah, remaja itu kembali menghampiri Youngji.
"Bentar, aku mau cium adek aku dulu" ujar Jimin yang kemudian mengecup singkat perut Youngji. "Adek, Kak Jimin berangkat sekolah dulu ya. Sehat-sehat di perut Bunda!" Ucapnya sambil mengusap perut Youngji sebelum kemudian berlari pergi.
Youngji lalu berjalan menuju meja makan, tak sabar untuk mencicipi dimsum buatan Kakak iparnya yang selalu enak. Terlebih lagi, sejak perutnya belum bisa menerima nasi karena efek hamil muda.
"Eumm...enak banget..." ucap Youngji lirih kala satu potongan dimsum sudah masuk di mulutnya.
Ting tong.
Suara bel di pintu depan berbunyi. Youngji lalu menaruh sisa potongan dimsum yang dia makan di satu mangkuk kecil, kemudian beranjak untuk membuka pintu.
Betapa terkejutnya wanita itu ketika mata bulatnya yang indah menangkap presensi seorang pria berusia matang dengan penampilan yang berkelas yang kini sedang berdiri di hadapannya.
"Saya tau kamu pasti pulang ke Busan. Tapi bukan buat menghindar dari saya kan Youngji?" Tanya pria itu.
Sejenak Youngji menghela nafas dalam-dalam untuk menetralkan batinnya yang bergejolak karena dia ingat dia sedang hamil. Tidak baik untuk terpancing emosi.
"P-pak Seokmin, tolong. Saya udah bilang kan kalo urusan kita udah selesai. Saya gak mau lagi terlibat sama kehidupan Bapak. Saya cuma ingin hidup tenang, karena saya harus besarin anak saya"
"Tapi anak itu juga anak saya, Youngji. Anak kandung saya!
"Kamu dengar gak, Youngji?
Bayi dalam kandungan kamu itu ANAK KANDUNG SAYA!!"
"Tante, Tanteee...Bangun dong Taan, ada telfon dari sekolah niih"
Seketika Youngji tersentak dari tidurnya ketika ada yang memanggil namanya sembari mengguncang lengannya.
Ketika matanya terbuka, Youngji melihat Jimin keponakannya yang sejak kemarin menginap, berlutut disamping sofa tempat dimana dia rupanya tertidur setelah selesai memeriksa pesanan kain untuk butik kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET SKY
FanfictionMemiliki tiga kakak dengan rentang usia yang cukup jauh menjadi berkah tersendiri untuk hidup Kookie terutama jika itu menyangkut Kakak kedua dan Kakak ketiganya kecuali Kakak sulungnya yang bahkan tak pernah menatapnya.