🌌 Bab 17 : Antara Hidup dan Mati

5.5K 446 0
                                    

Haiiii 👋

Kalau udah mampir jangan lupa tinggalin jejaknya, ya 😉

Instagram & Tik Tok :
wlnrmd15_stories
______________________________________

🔮 SELAMAT MEMBACA 🔮

“Keajaiban akan selalu datang di saat yang tepat.”

~o•O•o~

SUARA elektrokardiogram terdengar di seisi ruangan, kepalanya dibalut perban, selang infus dan alat bantu pernapasan pun terpasang sempurna di tubuh Wizzy yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Terhitung dua hari sudah sejak kecelakaan itu Wizzy tak sadarkan diri, membuat hati Hasna juga Barra dilanda kesedihan serta kegelisahan tak berkesudahan.

Mulanya saat dihubungi oleh pihak rumah sakit baik Hasna ataupun Barra, mereka tidak langsung memercayai anak mereka mengalami kecelakaan.

Namun, saat mereka datang ke rumah sakit dan memeriksa langsung, betapa terkejutnya mereka saat mengetahui jika kabar itu memang benar adanya. Hasna yang begitu syok bahkan sampai terjatuh tak sadarkan diri.

"Kami sudah melakukan segala tindakan untuk menyelamatkan Wizzy, salah satunya menghentikan pendarahan hebat di kepalanya," ujar Dokter yang menangani Wizzy.

Saat ini dia dan kedua orangtua Wizzy sedang berada di luar ruangan gadis itu, memberi penjelasan saat untuk kesekian kalinya Hasna juga Barra menanyakan bagaimana keadaan anak mereka? Apakah ada perkembangan yang bagus?

"Kami juga selalu memantau keadaan Wizzy, tapi untuk sekarang memang belum ada tanda-tanda dia akan segera siuman," sambung Dokter itu. "Saat ini kita hanya bisa menunggu dan berdoa."

Mendengar jawaban tidak pasti dari sang Dokter, Hasna hanya bisa menitikkan air mata. Sementara Barra yang berada di sampingnya hanya bisa merangkul guna menenangkan istrinya itu.

Bohong jika Barra tidak rapuh, tidak hancur ataupun sedih dengan keadaan anak semata wayangnya itu. Hanya luarnya saja Barra terlihat tegar dan tenang, tapi jauh di dalam dirinya dia sama hancur dan sedihnya seperti Hasna.

Bahkan saat dia sendirian, Barra pernah menangis tersedu-sedu, memukul-mukul dada dan menjambak rambut guna meluapkan sesak dan sakit yang menggerogoti hatinya.

"Terima kasih, Dok," ujar Barra. Suaranya lirih dan lemah.

Dokter itu tersenyum lalu mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu."

Barra membalas dengan anggukan dan saat Dokter itu sudah meninggalkan mereka, tangis Hasna seketika pecah.

Pastinya hati ibu mana yang tidak terluka dan tidak hancur kala mengetahui anak satu-satunya mengalami kecelakaan dan sekarang harus terbaring tak berdaya di rumah sakit.

Bahkan saking khawatirnya dia, Hasna sampai terjaga setiap malam, berharap sewaktu-waktu Wizzy akan segera bangun.

"Ma-maafin Mamah, Zy," ujar Hasna disela-sela tangisannya. "Ha-harusnya ... Ma-mamah nggak i-izinin ka-kamu pe-pergi."

Barra yang mendengar hal itu seketika merasakan sesak di dadanya. Matanya memanas dan perlahan bulir-bulir air mata menetes tanpa permisi.

°°°°

Tak hanya orangtua Wizzy saja yang syok dan sedih kala mengetahui gadis itu mengalami kecelakaan di tengah guyuran hujan.

Ketiga teman Wizzy dan Revan juga tak kalah syok dan sedihnya. Apalagi sebelum kejadian mereka sempat beradu argumen.

WIZZY & LAKI-LAKI DI DALAM MIMPI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang