🌌Bab 4 : Merasa tersisihkan

10K 689 3
                                    

Haiiii 👋

Kalau udah mampir jangan lupa tinggalin jejaknya, ya 😉

Instagram & Tik Tok :
wlnrmd15_stories
______________________________________

🔮 SELAMAT MEMBACA 🔮

"Apakah tidak pernah berpacaran adalah sebuah kesalahan?"

~o•O•o~

"SEANDAINYA aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh tanganmu dan sesekali mencium," ujar Revan. Dia membacakan penggalan salah satu cerita pendek yang ada di buku paket.

"Terima kasih, kamu boleh duduk," kata Bu Alisya, guru Bahasa Indonesia.

Revan menurut dan Bu Alisya yang sedari tadi duduk di kursinya lantas berdiri. Dia lalu berjalan ke tengah kelas.

"Setelah kalian mendengar cerpen berjudul Hari Terakhir Mencintaimu, karya Kurnia Effendi. Kira-kira amanat apa yang berhasil kalian tangkap?" tanya Bu Alisya.

Dia mengedarkan pandangannya ke semua murid, tapi yang ditatap malah bersikap acuh tak acuh. Ada yang sok sibuk, pura-pura membaca kembali cerpen tadi dan ada juga yang malah menundukkan kepala.

Seandainya tidak ada yang mau menjawab, Bu Alisya sudah berniat memanggil nama salah satu muridnya. Namun, seorang gadis yang duduk di bangku paling depan tiba-tiba mengangkatnya tangannya.

"Ya, Aliyya?" ujar Bu Alisya, membuat semua orang seketika menatap gadis bertubuh tambun itu.

"Jangan mencintai kalau nggak mau rindu pas berpisah?"

Daripada sebuah pernyataan, ucapan Aliyya lebih kepada pertanyaan. Dari nada bicaranya pun dia tidak cukup yakin dengan jawabannya.

Bu Alisya berpikir sejenak, lalu dia kembali mengedarkan pandangannya sambil berkata, "Ada yang lain?"

Sayangnya, tidak ada lagi yang mengangkat tangan setelah itu. Mereka juga kembali bersikap sama seperti sebelumnya.

Wizzy yang takut kalau-kalau namanya dipanggil bahkan sampai membaca cerpen itu berulang kali untuk memahami isinya, mengingat selain cerpen itu hanya berupa penggalan, bahasa yang digunakan pun cukup puitis.

"Oke-oke, gini aja, deh," kata Bu Alisya. "Kalian pasti pernah pacaran dan mencintai seseorang, kan?"

"Pernahhh!"

"NGGAKKK!"

Di antara orang-orang yang menjawab pernah, ada satu orang yang berkata sebaliknya dan karena suaranya cukup nyaring, orang yang mengatakan itu seketika mendapat perhatian seisi kelas.

"Ahh, elo, Del. Mana mungkin lo nggak pernah pacaran. Bukannya kak Daffin pacar lo, ya?" kata seorang gadis.

"Bener, tuh. Jangan dipercaya, Bu. Si Fidelya punya pacar, kok," sahut gadis lainnya.

"Kita aduin ke kak Daffin baru tau rasa lo!"

"Ihhh! Dengerin dulu!" bentak Fidelya kesal. "Gue emang punya pacar."

"Terus kenapa tadi lo jawab nggak? Mana kenceng lagi."

Bukannya langsung menjawab, Fidelya malah melirik Wizzy dan Wizzy yang sadar akan hal itu mendadak punya firasat buruk.

"Gue cuma mewakili temen gue aja, kok," ujarnya. Dia tersenyum misterius. "Gue mewakili Wizzy yang nggak pernah pacaran sama sekali."

Wizzy melotot, dia bahkan spontan memukul Fidelya dengan buku paket di hadapannya. Bukannya merasa bersalah atau apa, Fidelya malah cengengesan dan hal serupa juga dilakukan oleh Retha dan Indira.

WIZZY & LAKI-LAKI DI DALAM MIMPI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang