6

797 73 1
                                    

Bentakan itu membuat felix kaget ,ia reflek mundur.

"maaf gue gak sengaja"felix meminta maaf,ini memang salah nya yang tak memerhatikan jalan.

Felix tak tau nama siswa itu ia hanya tau jika siswa itu berasal dari kelas jisung.

"gak sengaja-gak sengaja...makanya kalau jalan itu perhatiin ,jangan main nabrak sembarangan"

"iya maaf"

Felix ingin berlalu karena tak ingin terlibat dengan siswa yang sepertinya berandal itu.terlihat dari penampilannya.

"mentang-mentang  juara umum,habis lakuin kesalahan mau langsung pergi aja"

Felix menghentikan langkah nya.

"maksud lo apa? Gue kan udah minta maaf"

"gue kira karena lo anak nya pintar bakalan lebih baik dari kembaran lo,ternyata sama aja,,sama-sama gak punya sopan santun"

Felix menatap tajam siswa itu,ia melirik kebawah di name tage yang bertulis kan jeno abraham.

"jeno...gue udah minta maaf sama lo,kenapa lo bilang kalau gue gak punya sopan santun?"

Sepertinya siswa itu orang yang suka mencari masalah dan membesar-besarkannya.

Ucapan felix tersebut menyulut emosi jeno,karena felix seperti menantang nya.padahal felix bertanya dengan nada biasa saja,ia mendorong bahu felix cukup keras.

Brak

Punggung felix menabrak dinding,ia merasakan nyeri disana.

"anak lemah kayak lo berani nantangin gue,jangan karena lo pintar gue bakalan tunduk sama lo,gue gak sama sama guru-guru penjilat itu"

Jeno berucap tajam,

"gue gak tau lo ada masalah apa,tapi kalau cuma karena gue nabrak lo ,gue rasa gak perlu dikait-kaitin sama hal lainnya,atau lo emang ada masalah sama gue?"

Felix tak ingin terlihat lemah,ia tak ingin diremehkan begitu.

"sebenarnya gue gak ada masalah sama lo,tapi karena lo udah bikin gue kesal dan nantangin jadi ya gue ladenin,ayo berantem"jeno menghampiri felix dan berdiri sangat dekat dengan nya.

Felix membuang muka,tak seharus nya ia meladeni jeno,sepertinya hanya akan menguras tenaga nya saja.

"gue rasa gak perlu,gue gak mau ribut,minggir ...gue masih ada urusan"ia mendorong pelan pundak jeno.

Jeno yang merasa tak puas,kembali mendorong felix.

Bruk

"mau kemana?urusan kita belum selesai"

Felix menatap tajam jeno,punggung nya kembali terasa nyeri.

Lorong nya sepi karena anak-anak sedang kebanyakan sedang berada di kantin,jadi tidak ada yang membantu nya.

"apa lagi?gue udah minta maaf dan gue rasa itu udah cukup"

Jeno tersenyum miring.

"belum,gue masih mau ngomong sama lo"

"ternyata penilaian orang-orang tentang lo dan jisung salah,mereka bilang cuma muka kalian yang mirip tapi ternyata sifat kalian juga mirip,sama-sama penakut dan pengecut"

"atas dasar apa lo bisa ngomong gitu tentang gue dan kembaran gue?"tanya felix.

"hahaha"jeno tertawa.

"gue sering nantangin jisung tapi dia selalu nolak ,apalagi kalau gak pengecut nama nya,gue akuin jisung emang kalau berantem sama gue kita lawan yang seimbang,ya dia cukup kuat sedangkan lo cuma cowok lemah yang sok galak,pantesan jisung malu ngakuin kalau lo kembarannya"

mengapa kita berbeda?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang