1. Posesif

6K 89 0
                                    

Pagi-pagi sekali Erlina sudah bangun ia akan menyiapkan sarapan untuk suaminya yang akan segera berangkat kerja, Erlangga masih tidur pulas setelah menggempur Erlina semalaman.

Erlina lebih dulu mengikat rambutnya ia turun dari kasur pelan, takut suaminya terbangun. Mengambil handuk ia langsung masuk kamar mandi membersihkan dirinya lebih dulu. setelah selesai ia langsung turun kelantai bawah, menuruni anak tangga menatap sekeliling rumah yang sudah ramai oleh pelayan yang sudah beraktifitas.

Baru satu langkah melangkah masuk dapur sudah ditarik kasar, mencengkeram tangan Erlina "mau ngapain di dapur?" Suara erlangga membuat erlina diam mematung.
Erlangga mengangkat alisnya menunggu jawaban dari istrinya.

"A-aku mau siapkan sarapan untuk kamu" sahut erlina menatap wajah dingin erlangga.

Erlangga menatap tajam erlina "sudah saya bilang jangan kerja apapun, saya tidak suka kamu capek-capek erlina, apa susahnya sih kamu diam, dan biarkan pelayan untuk berkerja, saya gaji mereka untuk beres-beres, dan saya menikahi kamu bukan untuk menjadi pelayan" marah erlangga.

Menarik tangan erlina "duduk, diam, dan makan" Erlangga mendorong nasi goreng yang sudah disiapkan ke depan meja Erlina.

"Kenapa kamu yang siapin aku sarapan?, Harusnya aku, mas" ucap Erlina menatap erlangga yang menatapnya dengan tatapan dingin.

Erlangga menarik kembali piring menyendok nasi goreng menyodorkan mulut erlina "buka mulutnya" suruh erlangga.

Erlina kesal, ia ingin seperti orang-orang yang menyiapkan sarapan untuk suaminya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tidak seperti dirinya, yang hanya diam di rumah.

"Udah, aku udah kenyang" tolak erlina mendorong pelan sendok dari depan mulutnya.

Erlangga menggeleng "satu sendok lagi" ucapnya, erlina mendengus sebal ia menurut. Erlangga menyodorkan air yang langsung erlina teguk. "Lain kali jangan pernah ke dapur memegang alat yang membahayakan kamu, dan--"

"Iya-iya, aku udah paham" potong erlina kesal.

Erlangga menatap dingin erlina "terus kenapa kamu masih membantah?" Tanya erlangga menatap lekat erlina.

Erlina menggenggam tangan erlangga "mas, aku seorang istri, aku mau rawat kamu seperti istri pada umumnya, istri yang selalu menyiapkan sarapan, dan keperluan sua--"

"Saya menikahi kamu bukan untuk jadi pelayan, camkan itu" potong erlangga kesal. Mendorong kursi yang ia duduki sampai terjungkal.

Erlina menghela napas berat, erlangga terus seperti itu selama satu tahun ia terus didekat untuk tidak melakukan ini itu, dengan alasan demi kebaikan dirinya, tapi, menurut erlina sikap Erlangga keterlaluan.

Erlina masuk kamar melihat suaminya sedang bersiap-siap kerja.
"Mas, aku ijin mau main sama teman-teman aku, ya" izin Erlina walaupun ia yakin kalau erlangga tidak akan mengijinkan untuk keluar tanpa dirinya.

Erlangga yang sedang mengecek handphonenya ia langsung menatap Erlina "tunggu aku pulang dari kantor baru kamu boleh keluar" ucap erlangga.

Erlina menatap suaminya dengan tatapan memohon "lama, teman-teman aku keburu udahan mainnya" rengek erlina.

Erlangga menghampiri erlina ia menatap wajah erlina "bagus, supaya kamu tidak bisa kumpul sama temen-temen kamu, yang sebagian cowok-cowok itu" sahutnya.

Erlina menatap kesal erlangga "bisa enggak sih sehari aja jangan buat aku kesal, aku mau ma--"

"Saya berangkat kerja dulu" potong Erlangga mencium singkat bibir erlina dan langsung keluar kamar, meninggalkan erlina yang mencak-mencak kesal.

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang