Sebulan berlalu.
Erlangga bukan seperti erlangga seperti biasa yang tegas dan dingin, sekarang erlangga pria yang dulunya tegas dan tangguh kini menjadi pria lemah yang tak berdaya. Semenjak timsar menemukan jenazah yang mereka yakini erlina, erlangga benar-benar hancur.
Erlangga sungguh sangat memprihatinkan, berkali-kali ia mencoba bunuh diri berniat untuk menyusul erlina, selalu gagal, karena mamah dan papah-nya mengawasinya. "Lepas mah pah, aku mau susul istri aku, dia nungguin aku" teriak erlangga berusaha melepaskan ikatan tali ditangannya.
Padil mendekati anaknya "bukan kamu saja yang sedih atas kehilangan lina, kami juga, kami sangat menyayangi lina, tapi takdir berkata lain" bentak padil emosi.
Erlangga menatap kosong depan, seketika ingatannya kembali diwaktu ia membawa wanita lain. Dan erlina marah besar.
"silahkan, sekalian pergi jauh dari saya, dan jangan pernah temui saha lagi" ucap erlangga
aku mengerti, baiklah kalau itu yang kamu mau aku akan meninggalkan kamu, supaya kamu bebas dengan perempuan lain" ucap erlina
"aku tidak akan kembali sama kamu lagi mas, aku akan pergi jauh dari sini, sejauh-jauhnya, bahkan kamu tidak akan bisa menemukan aku lagi Jaga diri baik-baik, lupakan aku dan kenangan kita" ucap erlina.
"Sayang, bukan itu maksud aku, maksud aku itu kamu jangan pergi jauh-jauh dari aku, kamu cukup pergi ke rumah mamah. Bukan ninggalin aku selamanya, kamu janji sama aku kalau kamu akan selalu sama aku, apapun masalahnya" lirih erlangga air matanya mengalir deras.
Keluarga erlina marah besar dengan erlangga, Mereka kira anak perempuan mereka satu-satunya bisa lebih baik lagi jika bersama suaminya, nyatanya. Tidak. Malah lebih buruk.
Ridwan sangat-sangat terpukul ia bahkan hampir menghabisi Erlangga kalau saja tidak dipisahkan danu mungkin erlangga menyusul erlina lebih cepat.
Disisi lain.
Seorang pria setia menunggu wanita yang tak kunjung sadarkan diri, pria itu terus memandang wajah cantik dihadapannya, tubuhnya dipenuh alat-alat pembantu bernafas.
"Saya tidak tau kau siapa, yang jelas saya---"
Brak.
Pria itu terlontar kaget menatap wanita paruh baya yang menatapnya dengan tatapan tajam "angga. Kau menabrak seorang wanita?" Tanya wanita paruh baya yang tak lain mamahnya angga.
Angga mendengus sebal "enak aja, angga nemuin wanita ini di sungai, sepertinya wanita ini kecelakaan" ucap angga.
"Yang benar?" Selidiknya.
Angga mengehela nafas gusar "iya ibu Wiwin. Anakmu ini berkata jujur" kesalnya.
Wiwin menghampiri erlina yang masih memejamkan matanya "cantik sekali wanita ini" puji wiwin memandang wajah cantik erlina.
Angga mengangguk kecil "cantik banget, angga cari tau tentang wanita ini, ternyata namanya erlina adiba,
Umurnya 23 tahun, anak kedua" jelas angga.Wiwin menatap anaknya "nama papah mamahnya?" Tanya Wiwin.
Angga menghendikan bahunya "enggak nemu, angga dapat informasi ini juga dari berita tv, dia juga sudah punya suami, kata dokter juga dia sedang hamil, dan sayangnya janinnya tidak bisa di selamatkan" jelasnya panjang lebar.
"Sudah menikah?" Kaget wiwin.
Angga mengangguk "iya, kenapa emangnya?" Heran angga.
Wiwin tersenyum manis "mamah punya ide, kamu nikahi aja wanita ini jadikan istri kamu" ucap wiwin.
Angga melotot kaget "mamah jangan gila! Dia sudah punya suami." Marah angga.
Wiwin mengelus pipi erlina "dia cantik, manis, anggun, mamah suka" puji Wiwin.
"Mah dia sudah bersuami, mana mungkin angga nikahi perempuan yang sudah bersuami"
"Kamu tenang saja, mamah akan susun rencana sematang mungkin, kamu terima beres aja" ucap wiwin tersenyum lebar.
Angga geleng-geleng kepala, matanya tidak sengaja melihat jari telunjuk erlina yang bergerak pelan "mah, dia sadar" ada sedikit kelegaan di sana melihat wanita yang ia tunggu selama satu bulan akhirnya siuman juga.
Erlina membuka matanya menatap sekeliling ruangannya "a-aku d-dimana?" lirih erlina.
"Kamu dirumah sakit, nak" sahut wiwin.
Erina menoleh kaget menatap dua orang yang tidak ia kenal "k-kalian siapa?" Gugup erlina.
"Tenang kami tidak jahat" tahan angga saat erlina bangun dari rebahnya. "Saya yang membawa kamu ke sini" jelasnya.
Erlina memegang kepalanya yang berdenyut sakit "saya tidak mengingat apapun" cicit erlina yang masih terdengar jelas wiwin, dan angga yang saling berpandangan.
Wiwin tersenyum miring "nama kamu siapa?" Tanya wiwin lembut.
Erlina menatap wiwin "n-nama?" Wiwin mengangguk kecil "saya tidak tau nama saya siapa" lirihnya.
Angga melotot kaget ia langsung memanggil dokter, dan memeriksanya "bagaimana dok?" Tanya angga tidak sabar.
"Pasien mengalami amnesia, atau hilang ingatan, akibat benturan keras di kepalanya" jelas dokter berhasil membuat wiwin tersenyum manis. Setelah mengatakan itu dokter langsung keluar ruangan.
Wiwin menatap erlina "nama kamu Tasya, calon menantu saya, lebih tepatnya tunangan angga" bohong wiwin.
Angga melotot kaget "mah ja--"
"Kamu mengalami kecelakaan saat hendak akad nikah kalian berdua" potong wiwin.
Erlina menatap angga "dia calon suami aku?" Wiwin mengangguk cepat "tapi kenapa aku tidak mengenalnya" cicit erlina.
"Karena kamu hilang ingatan" jawab wiwin "besok kamu acara pernikahan kamu dilangsungkan, tidak perlu acara mewah yang penting sah" lanjut wiwin berhasil membuat angga dan erlina/tasya kaget.
"Mah, jangan ngaco" bisik angga.
Wiwin menatap tajam anaknya "ini kesempatan kamu, kalau kamu enggak mau berarti kamu bodoh" desis wiwin.
****
SEKARANG GANTI NAMA DULU ERLINA JADI TASYA. erlina/tasya.
Satu jam setelah selesai menikah angga menemani tasya yang sekarang ini menjadi istrinya, sungguh angga merasa sangat bersalah dengan suami dan keluarga erlina/tasya.
"Aku harus panggil siapa?, Kakak, atau mas?" Cicit tasya malu.
Entah kenapa hati angga menghangat "sayang" bisik angga.
Wajah tasya merah merona menahan malu "kakak aja deh" putus tasya belum terbiasa memanggil sayang.
Angga menggeleng "sayang, jangan kakak, emangnya aku kakak kamu apa" sewot angga.
"Kamu lebih tua dari aku, jad--"
"Tapi saya suami kamu" potong angga.
Tasya mengangguk kecil "yaudah sekarang aku manggil kamu sayang. Sayang" ulang tasya.
Angga tidak kuat lagi menahan salah tingkah, ia buru-buru keluar ruangan ia memeluk mamahnya yang sedang mengobrol dengan papahnya "mah, pah, aku salting" rengek angga.
Wiwin dan syarif papahnya angga geleng-geleng kepala "kamu sudah pernah menikah tapi kenapa kamu terus salting" heran syarif.
"Beda. Arghhh!" Rengek syarif.
"Gila!" Gumam wiwin dan syarif.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective CEO [TAMAT]
Teen Fiction"saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya disetiap detik napas saya, bukan untuk jadi pelayan saya" -Erlangga Alfian- Terkadang sikap yang dimiliki ceo muda bernama Erlangga Alfian, membuat Erlina Adiba kesal, ruang gerak dan pertemananny...