25. Hamil?

1.1K 26 3
                                    

Erlangga membanting pintu rumah keras, sampai menimbulkan suara yang sangat kencang, sampai-sampai pelayan dirumahnya yang sedang lewat kaget.

Erlangga menarik erlina ia benar-benar marah besar dengan teman istrinya, bisa-bisanya ia mencuci otak istrinya, bukan hanya pada teman istrinya aja erlangga juga kesal pada istrinya yang hanya diam, enggan membela dirinya.

Erlina duduk di sofa menatap suaminya yang menatapnya tajam. mereka sama-sama diam, erlangga yang berusaha mengatur emosinya, erlina yang sedang berfikir keras mencari jawaban yang tidak membuat suaminya semakin marah.

"Kenapa kamu masih mau berteman sama mereka?, Setelah kamu tau kalau mereka tidak baik untuk kamu?" Tanya erlangga dingin.

Erlina menguap ia benar-benar mengantuk, akhir-akhir ini ia sering mengantuk padahal sekarang baru jam delapan kurang. "Nanti aja bahas ini, aku mau tidur dulu aku janj----"

"Sekarang, aku enggak mau kam---"

"Aku benar-benar capek, aku mau tidur" potong erlina ia langsung beranjak dari tempat tidurnya, ia masuk kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk. "Enak banget kalau udah nempel sama kasur dan guling" lirih erlina memeluk guling, ia langsung terlelap dalam tidurnya.

Erlangga masuk kamar ia menatap istrinya yang sudah tidur pulas, mendengus kesal enak saja guling dipeluk istrinya, perlahan ia menarik guling dari pelukan erlina. "Sialan! Enak banget lo dipeluk istri gue" sinis erlangga melempar asal guling ke pantai. Menggantikannya dengan tubuhnya, ia memeluk tubuh erlina, mengusap pipi erlina. ia memejamkan matanya menyusul istrinya kedalam mimpi.

Jam tiga pagi erlina terbangun dari tidur pulasnya, ia menatap erlangga yang masih memeluknya erat, berusaha melepaskan pelukan erlangga. "Lepas, gerah, ish" kesal erlina.

Erlangga terbangun dari tidurnya menatap erlina kesal. "Aku masih ngantuk sayang, tidur masih pagi" ucap erlangga khas suara bangun pagi.

Erlina menatap suaminya yang malah tidur kembali sambil memeluknya, tiba-tiba ia menginginkan rujak buah. "Mas, aku pengen rujak" cicit erlina.

Erlangga kembali membuka matanya ia menatap netta. "masih pagi, sayang, tumben pengen rujak biasanya kamu enggak suka sama makanan yang kaya gitu" heran erlangga.

Erlina mengelus perutnya. "Aku juga enggak tahu, tapi aku benar-benar pengen mas, aku pengen rujak sekarang juga" rengek erlina.

"Besok aja, sekarang mana ada rujak pagi buta kaya gini, besok ak---"

"AKU PENGEN SEKARANG MAS, KAMU DENGER ENGGAK SIH" kesal erlina mendorong tubuh erlangga.

Erlangga menatap erina heran, sekaligus kaget ia duduk di atas kasur melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi. "Cari dimana, ya, masa ada yang jualan pagi gini sih mana belum Subuh pada masih tidur" lirihnya bingung.

Mata erlina berkaca-kaca menatap erlangga, bibir bawahnya maju beberapa senti menandakan akan menangis. "Hiks, kamu enggak mau beliin aku rujak mas?, Kamu tega lihat istri kamu cari sendiri?, Emangnya kamu mau aku di cul---"

"Ck! Ngomongnya gitu, oke, aku cariin sekarang kamu tunggu disini" pasrah erlangga ia langsung mengambil switer, karena malam ini sangat dingin.

Erlangga sebelum pergi ia mencium singkat bibir erlina. "Aku berangkat dulu, di rumah aja jangan keluar" pesan erlangga yang langsung erlina angguki cepat.

Erlangga langsung mengendarai motornya dengan kecepatan sedang mencari tukang penjual rujak yang masih buka, walaupun itu mustahil, demi istri tercinta apa dih yang tidak ia turuti walaupun ia kedinginan seperti ini, ia sengaja tidak menggunakan mobil, karena ia tidak memperlambat pencapaiannya ke tukang rujak.

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang