28. kebenaran

759 21 1
                                    

Erlina menatap yang sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya, kertas di meja bertumpuk-tumpuk erlina jadi bosan diam terus seperti ini, ditambah ponselnya di sita erlangga.

Erlina menyenderkan kepalanya di pundak erlangga, ia menatap laptop suaminya yang menyala, jujur ia tidak paham yang sedang dikerjakan suaminya ini. Erlangga tidak masalah ia malah jadi semakin semangat istrinya manja seperti ini, walaupun ia sedang sibuk.

Erlangga mencium singkat kening erlina sebagai obat semangat kerjanya, ia kembali fokus menatap laptop yang menyala, kenapa tidak selai juga sih, padahal ia ingin segera bermanja-manja dengan istrinya.

"Mas, aku mau keluar sebentar, ya" izin erlina tanpa menatap erlangga yang langsung berubah raut wajahnya menjadi datar, dan dingin.

Erlangga tidak menjawab ia fokus dengan laptop mengabaikan erlina yang merengek, untuk diizinkan keluar. "Enggak, lina, aku enggak mau kamu keluar tanpa aku, paham!" Kesal erlangga.

Erlina tidak menjawab ia berdiri mengambil tas selempang yang tergeletak di meja. "Bodoamat, aku mau keluar sebentar, aku cuman mau beli minuman kesukaan aku doang, mas, enggak ada niatan buat selingkuh" kesal erlina.

Erlangga mendongak menatap erlina tajam. "Berani kau keluar ruangan ini satu langkah saja, aku aku kurung kamu" ancam erlangga tidak main-main.

Erlina mengabaikan ancaman suaminya ia langsung keluar ruangan erlangga, mengabaikan teriakan erlangga yang menyuruhnya untuk berhenti dan kembali ke ruangan.
"Sekalian aja aku di ikat biar enggak bisa gerak" sinis erlina. Ia masuk taksi yang lewat depan kantor erlangga, mengabaikan erlangga yang semakin marah.

"Mau kemana mbak?" Tanya supir taksi.

"Caffe dekat sini" jawab erlina. Supir mengangguk, tidak lama mereka sampai erlina langsung membayar ongkos ia langsung turun masuk kedalam caffe yang ramai. "Vanilla latte" pesan erlina pada pelayan.

Erlina duduk di pojokkan menghadap luar jendela. erlina tahu pasti suaminya akan mengamuk setelah ia pulang nanti, tapi ia ingin mempunyai suami yang saling percaya satu sama lain, seperti suami teman-temannya mereka membiarkan istrinya jalan-jalan dengan temannya masing-masing, sedangkan dirinya tidak seperti itu, bahkan sekarang ini ia tidak tahu kabar teman-temannya setelah kejadian rauni waktu itu.

"Cewek sendiri aja" ucap seseorang sambil duduk menghadap erlina.

Erlina menatap pria itu kaget. "W-wisnu?" Kaget erlina menatap pria yang menatapnya dengan tatapan rindu.

Ya, dia Wisnu pria yang selama ini erlina rindukan secara diam-diam, tanpa sepengetahuan suaminya.

Wisnu mengangguk ia tersenyum tipis. "Udah lama kita enggak bertemu dan mengontrol berdua gini, apa kabar?" Tanya wisnu.

Erlina hendak berdiri pergi dari hadapan wisnu, yang langsung eisnu taham. "L-lepas, nu, aku mau pulang nanti erlan murah kalau kita berdua gini" khawatir erlina.

Wisnu terkekeh kecil. "Hahah, aku mau nanya sama kamu, selama ini kamu hidup sama erlan apa enggak capek?, Setiap hari di rumah terus, di kekang, enggak boleh main sama teman-teman kamu yang dulu kamu sering main bebas sama mereka, tapi sekarang kamu lebih banyak di rumah, kemarin juga aku denger dari salah satu teman kamu, dia bilang mereka dimarahin suami kamu gara-gara mereka bercanda soal cowok, benar kan?" Tanya wisnu panjang lebar.

Erlina melepaskan cekalan wisnu. "Bukan urusan kamu, nu, aku---"

"Tentu urusan aku, selama ini aku cinta sam kamu, aku enggak mau kamu di kekang seperti itu" potong wisnu menatap lekat erlina.

Erlina terkekeh hambar. "Haha, cinta kamu bilang?, Kalau kamu cinta sama aku terus kenapa kamu ninggalin aku bertahun-tahun?, Kamu bilang kamu mau nikahin aku setelah kamu lulus kuliah dan nunggu aku, tapi kenapa kamu pergi gitu aka, HAH?" marah erlina menatap tajam wisnu, matanya memanas menahan air mata.

"Kamu pengen tau?, Baiklah aku akan ceritakan semuanya sama kamu" wisnu menarik tangan erlina keluar cafe setelah membayar pesanan erlina.

Erlina berusaha melepaskan cekalan wisnu yang malah semakin erat. "Lepas, kamu mau bawa aku kemana?" Teriak erlina.

Wisnu tidak menjawab ia mendorong erlina mssuk mobilnya, mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia akan membawa Erlina kesuatu tempat yang hening, hanya ada mereka berdua.

Tidak lama mereka sampai di sebuah pohon besar tempat mereka dulu bertemu, dan menghabiskan waktu mereka berdua. "Masih ingat teman ini, lin?" Tanya wisnu menatap erlina.

Erlina menoleh menatap wisnu. "Aku mau pul---"

"Aku akan jelaskan semuanya, kenapa aku ninggalin kamu" potong wisnu memaksa erlina duduk di kursi yang berada disama.

"Aku enggak mau dengar, aku udah lup----"

"Bersangkutan dengan papah kamu" potong Wisnu lagi.

Erlina menatap wajah wisnu, ia tidak paham maksud wisnu kenapa papahnya dibawa-bawa. "Maksudnya?" Tanya erlina tidak paham.

"Aku ninggalin kamu karena papah kamu yang paksa aku buat ninggalin kamu, papah kamu ngancem aku---"

"Jangan bohong, papah aku enggak mungkin kaya gitu" marah erlina ia berdiri menatap tajam Wisnu.

Wisnu tersenyum tipis. "Kenyataan, memang papah kamu dari dulu enggak suka sama hubungan kita, bahkan setiap aku main ke rumah kamu, papah kamu selalu sinis dan sindir-sindir aku, papah kamu paksa aku buat ninggalin kamu karena dia tidak mau anaknya bersama pria seperti aku" jelas Wisnu.

"Papah aku a-ancam apa sama kamu?" Cicit erlina masih tidak menyangka.

Wisnu menyelipkan anak rambut erlina yang berantakan. "Dia mau bawa kamu jauh dari aku, bahkan dia tidak akan balik ke Indonesia, dia akan bawa kamu dan menikahkan kamu secara paksa, jelas aku tidak mau kamu menderita, maka aku yang mengalah aku yang pergi jauh dari kamu, papah kamu juga suruh aku ninggalin kamu karena kemauan aku sendiri, padahal aslinya dia yang suruh aku"

Air mata erlina menetes ia tidak menyangka papahnya seperti itu. "Kamu enggak bohong sama aku?" Tanya erlina lirih.

Wisnu menggeleng. "Buat apa aku bohong sama kamu, aku cinta kamu, aku sayang kamu, kalau aku enggak ngelakuin itu mungkin aku enggak bisa lihat kamu, aku kembali buat ajak kamu nikah sama aku, dan kita hidup berdua bersama, tapi....kamu sudah punya suami, a-aku terlambat jemput kamu jadi milik aku" lirih wisnu diakhir kalimat.

"Kita mulai dari awal" cicit erlina.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang