29. pindah

642 23 5
                                    

Erlangga benar-benar marah besar ia mengacak-acak kamarnya sampai berantakan bak kapal pecah, erlangga menatap tajam erlina yang sedari tadi hanya diam, dan terus meminta maaf.

Erlangga marah karena ia melihat istrinya keluar dari mobil yang sangat ia kenali, mobil milik Wisnu, lebih parahnya lagi erlina dan wisnu saling bertatapan dan saling senyum, membuat darah erlangga mendidih.

Ia tidak tahu pasti apa yang mereka bicarakan, yang jelas ia melihat erlina dan wisnu satu mobil, rumah mereka yang memang saling berhadapan membuat erlangga tahu kalau mobil itu mobil milik wisnu, dan bener saja yang keluar dari si pemilik mobil itu wisnu bersama erlina, istrinya.

Erlangga membanting Gucci yang berada di sudut kamarnya, Gucci yang harganya sangat mahal, erlangga seperti kesetanan ia kehilangan akal sehatnya.

Erlina terisak takut ia bingung haru menjelaskan dari mana dulu, bahkan erlangga enggan memberikannya kesempatan untuk bicara, selalu di potong dan di bentak. "KURANG APA LAGI SAYA SAMA KAMU, HAH?, KENAPA KAMU TIDAK BISA BUAT SAYA TENANG, KENAPA KAMU SELALU BUAT SAYA TAKUT" bentak erlangga mencengkram dagu erlina.

Erlina tidak bisa menjawab ia menangis terisak-isak, menahan sakit di dagunya, dan menahan takut dengan sisi gelap erlangga. "M-maaf, mas a-aku---"

"MAAF ENGGAK BISA BUAT SAYA PERCAYA SAMA KAMU KALAU KAMU MAU BERUBAH, DAN KAMU TIDAK AKAN BERDUAAN DAN MENGOBROL BERSAMA PRIA LAIN" bentak erlangga mendorong erlina sampai terjatuh ke kasur.

Erlangga menindih tubuh erlina, Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan tubuhnya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk membelai wajah erlina. erlangga memejamkan matanya menahan emosi yang semakin meluap saat mengingat erlina berduaan di mobil dengan pria lain, atau bahkan erlina berpelukan, atau berciuman, mesra-mesraan. Rasanya ia tidak terima, erlina hanya miliknya titik.

Erlangga kembali membuka matanya ia menatap wajah erlina dengan tatapan yang tidak biasa, membuat sekujur tubuh erlina bergetar ketakutan. erlangga yang melihat reaksi wajah istrinya ketakutan ia tersenyum miring. "Saya bisa saja bunuh pria yang mendekati kamu, atau bahkan yang menatap wajah kamu, termasuk pria yang mengantarkan kami, wisnu, MANTAN PACAR KAMU" bentak erlangga diakhir kalimat.

"A-aku bi---"

"KAMU TIDAK PERLU MENJELASKAN, KARENA SAYA SUDAH TAU SEMUANYA" erlangga langsung mencium bibir erlina kasar, menggigitnya sampai mengeluarkan darah segar, rintihan kesakitan erlina ia abaikan begitu saja, ia malah semakin kasar. Tidak tega melihat wajah erlina yang semakin menangis ia menyudahi ciuman panasnya, menatap erlina datar.

"Kita pindah rumah, saya tidak mau satu komplek dengan pria yang mau masuk rumah tangga saya" ucap erlangga.

Erlina mengangguk kecil, ia tidak bisa menoleh ia sungguh takut melihat erlangga marah seperti ini, tangannya hendak menyentuh bibirnya yang berdarah, yang langsung erlangga tepis pelan, erlangga menjilat bibir erlina yang berdarah membuat erlina semakin ketakutan.

"Mah, pah, lina takut" teriak erlina dalam hati.

***

Erlangga dan erlina saat ini berada di apartemen erlangga, yang tidak kalah mewahnya, erlangga sudah menyiapkan semuanya dengan baik, ia yakin setelah ini erlina tidak akan keluar tanpa dirinya, atau bahkan tidak akan keluar apartemen tanpa izinnya.

Erlina menatap sekeliling apartemen erlangga, ini pertama kalinya ia masuk kedalam apartemen erlangga, suaminya memang mempunyai banyak apartemen ia juga pernah tinggal di sana, tapi kali ini beda, sangat beda, ia sedikit takut.!

"Aku sengaja pilih apartemen yang jauh dari rumah kita, karena aku enggak mau kamu bertemu pria sialan itu" ucap erlangga yang paham maksud tatapan erlina yang bingung.

Erlina menatap suaminya. "Kenapa harus disini?, Kita tinggal di apartemen lama aja, ya" pinta Erlina

Erlangga menarik erlina duduk di pangkuannya, menatap erlina lekat. "Semua apartemen yang kita miliki lagi di renovasi, hanya ini yang tidak" bohong erlangga.

Erlina tau suaminya sedang bohong, tapi ia tidak bisa menolak kemauan suaminya, ia takut erlangga marah-marah lagi, dan mengancamnya. erlina mengangguk. "Kita tinggal berdua?" Tanya Erlina.

Erlangga mengangguk.

Senyum erlina mengembang, ia duduk di samping erlangga menatap erlangga dengan senyuman manisnya. "Berarti aku bisa masak dong?" Tanya erlina senang.

Erlangga menggeleng keras. "Enggak, satu Minggu sekali art ke sini buat beres-beres, kalau untuk makan setiap hari kita bisa pesan, kamu tidak boleh menyentuh alat masak, dan alat-alat yang berbahan buat kamu, paham?" Tegas erlangga.

"Aku enggak suka kamu bersikap seperti ini, mas" cicit erlina yang masih terdengar jelas erlangga.

"Suka tidak suka, mau tidak mau, kamu harus nurut tidak boleh membantah" sahutnya.

Erlangga membopong tubuh erlina membawanya masuk kedalam kamar, ini sudah waktunya erlina tidur sore. "Tidur, nanti saya pesankan makanan" ucap Erlangga menarik selimut sampai batas dada erlina.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang