2. menginap

3.1K 67 0
                                    

Setelah perdebatan cukup lama dan berakhir di ranjang, erlangga sudah lebih tenang ia menatap istrinya yang sedang siap-siap untuk pergi ke rumah mamahnya. Erlangga tau pasti erlina akan mengadu dan berakhir dirinya yang kena marah mamahnya.

"Jangan di tutup" ucap Erlangga menepis tangan Erlina yang hendak menutup lehernya yang merah, ulahnya.

Erlina menatap erlangga kesal "aku malu mas, jangan aneh-aneh" kesal erlina yang kembali menutup lehernya menggunakan Handsaplas. Yang langsung erlangga tarik.
"Awhss, sakit mas" pekik erlina mengusap-usap lehernya.

"Suruh siapa enggak nurut" ucapnya yang langsung menarik erlina keluar kamar "jadi istri nurut, jangan bantah terus, biar suami enggak marah-marah terus setiap harinya" ucapnya menjelaskan.

Erlina memutar bola matanya malas, ia hanya mengangguk kecil, pura-pura paham, padahal dalam hatinya ia terus memaki suaminya.
"Kita nginep, kan?" Tanya erlina menoleh kesamping menatap suaminya yang fokus menyetir mobil.

Erlangga melirik erlina "kenapa mau nginep? Kita punya rumah sendiri" sahut erlangga.

Rasanya erlina tidak kuat dengan erlangga, lebih baik ia diam mengumpulkan tenaganya untuk mengadu pada mertuanya, yang selalu berpihak padanya. "Serah kamu deh mas, capek aku" pasrah erlina lebih baik ia menatap jalanan yang ramai "pantas ramai ternyata malam minggu" lirihnya baru ingat.

Erlangga memarkirkan mobilnya di bagasi mobil "tunggu saya bukakan" ucap Erlangga menahan tangan erlina yang hendak melepas Seat belt. Erlangga keluar mobil ia membukakan pintu untuk istri tercinta. Menarik pinggang erlina posesif, saat berpapasan dengan satpam rumah mamahnya.

"Mamah, papah" teriak erlina menghampiri mertuanya yang sedang ngobrol dengan kakak iparnya.

Danu, suti, dan bima, menoleh kaget "astaga! Ngagetin mamah sama papah aja" ucap erlin gemas dengan menantunya.

Erlina memeluk mamah mertuanya "erlina kangen mamah, udah lama enggak kesini" rengek erlina rindu.

Suti tersenyum manis "mamah juga rindu kalian berdua, niatnya mamah sama papah mau ke rumah kamu besok, eh kamu udah kesini dulu, enggak jadi deh" ucapnya mengajak duduk menantunya.

"Pasti kesini mau ngadu" sindir bima yang tau kedatangan adik iparnya.

Erlina senyum manis ia mengangguk pelan, sedangkan erlangga sudah pasrah pasti mamahnya akan mengomelinya habis-habisan. "Jadi gini mah, mas, erla--"

Ucapan erlina terpotong saat mendengar suara teriakan. "Mas bagas ayo" teriak citra sambil turun dari lantai dua "eh ada erlina, sejak kapan disini?" Tanya citra menghampiri adik iparnya.

Erlina senyum tipis "baru aja, kakak mau kemana? Rapih amat" tanya erlina menatap kakak iparnya yang rapih.

"Mau ke pasar malam, malam mingguan, mumpung Khanza udah tidur" sahut citra.

Mata erlina berbinar-binar "aku mau ikut dong, ke pas--"

"Enggak, kamu jangan ikut, kamu di rumah aja" potong erlangga menggeleng tegas.

Erlina menatap suaminya dengan wajah yang memelas "aku mau ke pasar malam, mas, kalau kamu enggak izinin aku ikut ke pasar sama kak citra, aku sama kamu aja deh, yuk" ajak erlina.

Erlangga tetap menggeleng "enggak, di pasar terlalu banyak pria, saya tidak mau mata kamu jelalatan" ucap erlangga.

Erlina menatap datar erlangga "mas, ish, aku dama kamu lho, masa enggak boleh juga" Erlina menatap mamah mertuanya "mah, aku mau ikut ke pasar, aku mau jalan-jalan" rengek Erlina.

Suti mengangguk "er, sana bawa istri kamu ke pasar, lagian ini malam Minggu, daripada dirumah mending jalan-jalan, sama bima juga" suruh suti.

Erlangga menggeleng "mah, diluar sana bany---"

"Er, pilih kamu ikut sama Erlina, atau Erlina pergi sendiri" potong danu.

Erlangga mengerutkan dahinya menatap papahnya "kenapa papah ngatur-ngatur erlan?, Dia istri erlan, pah, jadi wajar erlan enggak izinkan erlina pergi" ucap Erlangga tidak suka.

"Istrimu juga manusia, dia mau seperti wanita yang lain, keluar, bermain, bukan seperti dirimu yang selalu melarang erlina pergi tanpa kamu, kamu pikir erlina boneka, yang bisa kamu mainkan" kesal danu, kasihan pada erlina menantunya.

Erlangga menatap datar danu dan suti. "Alasan erlan malas ke sini, ya karena papah terus mengatur erlan untuk bersikap seperti seperti suami yang lain, erlan seperti ini karena erlan sayang sama erlina, erlan enggak mau erlian kenapa-kenapa" jelasnya panjang lebar.

"Tapi lo salah, si lina juga but--"

"Enggak usah ikut-ikutan" sentak erlangga pada bima kakaknya.

Melihat perdebatan itu erlina jadi merasa bersalah, menetralkan raut wajahnya menjadi biasa saja "lina enggak jadi ikut ke pasar, lina di rumah aja ngobrol sama mamah dana papah, kakak kalau mau ke pasar malam lanjut aja, aku enggak ikut" ucapnya sedikit kecewa, padahal ia ingin sekali ke pasar, menikmati udara malam, menikmati jajanan yang menurut Erlina enak.

Citra melirik suaminya "kakak juga enggak jadi deh, mau ngobrol sama kalian aja, kapan-kapan aja ke pasarnya" ucap citra kasihan pada adik iparnya.

Danu bangun dari duduknya ia menatap erlangga "keterlaluan kamu erlan, sikap kamu yang seperti ini membuat lina muak, dan bisa-bisa ninggalin kamu" ucapnya dingin.

Mendengar ucapan papahnya seketika Erlangga ikut bangun menatap papahnya marah "maksud papah apa? Lina enggak bakal ninggalin erlan, dia cinta sama erlan" marah erlangga.

Danu menghendikan bahunya ia langsung masuk kamar mengobrol dengan Erlangga membuat dirinya emosi, lebih baik ia di kamar, mengerjakan pekerjaan kantornya.

***

Erlangga masuk kamar melihat istrinya yang sedang rebahan di kasur menatap langit-langit kamar, mengunci pintu kamar. "Maaf tadi aku cuman khawatir sama kamu, aku enggak mau kam--"

"Udahlah mas, jangan di bahas lagi, aku mau tidur dulu" potong erlina tidak mau memperpanjang masalah.

Erlangga mengangguk ia merebahkan tubuhnya di samping erlina mengangkat kepala Erlina untuk tidur di lengannya "percayalah saya bersikap seperti ini karena saya cinta sama kamu" bisik Erlangga.

Erlina tidak menjawab ia pura-pura tidur, padahal ia sama sekali belum mengantuk. Ia merasakan jantung erlangga berdetak kencang saat berdekatan dengannya, padahal pernikahan mereka sudah satu tahun tapi Erlangga masih saja seperti awal pertemuan mereka.

Erlina memiliki satu teman yang sudah menikah ia tanya-tanya pada temannya, bagaimana rumah tangga mereka, dan teman erlina bilang kalau mereka menjadi suami istri seperti pada umumnya, menyiapkan baju, sarapan dan lainnya.

Erlina menginginkan rumah tangga yang seperti itu, tanpa kekangan dari suaminya, tapi kenyataannya tidak, Erlangga tetap Erlangga, pria yang posesif dan overprotektif.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang