38. pikiran

604 16 1
                                    

Sudah satu Minggu erlina di rumah mamah dan papahnya, satu Minggu juga erlangga tidak pernah henti-hentinya datang ke rumah mertuanya meminta maaf pada sang istri dan mertuanya.

Erlina tetap erlina wanita keras kepala, erlina sama sekali tidak mau menemui suaminya ia lebih memilih tidur di kamar, menghabiskan waktunya dengan rebahan daripada harus memikirkan hal yang tidak penting.

Seperti sekarang ini erlina duduk santai di taman sambil menjaga adiknya yang berusia dua tahun. lina terkekeh gemes melihat tingkah adiknya yang menggemaskan membuat ia terkekeh geli. "Lucu banget sih kamu, lexi" gemes erlina mencium pipi lexi.

"Sayang" panggil seseorang dengan tatapan rindu.

Erlina diam beberapa saat ia seperti kenal suara itu, suara yang satu minggu ini ia hindari. ia menoleh tatapnya langsung tertuju pada erlangga yang menatapnya dengan tatapan rindu dan penuh luka.

"Mau apa kesini?" Tanya erlina menatap erlangga datar.

Erlangga berjalan mendekati erlina. "M-mau jemput istri saya" jawab erlangga tersenyum manis.

"Sana pulang, gue enggak mau lihat muka pria yang suka selingkuh" usir erlina.

Erlangga menggeleng, ia merogoh saku celananya mengeluarkan ponselnya. "Saya sudah punya bukti kuat, kamu lihat rekaman CCTV diruang saya" ucap erlangga semangat.

Erlina mendorong pelan ponsel erlangga. "Enggak usah. mending lo pulang jangan pernah tunjukkin muka lo lagi didepan gue"

Erlangga menatap datar wajah erlina. "Yang sopan bicara sama suami, lo, gue, maksudnya apa?" Tanya erlangga.

Erlina mengendong lexi ia menatap sinis erlangga. "Terserah gue do----"

"YANG SOPAN ERLINA ADIBA, SAYA TIDAK SUKA KAMU SEPERTI INI" bentak erlangga.

Padil dan sara yang mendengar keributan ia langsung menghampiri mereka, padil menatap erlangga dengan tatapan kaget, sejak kapan menantunya ini datang. "Erlan, sejak kapan kamu ada disini?" Tanya padil.

Erlangga menoleh ia menatap mertuanya. "Tadi, pah, mah, erlan punya bukti kalau erlan tidak selingkuh, erlan tidak berpelukan dengan perempuan lain" ucap erlangga cepat.

Padil langsung melihat rekaman CCTV yang ditunjukkan pada erlangga, padil mengangguk percaya. "Papah percaya sama kamu, tapi ingat, kalau kamu ngilangin kesalahan itu lagi papah tidak akan memaafkan kamu" tegas padil. Ia menoleh menatap putrinya yang menatapnya kesal. "Kamu maafkan suami kamu, dia tidak salah apa-apa"

Erlina menggeleng. "Enggak mau, enak aja main maaf-maafan gitu aja, dia sal---"

"Nak, setiap rumah tangga pasti ada masalah mau itu kesal ataupun besar, sekarang kalian lagi di uji sama tuhan apakah kalian bisa melewati ujiannya atau tidak, mamah berharap kamu bisa memaafkan suami kamu" potong sara. Ia mengambil lexi dari gendongan erlina menatap wajah erlina yang terlihat kesal dan bingung.

Erlina menatap erlangga yang tersenyum tipis menatapnya. "Ada syaratnya" ucap erlina.

"Apa?" Tanya erlangga cepat, ia akan melakukan apapun yang erlina pinta asalkan ia bisa terus bersama istrinya.

"Selama satu bulan gue---"

"Aku, kamu, atau sayang, enggak sopan" potong erlangga.

Erlina memutar bola matanya malas. "Selama satu bulan aku mau lakuin apa yang aku mau, contohnya sekarang ini aku mau nongkrong sama teman-teman aku, mau belanja sama teman-teman----"

"Tidak. kamu tidak boleh main sama teman-teman kamu yang enggak baik itu" potong erlangga.

Erlina menatap erlangga dengan tatapan tajam. "Yaudah aku enggak mau maafin kam----"

"Oke. Tapi. Satu minggu aja, itupun dalam pengawasan aku" pasrah erlangga.

Erlina menatap datar erlangga. "Aku enggak mau, pokonya kamu jangan ikut campur selama satu bulan. Titik"

Erlangga menggeleng. "Satu minggu, titik." Setelah mengatakan itu erlangga langsung masuk rumah mengikuti mertuanya yang menetap mereka berdua dengan tatapan capek.

"DASAR CEO POSESIF" teriak erlina kesal.

***

Erlangga menatap istrinya yang tertidur di pangkuannya, setelah berdebat tadi erlina kecapekan dengan paksaan sedikit erlina mau tidur dipangkuan erlangga, ia heran kenapa istrinya gampang lelah akhir-akhir ini.

"Satu minggu enggak lihat kamu rasanya saya tersiksa banget, saya kehilangan segalanya" lirih erlangga.

Selama satu Minggu ia tidak bisa tidur, ia berusaha mencari rekaman cctv dikantornya, ruangannya. karena ruangan yang waktu itu cctnya rusak. dan untungnya ada cctv yang masih hidup.

"Mas" rengek erlina.

Erlangga mengelus punggung erlina. "Apa sayang?" Tanya erlangga lembut.

"Pusing, perut aku mual gitu" cicit erlina.

Tanpa ba-bi-bu erlangga membopong tubuh erlina ke kasur, merabanya di kasur. "Kita ke dokter, ya" ajak erlangga khawatir.

Erlina menggeleng. "Kau istirahat aja, nanti juga sembuh sendiri" lirihnya.

Erlangga menghela nafas ia ikut merebahkan tubuhnya di samping erlina. "Kalau gitu kamu tidur" suruh erlangga tangannya mengelus dahi erlina.

Erlina membuka kancing baju erlangga, membuat sang empu keheranan. "Aku suka aroma tubuh kamu, mas" lirih erlina.

Erlangga semakin heran, ia menepis pikiran yang tidak-tidak, berusaha meyakinkan dirinya kalau pikirannya salah. Ia hanya mengangguk kecil membiarkan erlina mengelus dadanya, toh, ia sendiri nyaman.

Tidak lama erlina terlelap dalam tidurnya, erlangga mencium seluruh wajah erlina termasuk bibir erlina yang menjadi candunya, ia mengambil ponselnya mengetik sesuatu di sana, tentang keluhan istrinya, lagi-lagi ia dibuat takut saat membaca artikel.

Dengan tangan yang bergetar ia mengelus perut erlina pelan, buru-buru ia menggeleng mengusir hal pikirannya, ia terus menatap wajah erlina yang tidur damai. Ia mengelus kelopak mata erlina memainkan alis dan bibir erlina dengan tangannya.

"Saya tidak sanggup kalau yang saya pikirkan itu terjadi" lirih erlangga. Ia terus mengelus seluruh wajah erlina untungnya sang empu tidur pulas dan merasa tidak terganggu sama sekali.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang