17. kilasan ingatan

886 25 0
                                    

Erlangga benar-benar hancur sampai-sampai ia di rawat di rumah sakit, bagaimana ia tidak sakit selama sebulan ini ia hanya makan beberapa suap nasi, itupun ia memuntahkan kembali.

Mamah dan papahnya sudah membawa erlangga ke psikologi untuk menenangkan diri, tapi sama sekali tidak ada perubahan. Ia hanya ingin bersama erlina, istirnya.

Semua keluarga erlangga berada di ruangan erlangga yang terus memberontak minta pulang, untuk melanjutkan pencarian istrinya.
"KALAU LO KAYA GINI TERUS LINA ENGGAK BAKAL TENANG DI SANA" bentak padil kesal.

Erlangga menatap tajam keluarganya "KALIAN ENGGAK BAKAL NGERASAIN GIMANA RASANYA KEHILANGAN ORANG YANG DI CINTAI" amuk erlangga.

"Terserah kamu, erlan, kita capek urus kamu' pasrah bima.

Disisi lain

Tasya/erlina sudah siap-siap pulang, setelah selesai masa pemulihannya selama satu Minggu. Menatap angga dan mertuanya yang sibuk beres-beres barang-barangnya.

"Kakak--"

Angga menatap datar istrinya "saya bukan kakak kamu" potong angga.

Tasya/erlina. menggaruk kepalanya yang tidak gatal "aku harus panggil apa dong?" Tanya tasya bingung.

"Sayang" jawab angga santai.

"Bucin banget sih" sindir wiwin pada anaknya.

Ucapan mamahnya tidak dihiraukan sang anak yang terus menatap tasya "sayang panggilan nama paling sweet" lanjut angga.

Tasya memutar bola matanya malas "iya sayang" jawab tasya malas.

Angga memalingkan wajahnya ke sembarang arah "sial! Kenapa gue salting gini" cicit angga.

"Kenapa kamu?" Tanya wiwin heran.

Angga menggeleng "enggak, ayok kita pulang" ajak angga tidak sabar membawa istrinya pulang ke rumahnya.

Mereka keluar ruangan rawat tasya angga menatap sekeliling rumah sakit yang ramai "hati-hati" ucap angga khawatir.

Setelah beberapa menit mereka sampai di rumah mamah papahnya angga, untuk sementara mereka akan tinggal disini lebih dulu.

Baru satu langkah masuk kedalam rumah sudah disambut dengan teriakan anak kecil berumur dua tahun yang langsung memeluk kaki tasya "mamah" panggil anak kecil itu mendongak menatap Tasya yang terlalu tinggi darinya.

Tasya mengerutkan dahinya terkejut "k-kamu siapa?" Tanya tasya heran.

"Ini anak aku, sekarang jadi anak kamu juga" jawab angga mengangkat anaknya. "Namanya jingga" lanjutnya.

"A-anak?" Kaget Tasya.

Angga mengangguk kecil ia takut istrinya tidak menerima jingga "saya sudah pernah menikah dan punya anak, sayangnya istri saya meninggal pas melahirkan jingga" jelas angga.

Melihat respon menantunya wiwin buru-buru menghampiri menantunya "dulu kamu sangat menyayangi jingga, kamu juga sudah menganggap jingga sebagai anak kamu sendiri" sahut Wiwin.

Tasya menatap wajah polos jingga yang menatapnya dengan tatapan polos, mengangkat tangannya ia mengelus pipi jingga "a-aku boleh gendong?" Tanya Tasya.

Angga mengangguk menyerahkan jingga ke gendongan Tasya yang sekarang menjadi mamahnya.

Tasya menatap anak kecil di gendongannya "cantik sekali kamu jingga" puji tasya.

"Mamah" panggil jingga.

Tasya tersenyum tipis "iya jingga, kenapa?" Tanya tasya lembut.

Cup.

Jingga mencium pipi tasya, yang langsung membuka tasya kaget, jingga memeluk leher tas erat menyembunyikan kepalanya di leher tasya.

Angga tersenyum tipis "mamahnya istri dulu ya, kasihan baru pulang dari rumah sakit" ucap angga mengambil alih jingga. Menurunkan jingga ke lantai yang langsung lari entah kemana.

Angga menatap istrinya ia merai tangan tasya langsung tasya tepis, karena kaget "kenapa?" Tanya angga heran sekaligus kecewa.

Tasya menggeleng "m-maaf, aku kaget" ucapnya tak enak.

Angga mengangguk paham ia menuntun istrinya masuk kedalam kamar, tasya menatap sekeliling kamar "kalau kamu enggak suka kamar aku, nanti kita dekor sesuka kamu" ucap angga.

Tasya menatap kamar angga yang mulai sekarang ini menjadi kamarnya juga "seram banget kamarnya" cicit tasya bergidik ngeri.

Bagaimana tidak seram cat kamar suaminya ini warna putih hitam, lemari hitam dan putih. Angga yang mendengar ia terkekeh kecil "nanti kita dekor" ucap angga.

Tasya menatap suaminya "enggak usah, ini udah bagus ko, mungkin aku belum terbiasa, tapi ini bagus ko" tolak tasya.

Angga menarik pinggang tasya yang berhasil membuat tasya kaget "kalau kamu enggak nyaman, malam ini kita tidur di kamar lain aja" ajak angga.

Tasya melepaskan pelukan suaminya "e-enggak, u-usah" tolak tasya ia mundur satu langkah.

Angga menahan tangan tasya "jangan takut, saya enggak gigit ko" kekeh angga melihat wajah panik istrinya mengetesnya lembut, Wajahnya maju mendekati wajah tasya bibirnya hampir mengenai bibir tasya...

"A-aku mau m-mandi" ucap tasya mendorong pelan wajah suaminya.

Angga memejamkan matanya ia menghela napas. "saya pinjamkan baju dulu ke mamah" ucapnya yang Langsung keluar kamar dengan wajah yang kecewa.

Pukul 09.00 malam hari hujan turun membasahi kota Jakarta, tasya/erlina berjalan ke jendela Kamarnya. "Aku merindukan seseorang, tapi aku tidak tau siapa dia" lirihnya.

"Sayang kamu lagi apa?" Tanya angga baru masuk kamar dan mendapati istrinya yang sedang melamun.

Tasya menoleh ia menggeleng pelan "aku ngantuk mau tidur dulu" ucapnya yang langsung naik keranjang menarik selimut sampai dada. Tasya merasakan kasurnya ada yang menaiki ia memejamkan matanya takut Suaminya khilaf.

Angga memeluk tasya yang berhasil membuat tasya menegang "tidur aja, aku enggak bakal sentuh kamu tanpa izin dari kamu" bisik angga tepat di telinga tasya. "I love you" lanjutnya sebelum menyembunyikan kepalanya di leher tasya menghirup aroma tubuh tasya.

Aku cinta kamu..
Sayang jangan capek-capek..
Sayang I love you...
Jangan tinggalkan aku..

Tasya/erlina memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, kilasan ingatan itu kembali lagi. Ya. Tasya/erlina mengingat sesuatu saat mandi.

"Arghhh" teriak tasya memekik keras menahan sakit di kepalaku.

Angga yang sudah memejamkan matanya ia langsung membuka kembali "sayang kamu kenapa?" Panik angga menatap khawatir wajah istrinya.

Erlina sayang..
Sayang banget..
I love you erlina Adiba..
Cium dulu sini...
Makin cantik istri aku ini..

"ARGHHHHH ENGGAK" teriak erlina histeris memegang kepalanya yang terasa sakit, bayangan pria yang tidak ia kenal terus terlintas dipikiran, anehnya ia tidak bisa melihat jelas pria itu siapa, wajahnya blur hanya dari kaki sampai dada yang bisa ia lihat jelas.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya angga panik ia memeluk tubuh tasya erat.

Tasya mendorong sekuat tenaga ia berlari keluar kamar meninggalkan suaminya yang berteriak memanggilnya.

"TASYA" teriak angga menyusul istrinya yang sudah keluar rumah.

ERLINA...
SAYANG...
I LOVE YOU..
ERLANGGA ALFIAN SANGAT MENCINTAI ERLINA ADIBA..

tasya/Erlina terus berlari tidak tau arah ia ingin menghilangkan suara yang sepertinya ia sangat kenal "siapa aku sebenarnya" lirihnya.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang