Erlina menemani suaminya meeting dengan klien di salah satu restoran terkenal di Jakarta, jujur erlina tidak nyaman ditambah suaminya yang terus menggenggam tangannya membuat ia kesulitan bergerak, ataupun sekedar main handphone.
Erlangga mengelus paha erlina yang terekspos, padahal istrinya sudah menggunakan dress yang ia pilihkan. erlangga menatap wajah istrinya yang juga sedang menatapnya, erlangga menghela nafas panjang ia curiga kalau istrinya menukar dress yang lain.
Erlina meringis saat erlangga mencengkram pahanya, ia tahu suaminya pasti marah karena ia menukar dress dengan yang lain. Ia memiliki dress yang sama namun bedanya yang dipilih suaminya sangat panjang dan itu sangat menganggu langkahnya, sedangkan yang ia pilih di atas lutut, suaminya tidak menyadari kalau ia menukar dress.
"Bagaimana menurut pak erlangga?" Tanya rekan kerja erlangga menatap erlangga.
Erlangga menoleh ia mengangguk. "Cukup bagus, nanti saya kabari lagi untuk kerja sama kita" jawab erlangga.
"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu" pamitnya hanya langsung diangguki erlangga.
Erlangga menoleh menatap tajam erlina, yang ditatap biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa, lebih tepatnya berpura-pura tidak tahu. "Kenapa pakai baju ini? Aku sudah bilang jangan berpakaian seperti ini di luar rumah" marah erlangga.
Erlina menatap suaminya. "Sayang, dress yang kamu pilih terlalu panjang jalan aku susah, kalau aku kesandung terus jatuh gimana coba?"
Erlangga menatap datar istrinya, ada benarnya juga perkataannya, melepas jas yang ia pakai mengikat di pinggang erlina. "Kita pulang, aku tidak sudi kau berpakaian seksi seperti ini dilihat banyak orang, kamu bukan jalang yang bisa dilihat orang sembarangan" kesal erlangga menarik pinggang erlina mengikis jarak diantara mereka.
Sesampainya di rumah erlangga langsung masuk rumah dengan perasaan yang masih kesal, ia membuka lemari baju erlina mengeluarkan semua pakaian yang erlina punya, melempar baju yang menurutnya tidak pantas di pakai di luar rumah.
Erlina yang melihat itu ia menahan tangan erlangga. "Jangan di buang, apa-apaan sih, mas, ini baju-baju yang belum aku pakai ada sebagian baju kesayangan aku" kesal erlina.
Erlangga tidak menyahut ia mengambil koper besar, memasukannya ke dalam, menarik keluar kamar. "buang ke tempat sampah" suruh erlangga.
"Jangan, itu baju aku" teriak erlina.
"buang, jangan dengerin apa kata erlina" tegas erlangga.
Pelayan mengangguk ia membawa koper itu keluar rumah. erlangga menahan tangan erlina yang hendak merebut koper itu, membopong tubuh erlina masuk kedalam kamar.
"KENAPA KAMU EGOIS HAH!, AKU TIDAK SUKA KAMU BERLEBIHAN SEPERTI INI, ITU BAJU-BAJU AKU, ADA BANYAK BAJU YANG BELUM AKU PAKAI" bentak erlangga.
Erlangga menatap dingin istrinya. "Saya tidak suka kamu berpakaian seksi di luar rumah, kamu belanja sepuasnya asalkan kamu tidak membeli pakaian yang seksi" kata erlangga menyodorkan ponselnya.
Erlina menatap ponsel itu melempar ke kasur. "Dasar posesif, awas kau" kesal erlina ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
"Yakin tidak mau belanja?" Tanya erlangga tersenyum tipis.
"Enggak" jawab erlina ketus.
Erlangga duduk di samping erlina mengelus pipi yang langsung erlina tepis. "Lebih baik kamu menurut perintah suami, lagian kamu sedang hamil kamu tidak bisa berpakaian seksi seperti itu, cukup seksi di hadapan aku saja" kata erlangga lembut.
"Itu baju aku, mas, aku beli itu mahal" teriak erlina kesal.
Erlangga mengambil ponselnya. "Kamu boleh beli baju yang sama, asalkan ukuran panjangnya biar aku yang tentukan, cepat pilih" suruh erlangga, ia naik ke kasur duduk di kasur mengangkat tubuh erlina ia dudukan di pahanya.
Kali ini erlina tidak berontak, ia mengambil ponsel erlangga, bukannya membuka aplikasi belanja online ia malah membuka games yang ia download, erlangga menatap kesal erlina. "Kenapa malah main games, sih, belanja cepat" kata erlangga.
Erlina menggeleng. "Tidak mau. aku mau main games aja" tolak erlina.
Erlangga mengangguk pasrah, ia mengelus perut istrinya yang sudah sedikit besar. "Berat enggak bawa-bawa perut besar kaya gini?" Tanya erlangga polos.
Erlina menyudahi main gamenya ia menatap wajah erlangga. "Enggak. yang berat itu pas bikinnya" jawab erlina polos. Astaga! Kenapa mereka berdua begitu polos hari ini.
Erlangga yang mendengar Jawaban yang begitu polos ia terkekeh kecil, mengacak-acak rambut erlina gemes. "Masa?, Sih, kan kamu yang sering di atas" goda erlangga menaik turunkan alisnya.
Erlina mencubit perut erlangga. "Enggak, ya, sembarangan kalau bicara" sewot erlina.
Erlangga mengusap-usap perutnya yang di cubit istrinya. "Sakit. setelah 7 bulan kita berangkat ke Korea, untuk mempersiapkan persalinan" kata erlangga.
Erlina cemberut. "Kenapa enggak di Jakarta aja, sih---"
Belum sempat erlina melanjutkan ucapannya erlangga langsung memotongnya. "Enggak bisa. aku mohon turuti kemauan aku untuk kali ini, aku sudah menuruti kemauan kamu" mohon erlangga sungguh-sungguh.
Erlina yang melihat wajah erlangga yang memohon ia jadi tidak enak. "Oke, untuk kali ini aku setuju" pasrah erlina.
Erlangga tersenyum manis ia mencium bibir erlina singkat. "Pintar. kamu janji jangan kecapekan, jangan banyak pikiran, harus bahagia terus"
Erlina mengangguk.
Erlangga mengelus pipi erlina yang chubby. "Gemes banget istri aku ini" gemes erlangga memeluk erlina erat.
"Pengen ke rumah mamah" rengek erlina melepaskan pelukannya menatap suaminya. "Yuk, aku mau nginep di rumah mamah sara, udah lama kita enggak main ke sana" ajak erlina.
"Sore aja, ya, aku capek banget" bohong erlangga. Ia tidak mau erlina terlalu berinteraksi dengan keluarga istrinya. alasannya ia tidak mau di cueki istrinya.
Erlina mengangguk ia tidak boleh egois. "Hm. sekarang kamu tidur, ya, aku mau keluar bentar" kata erlina turun dari pangkuan suaminya.
"Mau kemana?, Jangan kecapekan" tahan erlangga.
Erlina menatap suaminya kesal. "Mau ambil minum, diam disini aku langsung ke kamar" setelah mengatakan itu ia langsung turun ke lantai bawah, duduk di kursi makan.
Selama ia hamil ia tidak melihat seseorang yang masih mengisi hatinya, wisnu, dia pria yang masih bertahta di hatinya. rasanya begitu cepat kejadian beberapa tahun lalu, seandainya kejadian itu tidak terjadi pada dirinya mungkin sekarang ia hidup bahagia bersama orang yang ia cintai, tidak perlu berpura-pura mencintai orang yang tidak dicintainya.
Ia kira dengan menikah ia bisa meluapkan dia, nyatanya tidak. Ia kira akan berjalan baik-baik saja ternyata, tidak. "Kamu dimana, aku rindu" cicit erlina menatap kosong depan, ia mengaduk-aduk jus yang ia buat tadi. "Aku kira dengan aku hamil aku bisa lupa sama kamu, nu, ternyata tidak, rasa ini menyiksa aku, dan suami aku yang sangat mencintai aku. nu, kalau boleh jujur aku ingin kembali ke masa lalu saat aku bersama kamu, menghabiskan waktu aku bersama kamu, membuat kenangan yang indah, dan tentunya kamu tidak banyak mengatur aku' cicit erlina.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective CEO [TAMAT]
Teen Fiction"saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya disetiap detik napas saya, bukan untuk jadi pelayan saya" -Erlangga Alfian- Terkadang sikap yang dimiliki ceo muda bernama Erlangga Alfian, membuat Erlina Adiba kesal, ruang gerak dan pertemananny...