Erlina menemani suaminya meeting di restoran luar negeri, sejujurnya ia tidak ingin ikut apalagi untuk tinggal beberapa hari di sini, karena erlangga harus menghadiri beberapa meeting di luar negeri. tapi erlangga memaksanya untuk ikut, jika tidak erlangga tidak akan berangkat, alhasil erlina ikut ia tidak mau suaminya tidak proporsional dalam berkerja.
Erlangga fokus dengan penjelasan yang rekan kerjanya jelaskan, sesekali ia melirik erlina yang berada disampingnya, ia memastikan kalau erlina nyaman dan tidak bosan, sesekali ia mengelus punggung tangan erlina supaya erlina merasa tidak sendiri.
Kurang lebih dua jam akhirnya meeting selesai, ini meeting terkahir mereka di luar kota. mereka langsung keluar restoran, erlina hari ini mengantuk sekali rasanya matanya ingin menutup rapat-rapat, tapi erlangga malah jahil ia malah mencubit dan mencium pipinya.
Sesampainya di hotel mereka langsung Masuk kedalam kamar erlina langsung merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar, akhirnya ia bisa rebahan di kasur empuk. "Diam, aku mau tidur" kesal erlina menepis tangan erlangga yang mulai nakal.
Erlangga terkekeh kecil ia melepas sepatu dan jasnya, ia merebahkan tubuhnya di samping erlina menatap erlina dari samping. "Gimana kalau kita sekalian jalan-jalan saja?, mumpung kita lagi di Paris" ajak erlangga tersenyum manis.
Erlina menoleh ia tersenyum manis, mengangguk cepat ada benarnya juga kapan lagi ia bisa jalan-jalan seperti ini, diluar negeri. "Boleh juga, mau berapa hari disini?' tanya erlina.
"Satu Minggu aja" jawab erlangga memeluk erlina erat. "aku capek banget" lirih erlangga.
Erlina mengelus rambut erlangga. "Yaudah istirahat aj......eh" kaget erlina saat erlangga mengangkat tubuhnya keatas tubuh erlangga.
Erlangga tersenyum manis. "Tapi. aku menginginkan kamu, tapi aku capek' ucapnya.
Erlina melotot kaget ia menggeleng cepat. "Jangan aneh-aneh, mending kamu istirahat" tolak erlina ia tahu maksud suaminya apa.
Erlangga menatap datar erlina. "Harus mau, atau kita batal jalan-jalannya, pilih mau yang mana?" Tawar erlangga tersenyum miring.
"Mesum banget sih kamu, mas" kesal erlina.
"Mesum sama istri sendiri enggak papa" sahut erlangga santai. "Pilih yang mana?" Tanya erlangga tak sabar.
"Aku enggak bisa, mas" rengek erlina kesal pada suaminya.
Erlangga tersenyum tipis, ia menukar posisi menjadi ia yang di atas tubuh erlina, ia mulai melakukannya dengan lembut. Satu jam mereka melakukannya, mereka langsung tidur mereka sama-sama capek dengan aktivitas mereka. erlangga memeluk istrinya erat.
***
Setelah mereka mandi bersama, bukan hanya mandi saja mereka juga berolahraga didalam kamar mandi.!
"Mau kemana dulu?" Tanya erlangga sambil memakai pakaiannya."Keliling aja dulu, aku mau makan-makanan yang enggak ada di Indonesia" jawab erlina.
Erlangga mengangguk mereka langsung bersiap-siap, setelah itu mereka langsung masuk mobil, erlina begitu bahagia sudah lama ia tidak jalan-jalan seperti ini, dan sekarang akhirnya ia bisa jalan-jalan seperti dulu lagi.
Tiba-tiba perutnya mual ia menutup mulutnya yang hendak memerintahkan sesuatu. "Mas, berhenti dulu, aku mau muntah" titah erlina menepuk-nepuk bahu erlangga.
Erlangga refleks mengerem mendadak, untungnya jalanan sepi, dan dibelakang mobilnya juga tidak ada pengendara lain. erlina langsung keluar mobil ia jongkok di samping mobil erlangga, berhadapan dengan bal mobil. Ia langsung memerintahkan semua makanan yang tadi ia makan bersama erlangga.
"Huek. Huek"
Erlangga memijit tengkuk erlina ia sangat khawatir, ditambah perasannya cemas dan takut, sesuatu yang ia pikirkan selama ini terjadi. "Sayang kamu kenapa, kamu salah makan atau......SAYANG?" kaget erlangga melihat tubuh erlina terjatuh kelantai, dengan sigap ia membopong tubuh erlina membawanya masuk kedalam mobil.
Menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia langsung masuk rumah sakit terdekat. Menunggu istrinya yang sedang diperiksa di dalam, ia mondar-mandir menunggu kabar dari dokter.
Cklek.
"How is my wife doctor?"
[Bagaimana keadaan istri saya dokter?]"Congratulations your wife is pregnant" [selamat istri anda sedang hamil]
DEG
tubuh erlangga menegang, ia menggeleng pelan, terduduk lemas di kursi tunggu. "H-hamil?" Cicit erlangga tidak percaya.
Dokter menjelaskan usia kehamilan erlina yang sudah memasuki dua minggu, erlangga hanya manggut-manggut ia tidak tahu apa yang dokter itu katakan, ia hanya diam menatap lurus, kenapa ini terjadi. Padahal ia sudah meminum pil pencegah kesuburan, tanpa sepengetahuan istrinya.
"Istri lo hamil, lo aman, karena dia enggak bakal balikan sama si wisnu, kata pacar gue si wisnu mau rebut istri lo dari lo, dia lagi nunggu waktu, dan rencananya"
Ucapan teman kerjanya Beberapa bulan yang lalu terlintas di kepalanya, ia masuk kedalam ruangan bercat putih polos, di sana terlihat jelas istrinya terbaring lemas di kasur rumah sakit. Ia mengelus dahi erlina menciumnya lama, perasaanya campur aduk.
Ia menyibak selimut yang menutupi tubuh istrinya, ia mengangkat baju erlina memperlihatkan perut rata erlina. "Aku pria biasa, aku juga ingin memiliki anak, tapi aku terlalu takut istri aku kenapa-kenapa, dia masih terlalu muda untuk mempunyai anak" ungkapnya. Menarik nafas dalam-dalam ia hembuskan perlahan, "kau mau tahu alasannya kenapa?, Kan, aku memiliki teman yang istrinya hamil, dia melahirkan seorang anak, dan sayangnya ibunya meninggal sedangkan bayinya hidup, aku takut kau merenggut nyawa istri aku, rasanya aku tidak bisa" lirihnya mengusap perut erlina.
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tidak ada yang abadi, entah itu aku dulu yang meninggal, ataupun kamu dulu, kita tidak ada yang tahu, nasib orang beda-beda, mungkin tuhan mengambil nyawa teman istri kamu saat melahirkan itu demi kebaikan dia, tuhan tidak akan mengambil sesuatu yang tidak baik" kata erlina menatap wajah erlangga.
Erlangga sontak menatap kaget erlina, ia kembali menutup perut erlina. "K-kamu s-sudah t-tahu?" Tanya erlangga.
Erlina mengangguk. "Sebenarnya aku sudah tahu waktu aku di periksa tadi, aku pura-pura pingsan aja pengen tahu reaksi kamu seperti apa, apakah kamu mau bunuh anak kita lagi, atau kamu ingin dia hidup" sahut erlina.
Erlangga diam mematung. "K-kamu y-yakin i-----"
"Sini" suruh erlina menepuk-nepuk kasur di sampingnya, tanpa banyak tanya erlangga langsung duduk menatap istrinya. "Aku tidak qkan meninggalkan kamu, mas, kecuali kamu berusaha memisahkan janin ini yang notabenenya anak kandung kamu sendiri, aku menginginkan anak, aku ingin menjadi ibu seperti teman-teman aku yang sudah memiliki anak, mereka selalu bermain, berbelanja, dan masih banyak lagi, kalau kita punya anak setiap kamu pulang kerja telat aku ada temannya, aku enggak kesepian"
Erlangga memeluk erat tubuh erlina. "Aku ta---"
"Aku tidak kenapa-kenapa. gini saja kamu boleh lakuin apapun yang menurut kamu baik, asalkan jangan coba-coba sakiti janin aku" tawar erlina.
Erlangga mencium singkat bibir pucat erlina, menggenggam tangan erlina. "Termasuk kamu tidak boleh menyentuh barang-barang yang tajam?, contohnya pisau, dan kamu juga tidak boleh masuk dapur" posesif erlangga.
Erlina mengangguk kecil. "Ya. itupun kalau tidak lupa, hehe" kekeh erlina.
"Sayang" rengek erlangga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective CEO [TAMAT]
Teen Fiction"saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya disetiap detik napas saya, bukan untuk jadi pelayan saya" -Erlangga Alfian- Terkadang sikap yang dimiliki ceo muda bernama Erlangga Alfian, membuat Erlina Adiba kesal, ruang gerak dan pertemananny...