34. hidup berdua

823 23 1
                                    

Erlina mengerjapkan matanya menyesuaikan matahari yang menerobos masuk, ia menoleh kesamping menatap wajah suaminya yang tertidur pulas disampingnya, ia mengingat kejadian kemarin seketika marahnya kembali meluap.

Baru satu kaki turun dari kasur tubuhnya terhuyung, sembuh tangan kekar dan kokoh melingkar sempurna di perutnya yang rata, erlina tau persis tangan siapa yang melingkar di perutnya.

Erlangga memeluk erat erlina yang terus memberontak, menurutnya pukulan erlina tidak ada apa-apanya baginya, bahkan tidak terasa sama sekali di tubuhnya yang kekar.

Erlina berbalik menatap Erlangga tajam, erlangga bisa melihat jelas istrinya sangat membencinya, mengabaikan tatapan itu erlangga mengambil borgol yang sudah ia siapkan tadi malam di sampingnya, meja kecil.

Ia memasang tangan erlina dengan tangannya, mengabaikan teriakan keras erlina, lebih baik ia tuli karena teriakan erlina daripada ia harus kehilangan erlina.

"LEPAS SIALAN! AKU MAU PERGI DARI SINI" marah erlina berusaha melepaskan borgol yang melingkar ditangannya.

Erlangga menahan tubuh erlina. "Sayang dengerin aku dulu, aku enggak sengaja, aku khilaf, aku tidak ada maksud buat bunuh anak kita" ucap erlangga lembut.

Erlina mendorong erlangga. "TIDAK SENGAJA? KAU SUDAH MERENCANAKAN INI SEMUA, KAU MEMANG DARI DULU TIDAK SUKA GUE HAMIL, BAHKAN LO DENGAN TEGANYA MEMBUNUH ANAK KANDUNG LO SENDIRI"

Erlangga menatap erlina datar. "Jangan berontak, jangan kabur atau aku habisin mantan pacar kamu" ancam erlangga tidak main-main.

Erlina baru ingat kalau wisnu di tembak erlangga. "W-wisnu, d-dia, t-tidak kenapa-kenapa, kan?" Tanya erlina lirih.

Erlangga tersenyum miring. "Belum, mungkin sebentar lagi dia akan mati" jawab erlangga santai.

Erlina melotot ia menggeleng cepat. "Kau jangan sakiti dia, jika kau sakiti dia kau juga akan merasakan apa yang dia rasakan, aku akan membenci kau seumur hidupku" ancam erlina.

Erlangga malah tertawa terbahak-bahak. "Hahahha. Itu tergantung kamu, sayang, jika kau menurut, tidak membantah, baru aku menuruti kemauan kamu, termasuk tidak menyakiti pria itu, jika kau berusaha kabur dari sini kau akan melihat dengan mata kepala kamu sendiri, jasad pria masa lalu kamu"

"Kau.....kita dimana? Ko ini bukan apartment atau rumah?" Tanya Erlina menatap sekeliling yang sangat asing.

Erlangga tersenyum tipis. "Kita ada di sebuah hutan yang angker, banyak binatang buas, termasuk harimau dan serigala, sekali kamu keluar kamu akan di terkam mereka, jadi jangan berani-berani keluar dari sini"

"Gue lebih baik di makan binatang buas, daripada harus hidup sama lo yang tidak kalah seram" ucap erlina.

Erlangga terkekeh kecil. "Kamu bicara seperti itu karena kamu belum lihat suasana di luar, awalnya aku tidak akan memperlihatkan keadaan diluar, berhubungan kamu berkata seperti itu jadi aku memperlihatkannya supaya kamu bisa percaya dengan ucapan suamimu" ucap erlangga. Ia mengambil remote kecil di meja kecil, memencetnya mengarahkan ke jendela kamar.

Mata erlina melotot sempurna melihat pemandangan yang sangat menyeramkan, banyak harimau, dan hewan-hewan ganas lainnya sedang memutari kamarnya. Erlangga tersenyum miring saat melihat wajah pucat erlina yang ketakutan, tidak tega melihat istrinya ketakutan ia kembali menutupnya menggunakan remote di genggamannya.

"Bagaimana?, Masih kurang? Aku---"

"Tidak!. Stop, kenapa kau tega hiks, jangan kurung aku seperti ini erlan" teriak erlina.

Erlangga memeluk erlina menciumnya lembut. "Aku tidak akan kasar sama kamu, kecuali kamu nurut sama aku, kamu patuh sama aku, maka semuanya akan baik-baik saja, kamu pikir aku tega melakukan ini semua?, Tidak. Aku juga manusia biasa aku memiliki hati, tapi aku tidak bisa berbuat lembut sama kamu kalau kamu berusaha meninggalkan aku, rasanya aku tidak sanggup" lirih erlangga.

"Kenapa kau bunuh anak kau sendiri?" Cicit erlina.

Erlangga melepaskan pelukannya ia menatap erlina, menyekat air mata yang terus mengalir di kata erlina. "Memang awalnya aku sudah menerima kamu hamil, terus aku berubah pikiran saat kamu marah padaku, dan kau bilang kalau aku jahat, kau juga bilang kalau kau ingin cerai, tentu aku tidak terima, maka aku melakukan itu supaya kau bisa melihat betapa jahatnya aku kalau kau berusaha meninggalkan aku" jelas erlangga.

Erlina mengangguk paham, ia tersenyum pedih. "Sekarang ini aku membenci kau, erlan, aku tidak---"

"Silahkan kau membenciku, sayang, asalkan kau tidak meninggalkan aku saja" potong erlangga.

***

Erlina dan Erlangga sedang makan siang bersama, di kamarnya yang sangat menyeramkan, hanya ada tiga ruangan, kamar tidur, kamar mandi, dan dapur, kecil tapi nyaman.

Rumah ini biasanya erlangga gunakan untuk ia yang sedang banyak masalah, dan ia membutuhkan ketenangan, maka ia akan datang kesini seorang diri, di tengah-tengah hutan yang sangat menyeramkan, menurutnya tempat yang sangat menyeramkan asyik untuk dirinya, ia bisa membunuh banyak hewan mencambuknya secara sadis.

"Gimana masakan aku enak kan?" Tanya erlangga di sela makannya.

Erlina akui kalau masalah suaminya enak, tapi ia gengsi mengakuinya. "Lumayan" jawab erlina terus makan.

Erlangga menyudahi makanya ia menatap wajah erlina. "Jangan terus marah sama aku, nanti deh aku berusaha keras buat kamu hamil lagi" ucap erlangga santai.

Erlina yang mendengar itu ia menatap datar erlangga. "Gue tidak mau di sentuh kamu, lan---"

"Jangan panggil nama, aku enggak suka, pakai yang romantis, mas, sayang, atau baby" potong erlangga menatap tajam erlina.

"Males---"

BRAK

"Aku tidak suka kamu membantah seperti ini, nurut atau---"

"Oke, jangan terus ngancem aku bisa-bisa mati karena takut ancaman kamu" teriak erlina kesal.

Erlangga terkekeh gemes ia mengacak-acak rambut erlina. "Jangan bicara gitu, enak juga kita hidup berdua gini enggak ada yang ganggu, enggak ada yang berusaha pisahkan kita" ucap erlangga tersenyum manis.

Erlina menepis tangan erlangga. "Aku mau istirahat, jangan ganggu aku" ucapnya yang langsung masuk kamar.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang