41. ulangtahun Erlangga

697 15 0
                                    

Erlangga mondar-mandir di hotel dua hari sudah erlina tidak ada kabar, ponselnya mati, bahkan cctv rumah yang ia pasang sebelum berangkat keluar kota mati, seluruh keluarga juga tidak ada yang bisa erlangga hubungi.

Erlangga meraup wajahnya kasar ia khawatir erlina kenapa-kenapa, ia tidak mau erlina kenapa-kenapa, ingin rasanya segera pulang tapi meeting penting akan dilaksanakan nanti malam, kalau seperti ini ia tidak akan fokus kerja.

Beribu-ribu kali ia menghubungi nomor istri dan keluarganya, tapi tetap tidak aktif, erlangga duduk di pojok kasur melempar bantal di kamarnya. "Sial! Kenapa nomornya tetap enggak aktif sih, sial!" umpat erlangga kesal.

Tok.tok.tok.

Erlangga menoleh menatap pintu itu tajam, berani sekali ada yang mengganggunya sedang panik seperti ini, siapapun yang berani menanggungnya ia akan mendapatkan hadiah paling besar, kematian. Itu hadiah paling indah untuk si pengganggu ke ketenangannya. "Saya tidak ingin di ganggu, lebih baik kalian kembali kalau kalian masih pengen hidup" teriak erlangga.

Pintu terus di ketuk seakan tidak takut amukan si pemilik kamar, erlangga menulikan pendengarannya ia terus memikirkan erlina, ia takut istrinya kenapa-kenapa, demi tuhan jika ia sudah kembali ia akan menghukum erlina, sampai erlina menangis dan meminta apun, dan tentunya tidak mengulanginya lagi.

"SIALAN! SAYA SUDAH BILANG JANGAN GANGGU SAYA" bentak erlangga, ia berjalan cepat menuju pintu tatapnya tajam, rahang mengeras, tangan mengepal kuat.

Cklek.

Tatapan erlangga langsung bertubrukan dengan mata indah hitam pekat, bulu mata lentik, hidung yang sedikit mancung, rambut yang di cepol asal namun terlihat indah, bibir yang pink alami, senyum yang manis.

"Happy birthday to you, happy birthday mas erlangga" ucap seseorang wanita sambil mengangkat kue ke depan wajah erlangga, yang terus menatapnya.

"Eh-erlina" kaget erlangga menatap istrinya didepan wajahnya.

Erlina tersenyum manis, ia mengangguk pelan. "yes, baby, it's me your wife" kata erlina.

Erlangga menatap erlina dari atas sampai bawah, ia mengucek-ucek matanya, ia tidak salah lihat, atau ia hanya berhalusinasi, jika memang ia sedang berhalusinasi tolong jangan sadarkan. "I-ini kamu benar erlina adiba?" Tanya erlangga tidak percaya.

Yang awalnya erlina tersenyum manis, sekarang berubah menjadi datar. "Erlina adiba, istrinya erlangga seorang CEO posesif, nyebelin, pemaksa, pencemburu, tukang marah, yang sekarang ini sedang kerja di luar kota, dan sekarang ini ada didepan seorang wanita cantik dan mungkin yang bernama, erlina adiba, bin bapak sandi, ibu sara. PUAS!" kesal erlina.

Erlangga yang mendengar itu ia menahan tawa, tidak, ia tidak boleh tertawa, ia harus biasa saja ia sedang kesal. "Kenapa ponselnya enggak aktif?" Tanya erlangga ia masuk lebih dulu, berpura-pura tidak memperdulikan istrinya.

Erlina masuk kedalam sambil membawa kue yang maish ada di tangannya, menaruhnya di meja kecil dekat erlangga. "Kasih kamu surprise, oh, ya, tiup dulu lilinnya, mau habis nih" erlina menyodorkan kue didepan wajah erlangga. "Tiup dong, tapi, berdoa dulu, harapan kamu, yang kamu mau, deh, pokonya" suruh erlian tidak dabar ingin memotong kue dan melahapnya.

Erlangga menggeleng. "Enggak!, Saya enggak maux tolak erlangga.

Erlina cemberut ia menatap erlangga dan kue dihadapannya. "Aku udha jauh-jauh dari sini, rela bangun pagi buat bik....beli kue, rela dandan cantik buat suami aku, eh, malah suami aku enggak menghargai usahakan" dramatis erlina.

Erlangga tutorial melihat istrinya sedih tidak tega. "Oke, saya mau......harapan saya hari ini dan seterusnya, saya ingin tetap bersama kamu, mau itu dalam keadaan sehat ataupun sakit, mau kamu tua dan jelek, saya tetap cinta kamu, saya tidak berdoa untuk dipanjangkan umur saya, tapi saya berdoa jika kamu meninggal lebih dulu dari saya maka saya akan ikut kamu meninggal, apapun caranya, jika saya lebih dulu meninggal dengan berat hati saya ikhlas kamu bersama pria lain, asalkan pria itu lebih baik dari saya" doa erlangga sambil menatap mimik mata istrinya, yang meneteskan air mata.

"Hiks, kenapa doanya keras-keras sih, aku jadi denger jadi nangis gini, untung make-up aku waterproof, kalau yang murahan pasti celemong kaya badut, hiks" isak erlina.

Erlangga tidak bisa menahan tawanya ia tertawaan rekan-rekan, sampai perutnya keram. "HAHA, kenapa istri aku lucu banget sih, astaga!"

Erlina menghapus air matanya, ia menatap kesal erlanggan. "Tiup cepat, aku mau makan kue hasil buatan aku dibantu mamah....eh" erlina menutup mulutnya dengan tangan kanan, tangan kirinya untuk ia pegang kue.

Erlangga yang awalnya masih tertawa pelan, seketika ia langsung berhenti mendengar ucapan istrinya, yang membuat darahnya mendidih, rahangnya mengeras, otot-ototnya menonjol, tatapnya berubah menjadi tajam.

Erlina buru-buru menaruh kue di meja, ia langsung memeluk erlangga yang terus menatapnya tajam. "E-enggak seperti yang kamu pikirkan, aku buat itu ramai-ramai, aku cuma aduk telur, kasih coklat, hias dan potong-potong coklat batangan, itu doang, sumpah" jelas erlina panik.

Erlangga melepaskan pelukan secara paksa, menatap erlina masih dengan tatapan tajam. "Potong coklat, menggunakan pisau tajam, kan?, ITU BISA MEMBAHAYAKAN KAMU, ERLINA ADIBA" kesal erlangga.

Erlina menggeleng ia kembali memeluk erlangga erat. "E-enggak. mas, buktinya aku enggak kenapa-kenapa"

Erlangga mengatur nafasnya yang memburu, ia berusaha menenangkan diri untuk tidak marah. "Kenapa kamu ingkar?" Tanya erlangga dingin.

"Hiks, aku cuma mau dihari ulang tahun kamu kue yang kamu makan hasil buatan aku, walaupun bukan sepenuhnya, setidaknya aku membantu membuatnya, aku----"

"UNTUK APA SAYA KERJA JAUH-JAUH, KERJA CAPEK SEPERTI INI KALAU KAMU TIDAK GUNAKAN UANG SAYA UNTUK MEMBELI KUE, KENAPA KAMU HARUS YANG BUAT, KENAPA TIDAK PELAYAN DI RUMAH MAMAH"

Erlina semakin terisak ia memeluk erat tubuh erlangga, setidaknya ia tidak melihat wajah erlangga yang berubah seperti macan. "Aku udha bilwng kalau aku pengen buat sendiri, mas, aku enggak kenapa-kenapa kamu bisa lihat sendiri, kan, hiks" isak erlina.

"Kam---"

"Aku mau kue itu, kamu tiup lilinnya terus potong kue, abis itu kamu boleh marah atau hukum aku" potong erlina menunjuk kue ulangtahun yang ia bawa.

Erlangga mendorong pelan tubuh erlina ia langsung meniupnya, memotongnya asal, menyodorkan potong kue kemulut erlina, membuat sang empu tersenyum manis walaupun air matanya masih banjir.

"Enak, tidak terlalu buruk, kamu cobain, ya" erlina menyodorkan kue ke mulut erlangga yang menggeleng keras. "Aku mohon, nanti aku sedih terus aku sakit, teru ak---"

"Jangan bicara sembarangan" tegur erlangga tidak suka. Ia langsung melahapnya tatapan tertuju pada jari manis erlina yang di plester. langsung menatap erlina yang masih tidak menyadari. "Yakin tidak ada yang terluka, hm?" Tanya erlangga berpura-pura tidak tahu.

Erlina yang menyadari itu ia langsung menarik tangannya, dengan sigap erlangga menariknya, melamar kue Kelantan. menarik plester yang melingkar sempurna disana.

"Awhhh. Sakit, mas" pekik erlina.

Erlangga menatap jari manis erlina terlihat sedikit robekan disana. "Ini yang dinamakan tidak terluka?, Dan tidak kenapa-kenapa?, Hm, apa perlu saya tekan" erlangga menakan luka ditangan erlina sampai membuat sang empu berteriak kencang, dan mengeluarkan darah segar di robekan jarinya.

"ARGHHHHHH" teriak erlina kesakitan.

"SAYA SUDAH TEGASKAN SAMA KAMU, JANGAN SENTUH BENDA YANG BISA MEMBAHAGIAKAN KAMU SEPERTI INI, SAYA TIDAK SUKA" bentak Erlangga.

Ia langsung membopong tubuh erlina mengambil kotak P3K menyiramnya dengan alkohol, membuat sang empu menjerit histeris.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang