32. psikopat

924 24 1
                                    

Erlangga dengan santainya memainkan pipi erlina mencubitnya gemas membuat sang empu kesal, sudah satu Minggu mereka berada di apartemen tanpa keluar sekalipun. Mungkin pria lain kesal berlama-lama di dalam, tapi tidak dengan erlangga yang malah semakin betah saat berduaan dengan sang istri, erlina saja jenuh didalam kamar terus ia ingin keluar rumah berjalan-jalan.

Erlina menatap suaminya kesal ia menarik hidung erlangga, membuat sang empu mengadu kesakitan, erlina terkekeh kecil melihat hidung suaminya merah akibat ulahnya.

Bukanya kesal hidungnya di tarik sampai merah, erlangga malah tersenyum tipis melihat erlina tertawa, biarlah ia di bully istrinya sendiri asalkan sang istri bahagia dan betah berlama-lama bersamanya.

Erlina bangun dari rebahan, ia menatap wajah erlangga, memainkan bulu mata erlangga yang lentik, halis yang tebal, bibir yang merah alami, mata yang sipit berwarna hitam pekat. Sangat sempurna dimata setiap perempuan, bahkan erlina insurance dengan suaminya sendiri.

Kadang ia mikir kenapa erlangga begitu tergila-gila pada dirinya yang tidak ada apa-apanya ketimbang dirinya, bahkan erlina jauh dari kriteria istri idaman para lelaki.

Erlangga tersenyum tipis melihat tatapan erlina pada dirinya, ia ingin selalu erlina menatapnya terus seperti ini, tatapan yang menenangkan, bukan tatapan tajam seperti minggu-minggu lalu.

Erlina memajukan wajahnya, ia menempelkan hidungnya dengan hidung mancung erlangga, bertatapan dengan mata indah erlangga. "Enggak bosan di kamar terus?, Mendingan kita jalan-jalan keluar apartemen cari sesuatu yang indah" ajak erlina penuh harap.

Erlangga menggeleng pelan. "Enggak mau, aku enggak bosan ko dikamar terus asalkan sama kamu, seruan di sini daripada di luar terlalu banyak orang" kata erlangga.

"Tapi aku bosan, mas" rengek erlina.

Erlangga tersenyum miring. "Kamu mau keluar?" Tanya erlangga. Erlina mengangguk cepat. "Ada syaratnya" ucap erlangga tersenyum miring.

Erlina yang melihat senyuman Erlangga yang tidak biasa ia curiga. "Apa?, Jangan aneh-aneh" ucap erlina was-was.

Erlangga memajukan wajahnya ke telinga erlina. "Mari kita bersenang-senang di siang hari, baru kita keluar" bisik erlangga, mengigit pelan daun telinga erlina membuat sekujur tubuh erlina merinding.

Erlina mendorong erlangga yang malah ia yang terdorong sampai jatuh ke sofa yang berada di kamar mereka.
"Lepas, aku mau----"

"Mau apa, hm?" Tanya erlangga melepaskan kancing baju erlina.

"Jangan mesum, aku enggak mau" teriak erlina.

Erlangga tidak menggubris ucapan istrinya ia langsung menerkam istrinya yang lama-kelamaan pasrah, mereka melakukannya hanya tiga jam, di sofa kamar mereka.

Erlina langsung memakai pakaiannya menatap kesal erlangga yang dengan santainya dia hanya senyum-senyum sendiri. "Sekarang ayok kita keluar, kamu udah janji" ajak erlina.

Erlangga melirik jam di dinding kamarnya. "Panas sayang, nanti malam aja gimana?, Sekalian kita makan malam diluar, dinner" tawar erlangga.

Erlina cemberut ia menatap sinis erlangga. "Bohong terus" kesal erlina ia keluar kamar membanting pintu kamar keras. "Terlalu banyak alasan, enggak kaya wisnu yang selalu nempatin janjinya, enggak pernah ingkar, sekali ingkar janji dipaksa papah, dan demi kebaikan aku" cicit erlina.

Erlangga yang melihat istrinya marah ia langsung menghampiri Erlina di ruang tengah, melihat istrinya yang sedang menonton film kartun. "Sayang kit---"

"Enggak usah, aku udah enggak mau keluar" sinis erlina menepis tangan erlangga yang menyentuh tangannya.

Erlangga menatap istrinya ia mengelus rambut erlina. "Sayang jangan marah dong, aku---"

"Gimana aku enggak marah sama kamu, mas, kamu selalu ingkar janji padahal kamu sendiri yang bikin janji, tapi kamu juga yang ingkar janji, aku udah turutin kemauan kamu walaupun aku sama sekali tidak mau" marah erlina.

Erlangga menatap datar erlina. "Terus?, Kamu marah gitu sama aku?"

Erlina menatap tajam erlangga. "IYA, KAMU ENGGAK KAYA WISNU YANG ENGGAK PERNAH INGKAR JANJI, BAHKAN AKU YANG SELALU INGKAR JANJI SAMA DIA, KAMU BEDA JAUH SAMA DIA KAMU ENGGAK ADA APA-APANYA SAMA DIA" bentak erlina. Habis sudah kesabarannya.

Erlangga menatap tajam erlina, rahangnya mengeras tangannya mengepal kuat, otot-otot ditangannya menonjol ia mencengkram tangan erlina. "Jangan bawa-bawa nama dia, jangan pernah sebut nama pria lain selain saya, suami kamu paham?" Bentak erlangga.

Bukanya takut erlina malah terkekeh hambar. "Haha, kenapa? Takut kalah saing? Takut aku balik lagi sama dia?, Ya?, Gitu?" Tanya erlina.

"JAGA UCAPAN KAMU ERLINA ADIBA, ATAU SAYA----"

"SAYA APA?, MAU KURUNG AKU?, SILAHKAN, AKU ENGGAK TAKUT AKU UDAH KEBAL SAMA ANCAMAN KAMU YANG ENGGAK PERNAH HABIS-HABISNYA ANCAM AKU, BAHKAN KAMU ENGGAK PERNAH MIKIRIN PERASAAN ISTRI KAMU YANG LAGI HAMIL ANAK KAMU" potong erlina.

"SAYA MELARANG KAMU KELUAR APARTEMEN DEMI KEBAIKAN KAMU, DEMI KEBAIKAN RUMAH TANGGA KITA BERDUA, ADA BANYAK ORANG YANG INGIN MENGHANCURKAN RUMAH TANGGA KITA, ADA BANYAK ORANG YANG INGIN MEREBUT KAMU DARI SAYA, KARENA SAYA CINTA SAMA KAMU, PAHAM"

"CINTA?, HAHA, TEMAN-TEMAN AKU JUGA SUAMINYA CINTA SAMA ISTRINYA MASING-MASING, TAPI MEREKA TIDAK MELARANG ISTRINYA KELUAR RUMAH, KUMPUL SAMA TEMAN-TEMANNYA, BAHKAN MEREKA MASIH BISA JALAN-JALAN KAYA DULU, SEDANGKAN AKU?.
AKU DIKURUNG DI SINI, AKU ENGGAK BOLEH KUMPUL SAMA TEMAN-TEMAN AKU"

"Stop! Saya capek berdebat sama kamu, lebih baik kamu masuk kamar istirahat" suruh erlangga berusaha mengatur emosinya.

Bukanya masuk kamar erlina malah keluar apartemen, Erlangga yang melihat istrinya keluar ia mengeram kesal, menarik kasar tangan erlina. "Mau kemana?, Mau kabur?" Tanya erlangga marah.

"LEPAS! AKU MAU PULANG KE RUMAH MAMAH, AKU MAU BALIK KAYA DULU DIMANA AKU BEBAS BERMAIN DENGAN SIAPAPUN, TANPA LARANGAN KAYA GINI"

Erlangga menarik paksa elina masuk kedalam apartemen, mengambil tali ia mengikat tangan erlina. "Kau melebihi batas kesabaran aku, erlina Adiba" marah erlangga sambil mengikat tali ke pergelangan tangan erlina yang terus memberontak.

Ini bukan kali pertamanya erlina di ikat seperti ini, dulu ia pernah di ikat seperti ini, jadi ia tidak perlu kaget dengan tindak suaminya yang sangat tidak wajar.

"Lepas, aku mau pulan, erlan" teriak erlina berusaha melepaskan tali yang mengikat pergelangan tangannya, dan kaki.

Erlangga yang tidak suka di panggil nama ia kembali menatap tajam erlina. "Coba ulangi, kamu bilang apa tadi, sebut nama siapa tadi?' pinta erlangga.

Erlina seperti kesetanan ia tidak takut dengan tatapan tajam suaminya. "Erlan, itu nama kam----"

"SAYA BUNUH JANIN DI KANDUNGAN KAMU, WALAUPUN DIA ANAK KANDUNG DAYA SENDIRI"

Erlina melotot kaget ia menggeleng keras. "JANGAN GILA KAU, ERLAN.....,AHK" ringis erlina merasakan perutnya di remas kuat erlangga.

"Saya tidak suka kamu membangkang" ucap erlangga semakin meremas perut erlina kuat.

Darah mengalir membasahi sprei putih, tubuh erlina lemas melihat darah yang semakin banyak, perutnya juga terasa sakit. Erlangga yang melihat darah itu bukanya panik ia malah terkekeh kecil.

"Akhirnya" gumam erlangga, yang masih terdengar jelas erlina.

"Kau psikopat" lirih erlina sebelum hilang kesadarannya, ia tidak kuat menahan sakit di perutnya.

Erlangga terkekeh kecil. "Ternyata kau sudah tau, sayang" kata erlangga, sambil membopong tubuh erlina keluar apartemen, sebelum itu ia melepaskan ikatan di pergelangan tangan, dan kaki.

***

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang