31. posesif Erlangga

774 24 1
                                    

Mereka sedang berkunjung ke rumah mamah suti dan papah danu, hanya sekedar untuk memberitahu mereka kalau saat ini mereka tidak tinggal di rumah yang dulu, tentu mereka kaget mendengar penjelasan erlangga yang menurut mereka berlebihan.

Erlangga juga mewanti-wanti seluruh keluarganya untuk tidak memberitahu keberadaan mereka berdua pada siapapun, kecuali dua keluarganya, sangat berlebihan, itu tidak yang membuat erlina kesal dengan sikap erlangga yang selalu berlebihan.

Danu dan suti pasrah, anaknya ini memang jika sudah membuat keputusan pasti tidak bisa diubah-ubah, mereka hanya mengangguk sebagi jawaban yang erlangga ucapkan, percuma memberi saran yang tentunya tidak akan erlangga dengar.

Erlina sedang memangku Khanza yang untungnya tidak banyak tingkah, jadi diperbolehkan erlangga. erlina mengelus pipi Khanza lembut sudah lama ia tidak bertemu Khanza bayi mungil yang sangat cantik.

Citra mengambil alih Khanza dari gendongan erlina, saat erlangga memberi kode pada kakak iparnya untuk mengambil Khanza, erlina biasa-biasa aja ia tidak menyadari kalau suaminya yang menyuruh kakak iparnya mengambil khanza.

"Kandungan kamu baik-baik aja, kan, sayang?" Tanya suti menatap menantunya.

Erlina mengangguk pelan. "Baik, mah, Lina enggak sabar lihat anak lina pasti cantik dan ganteng" pujinya sambil mengelus perut ratanya.

Suti bersenyawa manis ia mengangguk pelan. "Pasti dong, mamahnya aja cantik, papahnya ganteng, pasti anaknya mirip seperti kalian" ucap suti.

Erlangga mengelus rambut istrinya. "Waktunya kamu istirahat, aku antar masuk kamar" ajak erlangga.

Erlina menggeleng. "Aku enggak mau istirahat, aku mau ngobrol sama mamah, kamu aja yang istirahat" suruh balik erlina.

Erlangga menatap datar Erlina. "Istirahat atau pulang?" Tanya erlangga memberikan dua pilihan yang sama-sama tidak adil.

Erlina tetap menggeleng keras. "aku enggak mau, aku mau ngobrol sama mamah, papah, kamu aj---"

"ISTIRAHAT ERLINA ADIBA, JANGAN BUAT SAYA MARAH" bentak erlangga menatap tajam erlina.

Erlina menunduk takut. "Apa salahnya sih aku ngobrol sama mereka, toh mereka juga orang tua aku juga bukan siapa-siapanya" cicit erlina.

Erlangga menarik dagu Erlina agar menatapnya. "Kamu mau tau alasannya?" Tanya erlangga.

Erlina mengangguk cepat.

Erlangga melirik kedua orangtuanya, dan abang dan kakak iparnya. "Aku tidak mau kamu menghabiskan waktu sama mereka, walaupun mereka keluarga kamu juga, aku tidak sudi kamu banyak bicara sama orang lain, kecuali sama aku, mau itu perempuan ataupun laki-laki, aku tetap tidak suka" ungkap erlangga.

Erlina geleng-geleng kepala, begitupun keluarganya, ternyata sikap erlangga memang begitu sangat posesif. Pantesan erlina sering kesal dengan sikap erlangga.

Erlina yang malas ribut, dan ia juga tidak enak jika ribut di rumah mamah mertuanya, lebih baik ia menurut ia berdiri baru dua langkah ia melangkah, kakinya menginjak mainan Khanza yang belum citra bereskan, dengan sigap erlangga menahan tubuh istrinya untuk tidak jatuh.

Erlangga melotot kaget, begitupun keluarganya, sedangkan citra dan bima mereka sedikit takut melihat tatapan erlangga yang menatap mereka begitu tajam. Erlangga menendang mainan yang hampir mencelakai istrinya sampai hancur rusak.

"Lain kali jangan jorok seperti ini, mainan anak kalian hampir mencelakai istri saya, kalau istri saya kenapa-kenapa kalian bisa saya tuntun---"

Erlina menatap Abang dan kakak iparnya tidak enak, padahal ia sendiri yang kurang berhati-hati. "Udah, aku yang salah, kita pulang aja, ya, aku istirahat di rumah" ajak erlina, kalau sudah seperti ini erlangga akan memarahi orang-orang yang tidak bersalah.

Erlangga mengangguk ia langsung menarik erlina, tanpa pamit ke siapapun, membiakkan pintu mobil untuk istrinya. "Lain kali hati-hati, aku tidak mau kamu celaka" tegas Erlangga.

Erlina hanya mengangguk.

***

Erlina sudah siap dengan pakaian yang suaminya siapkan, menggunakan dres sembawa lutut, sebenarnya erlina sudah memilih dres yang menurutnya cocok untuk dirinya, tapi erlangga melarangnya karena dres yang erlina pilih terlalu pendek.

Mereka akan menghadiri pesta pernikahan teman erlangga, sebenarnya erlangga tidak ingin datang karena ia tidak suka membawa istrinya, bukan tanpa alasan ia tidak mau istrinya ditatap pria lain, atau bahkan diajak berkenalan. Ah sungguh menyebalkan.

"Jangan pakai lipstik, jangan pakai apa-apa" larang erlangga mengambil lipstik yang hendak erlina kenakan.

Erlina menatap suaminya kesal. "Bibir aku pucat, mas, kalau enggak pakai lipstik sama sekali" kesal erlina.

Erlangga yang tidak mau berdebat ia memilih berbagai macam lipstik yang tertata rapih di meja rias istrinya, ia mengambil salah satu lipstik yang menurutnya cocok untuk istrinya.
"Ini, pakai warna ini" ucap erlangga menyodorkan lipstik.

Erlina menatap kesal erlangga. "Ini enggak ada war...eh" kaget erlina saat erlangga mengoleskan lipstik ke bibir erlina, ada sedikit warna, sebenarnya erlina tidak harus menggunakan lipstik berwarna lagi, karena, bibirnya sudah merah alami.

"Mau tambah merah lagi?" Tanya erlangga tersenyum miring.

Erlina menggeleng cepat, ia paham maksud erlangga. "Enggak, ini udha cukup, yuk berangkat" ajak erlina mengalihkan pembicaraan.

Erlina bendak berbalik padan yang langsung erlangga tahan, mendorong erlina ke tembok kamar, menatap erlina dalam. "Sebenarnya aku tidak suka mengajak kamu berkondangan, bergabung dengan teman-teman aku, tapi si sialan, pengantin, itu terus memaksaku, mau tidak mau aku mengajak kamu, tapi jangan pernah berpikir kamu bisa bebas di tempat ramai, kamu harus di samping aku, jangan pernah pisah, paham?" Tegas erlangga.

Erlina sedikit syok mendengar pengakuan erlangga, ia mengangguk pelan. "I-iya, aku paham" gugup erlina.

Erlangga melirik leher jenjang istrinya, sayang sekali kalau tidak di tambah hiasan hasilnya. "Sayang sekali leher ini tidak aku kasih hiasan yang sangat indah" gumam erlangga yang masih terdengar Erlina yang langsung panik.

Erlangga menahan tangan erlina yang hendak memberontak, ia mencium leher erlina, kanan, kiri, dan tengah, memperlihatkan kepemilikannya disana. Terlihat sangat jelas. "Jangan berani-beraninya nutup ini, kalau kamu enggak mau aku kurung seharian" ancam erlangga.

"Bukannya aku selalu di kurung seharian?" Tanya balik erlina kesal.

Erlangga terkekeh pelan ia menarik erlina keluar apartemen. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, erlina sibuk menatap jalanan yang ramai, sedangkan erlangga fokus menyetir mobil, sesekali ia melirik erlina.

Erlangga memarkirkan mobilnya di parkiran yang sudah disiapkan, ia turun dari mobil lebih dulu untuk membukakan pintu untuk istrinya. "Jangan senyum sama pria lain, jangan tatap pria lain" bisik erlangga.

Erlina mengangguk pelan.

Mereka berdua masuk kedalam gedung yang sangat besar, dan ramai erlangga semakin khawatir erlina di tatap pria lain. "Sial! Kenapa ramai gini sih" umpat erlangga.

Erlangga dan erlina duduk di kursi yang sudah disiapkan, erlina menatap pengantin yang sangat cantik dan tampan, tidak henti-hentinya ia memuji pengantin itu dalam hati. "Jangan tatap wajah mereka Erlina, atau kita pulang" ancam erlangga kesal.

Erlina langsung menatap erlangga, ia menggeleng pelan. "Enggak, aku tatap kamu aja nih"pasrah erlina.

"Bagus, itu lebih baik" ucap erlangga tersenyum manis tidak lupa kecupan singkat di bibir erlina.

****

my protective CEO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang