Erlina mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya matahari, pandangan yang pertama kali ia lihat wajah Erlangga yang menatapnya sambil tersenyum manis, erlina menatap Erlangga yang mengelus rambutnya pelan.
Cup
Erlangga mengecup singkat bibir erlina "morning kiss, nyenyak banget tidurnya" ucap Erlangga.
Erlina hanya mengangguk pelan kebiasaan setiap bangun ia harus bengong dulu beberapa menit, mengumpulkan nyawanya. Erlangga yang gemas ia terus menciumi bibir dan wajah erlina yang baru bangun tidur, rutinitas setiap hari.
"Stop, aku baru bangun tidur" kesal erlina menahan wajah erlangga.
Erlangga terkekeh geli "mandi, terus sarapan, mamah sama yang lain udah nunggu kamu" ucapnya beranjak dari tempat tidur.
Erlina menatap suaminya yang sudah rapih dengan pakaian rumah "udah mandi?" Tanya erlina. Erlangga hanya bergumam pelan. Buru-buru erlina masuk kamar mandi.
Erlina dan erlangga duduk di ruang makan menatap mereka, sedangkan Erlangga enggan menatap mamah dan papahnya, rasanya masih kesal "maaf lina telat" ucap erlina tidak enak, dasar menantu tidak tau diri.
"Enggak papa, ayo makan" ajak suti, mereka menganggur. Erlina langsung makan dengan lahap, jarang-jarang makan bersama seperti ini, kalau di rumah ia hanya berdua dengan suaminya.
Erlina menatap suami dan papah mertuanya, pasti mereka masih marah, pikir erlina. Ia menyudahi sarapannya karena sudah kenyang.
Erlangga menoleh ia mengambil air putih "abis sarapan kita pulang" ucap Erlangga memberikan air minum.
Erlina cemberut ia menatap Erlangga "satu malam lagi dong, aku masih pengen disini, aku juga belum main sama Khanza" rengek erlina mengoyong-goyongkan tangan suaminya.
Erlangga menggeleng "enggak, aku banyak kerjaan di rumah" tolak Erlangga bohong. Padahal ia tidak memiliki perkejaan di hari minggu, karena ia ingin waktunya untuk bersama erlina.
"Hari Minggu masih aja kerja" ucap suti.
Erlangga menatap mamahnya, menghela napas panjang "erlan, sama lina pulang dulu" pamit erlangga menarik tangan erlina untuk segera bangun.
"Mas--"
"Sayang, kita bisa kesini kapan-kapan lagi, jangan ngeyel" kesal erlangga. Tanpa menunggu jawaban mereka, Erlangga langsung keluar rumah menarik Erlina keluar rumah. Menyalakan mesin mobil, melakukannya sedang.
Erlina enggan menatap Erlangga ia menatap jalanan yang ramai, dan banyak yang olahraga. "Posesifnya bikin aku bosen" cicit erlina, yang tentu tidak terdengar Erlangga.
Erlangga memarkirkan mobilnya di bagasi mobil, membukakan pintu untuk istrinya "jangan cemberut gitu, saya enggak suka sama papah yang ikut campur sama rumah tangga kita, membeda-bedakan saya sama suami lain, saya enggak suka itu, saya ya saya, mereka ya mereka" jelasnya.
"Tapi kamu memang keterlaluan mas, aku juga manus---"
"SAYA KAYA GINI KARENA SAYA TAKUT KEHILANGAN KAMU ERLINA ADIBA" bentak erlangga kehilangan kendalinya.
Erlina memejamkan matanya, tidak lama ia membuka kembali "capek sama sikap kamu, mas, aku pengen seperti orang lai--"
"CUKUP! SAYA TIDAK MAU DI BANTAH" kesal Erlangga.
"Kamu egois mas" ucap erlina meninggalkan Erlangga di teras rumah, ia duduk di sofa ruang tengah mengacak-acak rambutnya frustasi, lama-lama ia jadi semakin muak dengan sikap Erlangga "capek, kenapa harus seperti ini" lirih erlina.
***
Setelah makan siang mereka sama-sama diam, seakan mereka sedang sendiri-sendiri. Erlina memainkan handphonenya kadang ia terkekeh kecil melihat video lucu.
"Lucu banget, arghh, jadi pengen culik" gemas erlina.
Erlangga merampas handphone Erlina "jangan main handphone kalau ada suami" ucap erlangga mengantongi handphone milik suaminya "sini duduk" ucap Erlangga menepuk-nepuk pahanya.
Erlina menggeleng "enggak....eh" kaget erlina saat erlangga mengangkat tubuhnya dan di dudukan di paha "ck! Jangan kaya gitu" kesal erlina.
Erlangga tidak menjawab ia menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah istrinya "sayang, coba kamu paham maksud saya posesif sama kamu, saya enggak mau kamu kenapa-kenapa, saya terlalu takut untuk kehilangan kamu" lirih Erlangga tidak kuat berdiam dengan Erlina. Menarik tangan erlina ia tempelkan di dadanya.
"Kamu bisa rasakan detak jantung aku, yang berdetak kencang saat dekat kamu, padahal kita sudah satu tahun menikah, tapi detak jantung ini masih sama awal kita bertemu" erlangga mengelus pipi erlina lembut.
Erlina mengangguk pelan "jangan di bahas lagi, aku malas bahas yang sudah berlalu" ucap Erlina.
Erlangga mengigit pelan leher erlina "jangan tinggalkan saya Erlina" bisik erlangga lirih.
"Entah, saya tidak bisa berjanji sama kamu mas, karena ada dia dihati saya" batin erlina.
Erlina mengangguk kecil "i-iya, rambut kamu udah mulai panjang, potong sana ke salon" ucapnya mengalihkan pembicaraan.
Erlangga mengangguk "besok ikut ke kantor, aku banyak kerjaan takutnya aku enggak pulang, jadi kamu ikut sama saya" ucap Erlangga.
Erlina menggeleng "enggak, aku mau di rumah aj--"
"Enggak. Kamu harus ikut saya, titik" potong Erlangga.
"Serah kamu" kesal erlina.
Erlangga langsung mencium istrinya menikmati setiap detik bersama Erlina, menurunnya waktu yang berharga itu ketika bersama erlina, seperti saat ini.
"Kenapa?" Tanya Erlangga, saat Erlina mendorongnya untuk menyudahi.
Erlina menggeleng "enggak, aku c-cuman m-mau makan" gugup Erlina.
Erlangga mengerutkan dahinya "kenapa kamu jadi gugup gitu?, Dan kenapa kamu selalu menghindar saat aku mau cium kamu?, Ada masalah apa sama aku?" Heram erlangga.
"Ada hati yang harus aku jaga, mas" batin Erlina.
Erlina menggeleng kecil "enggak ko, mana ada aku menghindar dari kamu, aku cuman lagi malas aja, pengen tidur" bohongnya.
Erlangga mengangguk Percaya "besok jangan pakai baju yang terbuka gini, saya tidak suka tubuh kamu milik saya" ucap erlangga.
Erlina mengangguk "iya mas, kalau gitu aku masuk kamar dulu" Erlina masuk kamar ia menatap dirinya di pantulan cermin "kenapa kamu enggak bisa jatuh cinta sama suami kamu sendiri, Erlina, dia baik sama kamu, kenapa hati kamu tetap sama dia, please Erlina berubah, dia pergi ninggalin kamu, dia enggak cinta kamu, Erlina, sadar" kesalnya menepuk-nepuk pipinya kasar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective CEO [TAMAT]
Teen Fiction"saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya disetiap detik napas saya, bukan untuk jadi pelayan saya" -Erlangga Alfian- Terkadang sikap yang dimiliki ceo muda bernama Erlangga Alfian, membuat Erlina Adiba kesal, ruang gerak dan pertemananny...