3. Squirrel

7.6K 950 105
                                    

Tupai yang melompati dahan pohon jadi hal yang Renjun lihat di tengah kegiatannya mengerjakan soal latihan, ia duduk di salah satu kursi perpustakaan sekolah. Tepat di sampingnya jendela yang mengarah langsung ke area belakang sekolah, dimana masih ada beberapa pepohonan tinggi.

Buku paket yang tadi ia ambil dari salah satu rak buku, dan buku catatannya kini terabaikan karena Renjun masih menatap bagaimana seekor tupai berjalan cepat di atas dahan pohon.

Suara bel istirahat berbunyi, membuat Renjun kembali sadar kalau ia belum selesai mengerjakan beberapa soal. Tadi kelasnya memang kebetulan tak ada guru, jadi Renjun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi soal untuk olimpiade nanti.

Rencananya ia ingin menyelesaikannya tepat saat jam istirahat, karena ia perlu makan siang juga. Maka sekarang Renjun mencoba mengerjakan soal itu dengan cepat, tapi saat ia baru melakukannya setengah jalan tiba-tiba tetes itu jatuh pada lengannya. Membuat Renjun terkesiap, dan segera meraih tisu yang ia bawa di saku celananya untuk menahan agar darah itu tak mengucur pada bukunya.

Ia pikir darah itu akan berhenti keluar setelah beberapa saat, tapi Renjun merasakan kalau hidungnya masih mengeluarkan cairan merah itu. Karena panik, Renjun berdiri dengan cepat dari duduknya hendak menuju kamar mandi.

Namun langkahnya terhenti saat melihat di ambang pintu perpustakaan ada alpha yang kerap mencari masalah dengannya, Renjun sangat yakin kalau Jeno tak akan memberinya jalan. Matanya melirik kursi penjaga perpus, yang ternyata kosong. Ah, Renjun lupa ini jam istirahat. Penjaga perpustakaan mungkin tengah mengambil waktu istirahat itu.

Jeno masih fokus dengan obrolan menyenangkannya dengan beberapa kawannya, sampai saat ada tangan yang mendorongnya ia sedikit terkejut. Begitu menoleh ia menemukan omega yang kemarin meninggalkannya begitu saja setelah menyuruhnya menutup mata.

Renjun yang tadi sempat melihat ada celah untuk keluar, kini tak jadi melanjutkan langkahnya karena Jeno keburu sadar dan langsung menghalangi jalan lagi. "Aku harus ke kamar mandi."

Jeno mengedikkan bahunya. "Aku masih kesal karena kemarin kau kabur—

"Aku tidak kabur, karena memang itu bukan tugasku menungguimu melaksanakan hukuman." Jawab Renjun.

"Kau ini banyak melawan." Desis Jeno tak suka akan sifat Renjun yang selalu menjawab semua ucapannya. Itu bukan ciri khas seorang omega sama sekali.

Renjun mencoba melangkah melewati Jeno, tapi alpha itu kukuh tak memberinya jalan. Yang Renjun takutkan adalah Jeno bisa saja mengeluarkan feromonnya, padahal sekarang Renjun dalam keadaan yang sudah pusing bahkan tanpa mencium bau feromon Jeno. Jadi, sekarang Renjun sedang tak bisa meladeni sikap menyebalkan Jeno.

Lebih baik menghindar. Omega itu berbalik masuk lagi ke perpustakaan mencari kiranya ada orang yang bisa ia mintai tolong. "Maaf, kau memiliki tisu?" Renjun menemukan dua orang omega perempuan yang tengah membaca buku.

"Boleh aku minta beberapa lembar?" Renjun cukup lega begitu salah satu dari murid itu memiliki tisu.

"Kau mimisan, Renjun?"

Renjun mengangguk sebelum menengadahkan wajahnya. "Ya, aku juga terkejut tiba-tiba keluar darah saat aku sedang menulis."

"Sudah benar seperti tadi." Salah satu diantara mereka menahan tengkuk Renjun agar tak menatap langit-langit, dan mengarahkannya agar sedikit menunduk.

"Tekan saja sisi hidungmu sampai darahnya berhenti keluar." Ujar murid wanita itu.

Yang tadi memberinya tisu menyarankan. "Ke ruang kesehatan saja, Renjun."

"Tidak usah, ini sudah berhenti. Aku juga perlu mengambil buku ku disana." Renjun menunjuk tempat duduknya tadi.

Jeno yang sayup-sayup mendengar suara Renjun, mengerutkan dahinya. Benar, barusan ia melihat Renjun yang memegang tisu untuk menutupi hidungnya. Ternyata, mimisan? Yaaa, lagi pula Jeno tak peduli!

Autumn Morning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang