Renjun penasaran dengan hilangnya Jeno itu karena apa, ia pernah mencoba mencari tau keberadaan alpha itu dengan berdiam lama di cafe dekat gedung apartemen tempat tinggal mama Jeno. Tapi sepanjang hari ia duduk disana, ia tak menemukan Jeno ataupun nyonya Lee yang terlihat lewat sekali pun.
Sebenarnya Renjun juga sering kepikiran keadaan nyonya Lee setelah Jeno memberitau kemungkinan orangtuanya akan cerai kala itu, rasanya kenapa ia begitu tak berguna karena tak ada di samping alpha itu saat keadaan buruk berada di sekitarnya. Sementara saat Renjun dalam ketakutannya dulu, Jeno ada dengannya. Bahkan menawarkan sebuah perlindungan padanya.
Kalau misalkan kondisi nyonya Lee memburuk karena sikap papa Jeno sendiri, ada kemungkinan Jeno di rumah sakit. Tapi Renjun tak mungkin datang ke rumah sakit begitu saja.
Renjun juga masih sering mengirim pesan pada Jeno untuk menanyakannya keberadaannya juga kabarnya dan nyonya Lee, tapi pesannya benar tak pernah dibalas dua tahun terakhir ini. Ia juga pernah berpikir untuk mencari tau lewat teman-teman alpha itu, tapi Renjun tak memiliki kontak salah satu dari mereka.
Omega itu benar-benar ingin tau kabar Jeno.
"Renjun, nanti malam ayah bilang ada acara di perusahaan. Kita datang juga." Mamanya memasuki kamar Renjun yang kini tengah berbaring di atas kasurnya.
"Iya." Jawab Renjun.
Mengenai orangtuanya, Renjun tetap dengan tekanan itu. Saat nilai ujian salah satu mata kuliahnya tak sesuai kemauan sang ayah Renjun mendapat hukuman juga. Jika dulu dengan feromon ayahnya, sekarang ia hanya dilarang keluar kecuali untuk pergi kuliah. Bahkan saat ada kerja kelompok pun mamanya menyarankan agar mereka mengerjakan di rumahnya saja.
Tapi bukan berarti ayahnya benar tak pernah menggunakan feromonnya lagi untuk mengancam Renjun, beberapa kali Renjun tetap mendapat ancaman dengan feromon yang menyakitinya juga. Walau memang tak separah sebelum Jeno menolongnya.
Dan tentang ayahnya, ia pernah menanyakan soal Jeno karena tak melihat lagi Renjun bersama alpha itu. Karena bagaimana pun ayahnya tetaplah seorang ayah yang ingin tau kejelasan seorang alpha yg pernah mengatakan akan menjadikan omega kecilnya sebagai matenya.
Saat pertanyaan itu terlontar dari sang ayah, Renjun hanya bisa menjawab pasrah kalau Jeno tak lagi memiliki hubungan apapun dengannya—Padahal memang sebelumnya pun tak memiliki hubungan apapun.
Itu yang jadi rasa sesal bagi Renjun saat ini, kenapa dulu ia tak menyatakan saja keinginannya menjadi omega Jeno setelah sadar tentang perasaannya. Kenapa dulu ia berpikir untuk menunggu Jeno mengajukan lagi pertanyaan untuk mengikatnya jadi mate nya? Harusnya Renjun mengungkapkan soal perubahan perasaan yang dimilikinya itu.
Mungkin kalau dulu Renjun mau mengatakan itu, saat ini ia masih bisa bertemu alpha itu.
Menghilangnya Jeno juga membuat Renjun bertanya-tanya tentang perasaan alpha itu, apa Jeno pergi dengan masih membawa perasaan yang sama untuknya. Atau justru pergi karena perasaannya pun mulai hilang, dan menjadikannya pergi tanpa rasa berat dan tanpa mengatakan apapun padanya.
Harapan Renjun di hari kelulusan mereka waktu itu, masih jadi harapan Renjun sampai saat ini. Jeno yang akan memintanya lagi jadi matenya.
Sampai saat dimana mereka masih terhubung kala itu pun Renjun menunggu waktu dimana alpha itu akan mengatakan hal itu lagi padanya, Renjun ingin menjawab 'iya'.
Omega itu ingin jadi mate dari Jeno.
Matanya melirik lilin aromatherapi yang kini jadi barang kesukaan Renjun, barang yang paling tidak boleh sampai habis atau tidak ada di kamarnya. Selain memperbaiki suasana hatinya jika sedang kacau, itu juga seolah jadi pengingat baginya kalau Jenolah yang awal memberikan itu padanya.