Tadinya scene maturenya mau aku buat setelah kejadian minum wortel itu, tapi setelah dipikir aku mau kasih tau sedikit soal akhir dari kenakalan Jeno waktu dulu.
___________
Renjun melihat alphanya yang tengah duduk dengan punggung yang bersandar pada sofa, omega itu berjalan menghampirinya lalu sengaja melebarkan kaki Jeno agar ada celah di antara kaki Jeno untuk ia bisa duduk. Punggungnya langsung ia sandarkan pada tubuh Jeno sementara sebelah tangan Jeno langsung memeluk perut omega itu dari belakang. Tangan satunya melingkar pada bahu Renjun untuk ia tarik lebih dalam pada pelukannya, hidungnya menghirup feromon sang omega. Lalu mengusakkan wajahnya pada leher Renjun dengan gemas.
Sejak pagi omega itu hanya terus memasang wajah merengut seperti itu padanya, alasannya karena ia menemukan rokok elektrik milik Jeno yang tersimpan di laci kamarnya. Sebelumnya Jeno pernah mengatakan pada omega itu kalau ia sudah berhenti menyentuh rokok sejak ia fokus mengurus mamanya saat kondisinya tengah memburuk kala itu.
Dan Renjun yang tadi tengah membereskan beberapa barangnya di kamar agar lebih tertata justru menemukan itu. Alpha itu tak mengelak mengenai kepemilikan barang itu, dan membuat Renjun mendelik padanya sampai tak mau berbicara hingga malam seperti ini.
"Apa sudah selesai?" Tanya Jeno menahan senyum geli.
"Apa?" Renjun balik bertanya dengan judes.
Jeno semakin merasa lucu dengan tingkah marah omeganya itu. "Memusuhiku." Jawab Jeno.
"Ck." Renjun berdecak sebal.
"Jadi bagaimana setelah seharian ini terus menolak menatapku? Pada akhirnya kau yang lebih dulu mendekatiku lagi." Bibir Jeno sesekali menciumi kulit leher Renjun.
Sementara Renjun kembali kesal mendengar Jeno yang menggodanya karena ia yang mengawali permusuhan tapi ia juga yang sekarang datang ke pelukan alpha itu.
"Berisik." Renjun berdecak tapi tak memprotes pelukan Jeno, bahkan menikmati bagaimana tubuhnya ada dalam dekapan alphanya setelah seharian ini tak ada interaksi antara mereka.
Jeno terkekeh, kemudian mengecup puncak kepala Renjun. "Itu memang milikku, tapi aku tak pernah memakainya lagi."
Tak langsung ada sahutan dari Renjun, dan Jeno pun tak berniat mengatakan apapun dulu. Ia ingin mengetahui apa Renjun akan mengatakan sesuatu atau tidak.
"Lalu kenapa masih kau simpan? Berarti kau berniat menggunakannya lagi." Suara Renjun terdengar sekali kesalnya.
"Aku lupa masih memilikinya." Sejak tadi Jeno tak berani mengatakan sebuah pembelaan disaat Renjun masih dalam emosinya. Setelah menemukan omeganya dalam emosi yang lebih baik seperti saat ini barulah Jeno mengatakan semuanya.
Renjun diam, membiarkan suara helaan napasnya terdengar oleh sang alpha. "Aku masih tak percaya."
"Kenapa, hm?" Jeno memeluk tubuh Renjun dengan kedua lengannya dengan hangat.
"Orang-orang tak akan semudah itu lepas dari hal yang ia sukai." Renjun tak mau kalau Jeno kembali pada kebiasaannya dulu, tapi ia juga tau kalau bukan hal mudah untuk seseorang lepas dari itu.
"Kau tak mau melarangku?" Tanya Jeno.
Seketika itu pula Renjun langsung menjawab. "Tentu saja aku akan melarangmu. Kalau aku menemukan lagi kau dengan benda itu, aku akan mengadukannya pada mama."
"Iya, anak mama." Ledek Jeno, dan Renjun mendengus mendengarnya.
"Tapi Renjun, aku pikir bukankah seharusnya kau percaya kalau aku bisa semudah itu melupakan kebiasaan lamaku?" Sementara itu tangan Jeno menyelinap masuk, mengusap kulit halus omega harum itu.