Tangan Renjun menerima satu paperbag kecil dari nyonya Lee, Renjun tau tadi Jeno memesan satu kue juga teh dengan rasa yang sama dengan yang dipesan mamanya. Ia ingin mamanya memiliki itu di rumahnya karena sang mama baru pulih, dan Jeno tak ingin memperburuk kesehatan mamanya dengan membiarkannya mengkonsumsi makanan ataupun minuman selain air putih dan teh buah atau teh bunga.
Kondisi mamanya sekarang memang sudah membaik, tapi Jeno tau kapan saja mamanya bisa jatuh sakit lagi dengan tanda marking yang memberi dampak buruk pada mamanya karena matenya tengah bersama omega lain. Apalagi kalau sampai selingkuhan papanya sudah memiliki marking dari papanya, Jeno tak tau mamanya akan semenderita apalagi selain dari semua sakit hati yang dimilikinya.
"Kenapa diberikan padaku?" Tanya Renjun karena nyonya Lee memberikan salah satu bingkisan dari Jeno itu padanya.
Nyonya Lee yang hendak turun dari mobil tersenyum pada Renjun. "Jeno bilang kau selalu belajar dengan rajin, mungkin kau memiliki waktu dimana tubuhmu dan pikiranmu lelah. Semoga saat kau meminum tehnya, perasaanmu bisa membaik."
Renjun menoleh pada Jeno yang duduk di kursi pengemudi, Jeno menaikan sebelah halisnya karena Renjun justru menatapnya. "Terima saja, mama ingin memberikannya padamu."
"Dan, nanti setelah mama turun kau pindah ke depan." Ujar Jeno.
"Kenapa? Aku baik-baik saja duduk disini."
Jeno menghela napasnya, menatap Renjun kesal. Lalu terdengar suara nyonya Lee yang sudah membuka pintu mobil kini terkekeh geli. "Kemari Renjun."
"Kursinya kosong, mama sudah sampai. Duduklah, temani Jeno." Nyonya Lee menarik tangan Renjun agar keluar dan pindah ke kursi penumpang depan.
"Jeno tak akan menyakitimu lagi, ia sudah berjanji itu padaku." Ujar nyonya Lee pelan sebelum mengusap kepala Renjun lembut.
Setelah Renjun duduk, Jeno menyalakan mesin mobilnya untuk mengantar Renjun pulang. Hening antara mereka dipecah suara halus Renjun yang memanggil nama alpha di sampingnya itu.
"Apa?" Jawab Jeno dengan nada menyebalkan miliknya. Tapi Renjun tak begitu mempedulikan nqda itu, ia hanya meneruskan niatnya untuk membicarakan ini.
"Kau pernah mengatakan iri pada keluargaku..." Renjun menelan salivanya, ia pikir Jeno mungkin akan sedikitnya merasa berat mendengar ia yang mengungkit soal keluarga. Karena Renjun pun merasakannya.
"Alasannya—adalah yang aku lihat tadi?" Tanya Renjun dengan sambil menatap Jeno ragu, alpha itu terlihat tak banyak bereaksi. Hanya diam, menatap lurus jalanan.
Jeno sebenarnya tak keberatan dengan pertanyaan Renjun itu, lagi pula ia juga sudah tau tentang cerita keluarga omega itu. Ditambah tadi Renjun melihat sendiri bagaimana papanya tengah bersama wanita lain yang bukan mate nya.
Alpha itu menarik napasnya, mengingat itu ada rasa kesal yang membuat dadanya bergemuruh dan sekarang coba ia tenangkan. "Ya. Ada kemungkinan papaku meninggalkan mamaku, matenya hanya demi omega lain."
"Kau tadi bilang nyonya Lee baru keluar dari rumah sakit, karena itu?" Renjun tau dampak apa yang akan didapat sepasang mate jika salah satunya mengkhianati pasangannya itu.
Tanda marking yang dimiliki omega, saat alpha nya mulai memiliki omega lain akan memunculkan rasa nyeri pada bagian tengkuk tempat tanda marking berada. Dan saat tanda itu terasa nyeri, tubuh omega pun ikut lemah.
Apalagi jika alphanya sampai membuat marking pada omega selain mate nya, maka omega yang adalah mate sang alpha akan merasakan nyeri yang semakin hebat.
Mengenai apa yang akan didapat alpha nya, untuk sekarang papa Jeno mungkin tak merasakan kerugian apapun. Tapi jika sampai omega lain itu mendapat marking darinya maka papa Jeno hanya tengah mempercepat kematiannya sendiri.
"Papa mu itu tak sedang mencoba bunuh diri, kan Jeno?"
Jeno mengedikkan bahunya. "Aku tak peduli alpha tua itu akan mati atau tidak, aku hanya memikirkan mamaku. Ia juga ikut kena imbas kelakuan brengseknya."
"Kalau kau tau cara menghilangkan tanda marking pada omega, beritau aku." Ujar Jeno.
Renjun berdecih tak percaya, tentu saja hal seperti itu tak ada. "Mana ada hal seperti itu."
"Mama mu pasti baik-baik saja." Gumam Renjun sambil kembali memperbaiki posisi duduknya agar menghadap ke depan.
Jeno hanya mengangguk sambil menahan rasa sakit di hatinya mengingat kemungkinan paling buruk yang akan mamanya terima nanti.
"Sudah gelap, kau tak akan kena marah ayahmu?" Tanya Jeno, takut kalau omega itu bisa saja dimarahi karena pulang larut.
"Aku sering pulang telat saat ada jadwal les."
"Kau tak takut ada alpha yang sedang rut berkeliaran dan—
"Aku bahkan sekarang sedang bersama alpha yang paling membenciku, apa yang lebih aku takutkan lebih dari ini? Alpha yang membenciku karena alasan tak jelas, dan ia juga alpha paling tak memiliki rasa kasihan dan rasa malu karena—
Mendengar Renjun yang terus mengucapkan segala kejelekannya, Jeno mendesah kesal. "Renjun, aku bisa menurunkanmu disini."
"Memangnya kau berani?" Tantang Renjun.
Tiba-tiba Jeno menghentikan laju mobilnya, menepikannya dan menatap Renjun yang membesarkan matanya.
"Turun." Ujar Jeno.
Renjun tak mengubris itu, ia duduk bersidekap dada dan menolak menatap Jeno. Begitu bahunya merasakan dorongan keras dari Jeno, seolah memintanya cepat keluar dari mobil Renjun berteriak.
"Aku akan melaporkan ini pada nyonya Lee!" Renjun ingat ucapan mama Jeno tadi yang mengatakan kalau Jeno sudah berjanji pada nyonya Lee tak akan menyakitinya, jadi ia mencoba mengancam Jeno dengan hal itu.
Dan memang berhasil, setelah Renjun mengatakan itu Jeno melepaskan tangannya dari bahu Renjun.
"Makanya, diam. Tak usah mengatakan hal menyebalkan." Decih Jeno.
Renjun mencibir. "Kau jauh lebih menyebalkan, Jeno."
Aku coba balik lagi, pelan-pelan..