Langit terlihat kosong, tanpa capung merah yang menghiasinya. Pulang sekolah kali ini rasanya Jeno agak lega karena telah menyelesaikan hukuman menulisnya setelah lima hari. Ia memang sengaja mengerjakannya dengan cepat karena tak mau lebih sering mengunjungi ruang guru, lama-lama ia juga bosan nyaris setiap jam istirahat mesti kesana. Untung saja kemarin ia bisa mengerjakannya di perpustakaan, ia tidak lama mengobrol dengan Renjun karena setelah menyangkanya sedang pada masa rut Renjun langsung pergi meninggalkannya sendirian.
Mengenai tuduhan Renjun itu, tak salah juga mengingat apa yang Jeno ucapkan secara tiba-tiba kemarin. Seorang alpha jelas lebih agresif saat sedang rut, ia akan begitu membutuhkan seorang omega untuk membantunya. Juga, alpha jadi begitu lapar akan feromon omega. Dan kemarin yang Jeno katakan pada Renjun.
"Padahal aku menyukai feromonmu."
Jelas saja Renjun langsung pergi. Jadi kemarin Jeno tak bisa berbicara lebih lama dengan Renjun, dan hari ini ia belum melihat keberadaan omega itu.
"Tugasmu selesai?" Tanya Eric, ia cukup takjub dengan rajinnya Jeno mengerjakan hukumannya.
Padahal biasanya kawannya itu tak akan banyak menuruti kemauan guru, pasti diantara hukumannya ada kecurangan yang Jeno lakukan. Tapi kemarin Eric melihat sendiri bagaimana tekunnya Jeno menulis, juga rajinnya ia mengunjungi ruang guru.
"Sudah, aku meloncati beberapa halaman dan kau harus melihat bagaimana tulisanku yang semakin kacau." Lebih tepatnya, Jeno hanya asal mencoretkan pulpennya pada buku hingga membentuk barisan huruf. Ia tak sungguh-sungguh mengerjakan hukumannya, hari pertama ia memang menulis dengan rajin tapi setelah beberapa lembar terlewat Jeno mulai menulis dengan asal.
"Aku tak heran dengan itu." Eric sudah mengatakannya tadi, Jeno pasti mengerjakan hukuman dengan ada kecurangan di dalamnya.
Jeno mengenakan jaketnya, sebelum keluar dari kelasnya dengan Eric. Mereka berbicara soal rencana mereka yang hendak melihat arena balapan baru yang diberitaukan oleh kawan mereka yang lain.
Biasanya Jeno tak begitu tertarik melihat-lihat kelas lain yang dilewatinya, tapi kali ini ia tertarik melihat kelas Renjun karena merasa kalau kelas itu sudah sepi namun ia masih melihat pintu yang terbuka lebar. Biasanya jika kelas sudah sepi, pintu akan ditutup dan dikunci oleh guru piket.
Dan Jeno menemukan sosok Renjun disana, terlihat tengah mengerjakan sesuatu. Tanpa sadar Jeno menghela napasnya, mengingat bagaimana ucapan ayah Renjun soal nilai omega itu yang harus sempurna dan membuat Renjun jadi segila ini untuk belajar.
"Kalau kau tak ingin melihat arena, lebih baik benar kau langsung pulang dari pada mengganggu Renjun." Eric tadinya mengajak Jeno untuk ikut ke arena sekarang selepas pulang sekolah, tapi kawannya itu mengatakan akan pulang ke rumahnya untuk hari ini.
Melihat tatapan Jeno yang kini justru mengarah pada Renjun, bahkan sampai menghentikan langkah untuk menatap omega itu. Perasaan Eric jelas tak enak, Jeno dan Renjun tak pernah jadi teman akrab satu haripun. Keduanya selalu terlibat pertengkaran, yang tentu saja dipicu oleh Jeno yang mengganggu omega itu.
"Aku hanya ingin menemuinya." Ujar Jeno sambil memasuki kelas itu.
Sementara Eric menghembuskan napasnya, ia ingat betul kabar mengenai kelakuan Jeno yang sampai membuat Renjun tak sadarkan diri. Dan Eric tak mau hal itu terjadi lagi, karena demi Tuhan ia kasihan pada Renjun yang kerap mendapat gangguan dan intimidasi dari Jeno. Jadi, sekarang Eric pun mengikuti langkah Jeno untuk mengawasi temannya itu.
Menyadari kedatangan Jeno, Renjun menatap Eric. "Aku benar-benar minta tolong padamu, kalau Jeno berulah tarik ia menjauh dariku. Aku sedang tak bisa meladeninya."
Eric mengangguk pasti. "Tujuanku mengikutinya kemari untuk menyeretnya keluar kalau ia sampai mengganggumu."
"Terimakasih." Ujar Renjun. "Aku harus menyelesaikannya sekarang, untuk dikumpulkan besok." Renjun sengaja mengatakannya, berharap Jeno benar tak akan mengganggunya karena ini benar mendesak untuknya.
"Nanti malam kan bisa." Ujar Jeno yang masih belum tau banyaknya jadwal belajar Renjun.
"Aku harus latihan untuk ulangan harian besok." Renjun mengatakan jadwalnya nanti malam, meskipun besok hanya ulangan harian biasa tapi Renjun tetap perlu mengevaluasi beberapa materi walau ia sudah hafal sekalipun. Karena mamanya akan menungguinya di kamar, untuk memastikan itu.
Eric yang mendengar itu, menaikan halisnya. Dunianya benar berbeda dengan Renjun.
Jeno juga terdiam, masih tak percaya dengan jadwal omega itu. Disaat ia sudah terlelap tidur, mungkin omega itu masih menekuni buku belajarnya. Disaat ia dan Eric masih di luar rumah untuk berkumpul dengan teman-temannya, Renjun justru sibuk menghafal untuk ulangan keesokan harinya.
Setelah itu tak ada yang berbicara lagi, Renjun sibuk dengan bukunya. Tak begitu peduli dengan kehadiran Jeno dan Eric. Ia sudah cukup bersyukur saat Jeno tak mengganggunya, jadi ia tak mempermasalahkan keberadaannya sekarang.
Deja vu, Renjun merasakan tetes merah itu jatuh mengenai tangannya. Jeno yang duduk di kursi sebelah Renjun terkejut saat melihat sendiri bagaimana omega itu mengalami mimisan, ia bangkit berdiri kemudian tanpa pikir panjang mengulurkan lengannya untuk menahan darah Renjun agar tak terus menetea. Jeno tak begitu peduli dengan lengan jaketnya yang akan kotor, ia terlanjur panik.
"Ke ruang kesehatan cepat! Ambil tisu!" Titah Jeno pada Eric.
Eric yang juga terkejut melihat kejadian itu, segera berlari menuju ruang kesehatan untuk mengambil tisu.
"Ini hanya mimisan, kenapa kalian sepanik itu?" Tanya Renjun sambil mendongak menatap Jeno yang berdiri di sampingnya.
Jeno berdecak karena gerakan Renjun yang mendongak membuat hidung omega itu sedikit menjauh dari lengannya, Jeno pun mendorong pelan kepala Renjun agar kembali pada posisi awal yang sedikit menunduk. "Memangnya ada orang tak panik saat melihat darah?" Tanya Jeno sinis.
Renjun tak menyahut, karena sekarang ia mulai bingung dengan apa yang ia rasakan. Lemas, dan pusing. Sebenarnya sejak tadi juga ia sudah merasakan pusing, tapi ia tak berpikir akan berakhir dengan mimisan lagi.
"Setelah ini langsung pulang, lagi pula tugasmu nyaris selesai." Jeno menggunakan tangannya yang satunya untuk membereskan buku Renjun.
Mata Renjun terpejam erat menahan sakit pada kepalanya, sebelum menahan bukunya yang hendak Jeno masukkan dalam tas. "Aku harus menyelesaikannya sekarang."
"Nanti saja di rumah, kau masih memiliki waktu beberapa jam sebelum malam. Sekarang pulang dulu, dan gunakan waktu untuk istirahat sebentar." Ujar Jeno.
"Aku ada les." Renjun tak akan memiliki waktu untuk istirahat di siang hari untuk hari ini, karena ada jadwal les. Ia harus mengikuti les dua hari sekali.
"Nilaiku bisa jelek kalau tertinggal satu materi." Renjun setakut itu nilainya di tes nanti seperti yang kemarin, ia harus meningkatkannya. Kata ayahnya juga seperti itu.
Jeno tak langsung menjawab ucapan Renjun, karena Eric sudah datang membawa tisu dan juga air mineral. Jeno menyodorkan beberapa lembar tisu pada Renjun, kemudian membuka tutup botol air mineralnya untuk Renjun.
Iya, Alpha yang biasanya begitu sering mengganggu Renjun, kini justru begitu perhatian membantu omega itu.