Autumn Morning ; Your moan, sweet

7.4K 529 104
                                    


"Kau sarapan oat pagi ini?" Tanya Renjun saat melihat alphanya tengah mengaduk oat dengan susu. Renjun agak heran dengan menu sarapan Jeno kali ini, Jeno lebih sering sarapan roti jadi saat alpha itu membuat yang lain untuk sarapannya Renjun akan menanyakan hal itu.

Jeno menatap Renjun sekilas, sebelum mengambil buah yang sudah ia cuci kemudian ia masukkan juga ke atas oat yang sudah ia buat.

Renjun ikut bergabung ke area kitchen, mengambil cangkir untuk minum. Setelah menyeruput air hangatnya, Renjun baru sadar kalau Jeno tengah berdiri di hadapannya sambil menatapnya.

Dahi Renjun berkerut samar. "Ada apa?"

Tak ada jawaban, Jeno hanya meraih dagu Renjun agar sedikit mendongak. "Buka mulutmu."

Meski dengan rasa bingung Renjun tetap menuruti hal itu, dan begitu ia membuka mulut Jeno memasukkan sesendok oat tadi ke dalam mulutnya. Kemudian Jeno menatapnya dengan tatapan memerintah. "Kunyah, lalu telan."

"Kenapa jadi aku yang memakannya?" Tanya Renjun setelah ia berhasil menelan sendokan pertama tadi, Jeno kembali menyodorkan satu sendok lagi padanya.

"Ini memang aku buat untukmu." Jawab Jeno acuh tak acuh, sambil mengaduk lagi oat tadi dengan buah yang sengaja ia tambahkan.

"Kenapa?" Tanya Renjun sekali lagi.

Jeno menaikan halisnya saat Renjun belum mau membuka mulutnya lagi untuk melanjutkan sarapannya. "Semalam kau yang memintanya sendiri."

Renjun memicingkan matanya, tak percaya. "Aku sangsi atas ucapanmu itu."

"Terserah." Jawab Jeno, tangannya kembali menyodorkan sesendok lagi pada Renjun.

"Habiskan." Ujar Jeno penuh penekanan saat Renjun mengerang ingin menghentikan acara sarapannya itu.

"Tenggorokanku sedang sakit!" Bentak Renjun.

Jeno menyeringai, ketemu! Alasan omega itu akhir-akhir ini hanya makan sedikit dan terlihat tak begitu berniat pada setiap menu makanan.

Ia sudah menebak-nebak alasan itu, dari perutnya yang mungkin sedang tak nyaman atau mungkin giginya tengah sakit. Dari semua kemungkinan yang Jeno miliki, ia berpikir untuk menyediakan makanan yang mudah dicerna omega itu.

Kalau perutnya sedang tak nyaman, oat cukup mudah dicerna nantinya. Dan kalau giginya sedang sakit, oat tak perlu banyak dikunyah dan Renjun bisa menelannya dengan mudah.

Omega itu menatap Jeno dengan sebal. "Bisakah kau menyuapiku pelan-pelan? Aku susah menelan!"

Tapi ternyata masalah anak itu justru terletak di usahanya menelan yang cukup sulit.

"Jadi, salahku?" Tanya Jeno dengan nada malas, dan Renjun tentu langsung melotot.

"Iya!"

"Lalu kenapa tidak mengatakannya sejak awal?" Jeno menarik sebuah kursi agar Renjun duduk, sementara ia berniat akan kembali memaksa omeganya menghabiskan sarapan itu. Sudah beberapa hari Renjun hanya makan sedikit, ia cukup khawatir.

"Kau menyuapiku tiba-tiba." Renjun menunjuk sendok yang Jeno julurkan lagi di hadapannya.

Jeno yang tetap dengan posisi berdiri, kini menatap Renjun yang melempar tatapan kesal ditengah kegiatannya menerima suapan dari Jeno. "Aku bilang sejak awal, Renjun. Dan ini bukan hari pertama kau banyak alasan untuk menolak makan."

"Aku pikir akan sembuh secepatnya." Suara Renjun memelan, tak menyangka juga kalau perkiraannya tentang sakit tenggorokannya salah.

"Hitung berapa hari kau menderita karena tenggorokanmu sakit." Ujar Jeno.

Autumn Morning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang