Jaket berwarna maroon itu tengah Renjun kenakan, sambil menahan rasa pusing di kepalanya. Ini bahkan diikuti rasa tak nyaman pada perutnya, padahal ia sudah meminum obat tadi.
"Renjun, kau terlihat pucat." Nyonya Huang memperhatikan wajah omega kecilnya itu terlihat begitu pias, tak berwarna.
"Kau tak lupa meminum vitaminmu kan?" Tanya sang mama, Renjun mengangguk sebagai jawaban. Kepalanya tengah berpikir untuk memberikan jawaban apa pada sang mama.
"Tadi di sekolah ada temanku yang terjatuh sampai mengeluarkan banyak darah, melihat itu aku agak mual."
Nyonya Huang ikut meringis membayangkan sebanyak apa darah yang anaknya lihat sampai masih terbawa mual sampai sekarang. "Benarkah? Kalau begitu kau harus hati-hati agar tak terjatuh juga, jangan mengalami hal yang memperburuk kesehatanmu. Olimpiademu sebentar lagi."
Renjun termenung, kesehatannya memang begitu penting bagi ayah dan ibunya karena jika ia sakit olimpiadenya terancam tak bisa diikuti. "Iya." Setelah itu ia segera berpamitan, dan berangkat ke tempat lesnya.
Sementara itu Jeno yang sedikit khawatir dengan kondisi Renjun, memutuskan akan mendatangi tempat les omega itu. Melihat bagaimana kondisi Renjun, apa terlihat lebih baik atau bertambah buruk.
"Kemana? Papamu ingin makan malam bersama hari ini." Wanita yang telah menyingkirkan mamanya dari rumah ini, terlihat keluar dari kamar.
Jeno cepat-cepat berjalan keluar, menghindari menatap wajahnya itu. "Hari ini tolong jangan biarkan wajahmu terlihat olehku, jangan berbicara lebih banyak lagi. Makan malam dengan papa, nanti aku akan pulang kalau lapar." Ujarnya sambil menutup pintu dengan kasar.
Sebenarnya setiap hari pun Jeno tak suka melihat wajah omega tak tau diri itu, tapi hari ini ia benar-benar berusaha agar emosinya tak kacau karena melihat wanita itu. Karena Jeno hendak menemui Renjun, ia tak mau nantinya Renjun jadi sasaran emosinya juga.
Begitu mendatangi gedung yang jadi tujuannya, Jeno melihat sekitarnya suasanya terasa lebih tenang. Sepertinya kelasnya sudah di mulai, Jeno pun memutuskan duduk di halaman cafe langganan mamanya setelah membeli segelas minum untuknya.
Jika dipikir lagi yang ia lakukan sekarang agak membingungkan untuk dirinya sendiri, apa keuntungannya ia duduk menunggu Renjun selesai les? Tak ada. Jeno ini hanya melakukan hal yang tak berguna untuk dirinya sendiri, maka setelah menghabiskan minumannya Jeno hendak pergi dan tak menunggu Renjun.
Namun begitu ia beranjak dan hendak pergi, bertepatan dengan beberapa orang keluar dari gedung tempat les itu. Jeno jadi penasaran lagi, dan memutuskan kembali menunggu sosok Renjun terlihat olehnya. Ia hanya akan melihat kondisinya—memastikan hal yang sebenarnya tak penting juga untuknya. Setelah itu ia akan pulang.
Bohong, nyatanya setelah omega kecil itu tertangkap oleh mata Jeno. Alpha itu justru menghampirinya, menilik bagaimana wajah Renjun dari dekat.
"Kau benar segila ini pada belajar?"
Suara Jeno membuat Renjun yang sejak tadi berjalan menunduk dengan bahu yang jatuh lesu, kini mendongak menemukan alpha yang mengenakan kaus hitam dengan kemeja maroon sebagai luaran.
"Aku tak tau kenapa kau bisa ada disini, tapi aku masih akan meminta hal yang sama seperti tadi. Jangan menggangguku untuk hari ini, aku tak bisa meladenimu." Ujar Renjun dengan tenggorokan yang terasa tak nyaman, didorong oleh rasa bergejolak di perutnya.
Ucapan Renjun yang jelas sekali terlihat letih membuat Jeno menyadari mata omega itu yang terlihat sayu.
"Kau kelelahan, itulah sebabnya tadi kau mengalami mimisan dan sekarang terlihat mengantuk." Ujar Jeno.