"Renjun, bulan lalu kau tak ikut karena kau sedang heat. Malam ini kau harus ikut, semua orang penting akan hadir."
Omega yang baru pulang ke rumah setelah menghabiskan siangnya di cafe, kini mendesah lelah mendengar permintaan sang ayah. Jujur ia muak diseret kemana-mana oleh sang ayah, hanya untuk dipamerkan. Renjun bukan barang.
"Jasnya baru datang tadi pagi, mama menyimpannya di kamarmu." Nyonya Huang yang baru keluar dari kamar Renjun mengatakan hal demikian.
Kalau sampai orangtuanya sengaja menyiapkan baju untuknya berarti memang benar ia perlu hadir, biasanya ayahnya hanya akan memintanya memakai jas yang ia miliki terkadang Renjun bisa menolak datang jika memberikan alasan belajar atau tugas.
Tuan Huang mendengar desahan lelah anaknya, ia berdeham. Menegur Renjun.
"Iya, aku akan pergi dengan kalian."
Nyonya Huang mengikuti langkah anaknya menuju kamar, ia mengusap surainya lembut. "Besok kau bisa istirahat, malam ini ulangtahun perusahaan kakek. Jadi ayah ingin kau hadir, ia senang saat tau heat mu belum datang bulan ini karena artinya kau bisa datang."
Renjun hanya mengangguk, kemudian matanya menatap jas yang mamanya simpan di atas kasurnya. "Aku akan mandi dulu kalau begitu."
Setelah itu Renjun segera menuju kamar mandi, seperti biasa ia selalu menyempatkan diri untuk berendam. Menghilangkan sedikit lelah yang ia rasakan sejak tadi.
Ayahnya mengajak Renjun dan mamanya pergi sekitar pukul tujuh malam, Renjun tak bisa menyembunyikan wajah bosannya begitu memasuki restoran mewah yang jadi tempat acara itu berlangsung.
Mereka berjalan menuju area outdoor, untuk menyapa kakeknya juga beberapa saudaranya. Setelah itu Renjun segera duduk di salah satu kursi, telinganya mendengarkan dengan malas segala ucapan yang dikatakan kakeknya di depan sana.
Hingga hidungnya mencium feromon yang ia rasa kenal, namun sudah lama tak ia cium. Dadanya berdebar akan kemungkinan yang ia buat sendiri, kepalanya mendongak dan matanya mencari sosok yang ia yakini pemilik feromon yang pernah membuatnya aman dari sang ayah.
Renjun sampai berdiri, mencari dengan benar apa yang ingin ia temukan itu. "Aku pergi ke belakang." Renjun pamit pada sang mama sambil mulai melangkah menjauh dari sana.
Matanya memicing memastikan orang-orang yang hadir disini, tapi ia tak juga menemukan siapa yang ia cari sampai sebuah suara terdengar jelas mengatakan.
"I'm here."
Kepala Renjun memutar ke belakangnya, tepat di sebelah sebuah pilar ada alpha yang mengenakan suit hitam dengan sebelah tangan yang dimasukkan dalam saku celananya.
Ingatan Renjun tak pernah kehilangan bagaimana sosok Jeno itu, dan di hadapannya ini benar adalah alpha itu. Bahkan caranya tersenyum kecil dengan sebelah halis yang terangkat masih sama seperti dulu.
Feromon yang sejak tadi Renjun cari adalah memang milik Jeno, alpha yang selama ini Renjun rindukan.
Renjun melangkah cepat menghampiri alpha itu, dan saat jarak keduanya semakin dekat, Renjun justru berhenti. Menatap Jeno dengan pandangan bingung, apa disini hanya ia yang merindukan Jeno?
Sampai tangan alpha itu tiba-tiba menarik tubuhnya, mendekapnya. "Kenapa berhenti?" Tanya Jeno.
Hal pertama yang Renjun cari dari pelukan Jeno adalah ada tidaknya bau omega lain, karena ia pun sempat berpikir bahwa mungkin alasan Jeno meninggalkannya karena memiliki omega lain. Tapi kalau pun Jeno sudah memiliki omega, kenapa alpha itu memeluknya? Untuk apa pelukan ini?