Jeno menyugar rambut kecoklatan miliknya, kakinya melangkah menuju kelasnya dengan sebelah tangannya lagi ia masukkan dalam saku celana. Ia hendak membawa tas miliknya ke kelas, bertepatan dengan Renjun yang juga hendak ke kelas. Omega itu baru kembali dari latihan mengerjakan soal bersama peserta olimpiade yang lain.
Biasanya semakin mendekati waktu olimpiade, para murid yang mengikuti itu akan diberi soal latihan dan ditempatkan di satu ruangan agar mereka juga lebih fokus.
Alpha remaja yang tadi sudah hendak menaiki tangga kini berhenti untuk menunggu omega kecil itu. "Kau baru selesai mengerjakan soal?" Tanya Jeno.
Renjun menatap Jeno sekilas, kemudian mengangguk. "Iya, kenapa?"
"Hanya bertanya." Jawab Jeno sambil mengedikkan bahunya, saat melihat Renjun yang berjalan lebih dulu menaiki tangga Jeno menahannya. "Kau ditunggu di ruang guru."
Omega dengan wajah mungil itu kini mengerutkan dahinya. "Ada apa?"
"Tidak tau." Jawab Jeno, dan saat melihat Renjun menatapnya dengan sorot tak percaya Jeno menambahkan. "Yasudah kalau tidak percaya."
Harusnya Renjun tak percaya, karena tak mungkin Jeno mendatangi ruang guru kalau bukan karena dipanggil atas kenakalannya. Dan disetiap panggilan itu Jeno setidaknya mendapat satu hukuman, lalu alpha itu selalu mengikut sertakan Renjun dalam kesulitannya itu.
Iya, Jeno berbohong. Saat Renjun mendatangi ruang guru dan menanyakan tentang alasan ia dipanggil, para guru tak merasa ada yang meminta Renjun datang. Dan Renjun jelas malu atas hal itu, juga kesal pada Jeno.
Begitu Renjun keluar ruang guru, ia menemukan Jeno yang tengah duduk dengan tas yang ada di sampingnya.
"Pembohong." Omega itu menendang kaki Jeno yang menghalangi jalannya.
Jeno mendongak menatap Renjun yang kini menatapnya sebal. "Aku tidak berbohong." Ujar Jeno tanpa rasa bersalah.
"Kau bilang aku dipanggil kemari." Seru Renjun dengan nada gemas karena kesal.
"Aku tidak mengatakan kau dipanggil oleh guru, aku tadi bilang kau ditunggu di ruang guru." Alpha itu menaikan halisnya, tersenyum untuk meledek Renjun.
Renjun mengeraskan rahangnya, luar biasa kesal atas kelakuan Jeno. Padahal beberapa hari yang lalu alpha ini masih bersikap baik padanya, tapi sekarang Jeno sudah kembali pada sifatnya yang dulu.
"Jeno, apa lagi yang kau lakukan?" Suara itu tak hanya membuat Jeno yang menoleh, Renjun pun melihat sosok yang kini diberi tatapan tak suka oleh Jeno. Itu papanya Jeno.
"Masuk saja pa, kau akan tau setelah guru mengatakannya." Ujar Jeno sinis.
Setelah melihat papanya memasuki ruang guru, Jeno baru sadar kalau Renjun sudah mengambil langkah meninggalkannya.
"Kemana?" Tanya Jeno.
Renjun menjawab tanpa menoleh. "Pulang."
"Kau kan tidak ada jadwal les hari ini." Ujar Jeno, ia cukup yakin dengan ingatannya sendiri soal jadwal les Renjun.
Kali ini Renjun menghentikan langkahnya, menatap malas pada alpha yang sikapnya sejak tadi terasa begitu tak jelas. "Lalu apa? Aku harus diam disini?"
"Iya." Jawab Jeno membuat Renjun mendengus.
"Renjun, ya?" Seorang wanita yang baru keluar dari ruang guru, menyebut nama Renjun sambil menatap Jeno meminta jawaban tentang tebakannya.
Jeno menganggukkan kepalanya. "Iya, itu Renjun, ma."
Itu adalah mama Jeno yang baru keluar dari ruang guru, tadi saat memasuki ruang guru Renjun tak begitu memperhatikan seisi ruangan sampai tak sadar kalau ada mama Jeno disana.